Breaking News:

Wajarkah Jika Setiap Orang Mengalami Stres? Ini Jawaban Psikolog

Stres adalah tekanan mental yang bisa dialami oleh siapa saja. Tak terkecuali dialami oleh remaja.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Melia Istighfaroh
cewekbanget.grid.id
ilustrasi stres pada remaja 

TRIBUNHEALTH.COM - Stres merupakan tekanan mental pada seseorang.

Umumnya, seseorang mengalami stres saat berada di bawah tekanan ataupun merasa kesulitan menghadapi sesuatu.

Tentunya stres bisa dialami oleh siapa saja.

Bukan hanya orangtua, rupanya stres pun bisa dialami oleh remaja.

Seringkali stres pada remaja tidak disadari, bahkan cenderung diabaikan.

Jika demikian, maka bisa menyebabkan kondisi mental semakin mengkhawatirkan.

Untuk mengantisipasinya dibutuhkan strategi pengelolaan stres yang benar.

Ilustrasi stres pada remaja
Ilustrasi stres pada remaja (freepik.com)

Baca juga: Makan Buah Langsat Aman Bagi Penderita Diabetes hingga Bisa Turunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Apakah setiap orang wajar mengalami stres?

Psikolog keluarga dan pendidikan anak, Adib Setiawan menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai stres pada remaja.

Sebenarnya, siapa saja bisa mengalami stres jika sedang ebrada di bawah tekanan.

2 dari 4 halaman

Namun, banyak individu yang bertanya-tanya sebenarnya apakah wajar jika seseorang mengalami stres.

Psikolog Adib Setiawan menuturkan bahwa setiap orang memiliki stres adalah hal yang wajar. '

Ia menjelaskan, stres dalam istilah psikologi adalah tekanan. Dan tekanan adalah hal yang normal.

Baca juga: 5 Obat Alami Berkhasiat Mengatasi Penyakit Asam Urat

"Ya tentunya setiap orang punya stres itu wajar ya," kata psikolog Adib Setiawan.

"Sebenarnya dalam istilah psikologi, sebenarnya stres itu tekanan gitu ya. Ya artinya tekanan-tekanan yang normal itu kan wajar," lanjutnya.

Contohnya seperti bagun tidur pagi haru merasa lapar dan perlu sarapan. Rasa lapar ini kata psikolog Adib merupakan bagian dari tekanan.

Saat siang hari waktu makan pun akan ada tekanan merasa lapar.

"Contoh, di pagi hari bangun tidur merasa lapar, pelru sarapan. Nah, rasa lapar itu kan bagian dari tekanan juga. Tapi tekanan yang biasa, kira-kira gitu," sambungnya.

Baca juga: 10 Manfaat Sereh untuk Kesehatan: Turunkan Tekanan Darah, Gula Darah hingga Menjaga Kadar Kolesterol

"Siang hari waktunya makan ada tekanan rasa lapar, terus makan," jelas psikolog Adib.

Apakah kemudian kalau menunda lapar berarti salah?

3 dari 4 halaman

Dijelaskan oleh psikolog Adib bahwa menunda lapar belum tentu salah karena manusia membutuhkan makan.

Misalnya seseorang makan dua kali sehari bisa saja lebih baik untuk kesehatan dikarenakan justru berat badannya ideal dan tidka menimbulkan obesitas.

"Ya kan belum tentu salah juga gitu. Manusia yang penting kan makan. Kalau kemudian dia makan sehari dua kali, ya bisa saja itu lebih baik mislanya," tuturnya.

Baca juga: Kontrol Gula Darah, Turunkan Kolesterol dan Tekanan Darah dengan Kacang Hijau, Intip Manfaat Lainnya

"Kenapa? 'Oh kalau makan dua kali sehari ternyata justru berat badannya ideal, tidak menimbulkan obesitas'. Walaupun dia harus menahan lapar, gitu kan, dan ternyata itu lebh sehat, bisa saja,"ujar psikolog Adib Setiawan.

Ada juga seseorang saat merasa lapar, ternyata makannya banyak sampai terjadi obesitas, sehingga muncul tekanan lain diejek teman karena obesitas.

"Trus ada lagi tekanan lapar, makannya banyak sampai obesitas. Nah, akan muncul tekanan lain. Oke, barangkali tekanan terhadap rasa lapar terselesaikan nih, tapi ada tekanan lain diejek teman karena obesitas. Ini kan tekanan juga," jelasnya.

Lanjut, psikolog keluarga dan pendidikan anak, Adib Setiawan menegaskan sebagai remaja harus bisa menyembangkan hal ini dengan membangun mindset yang postif. Tentunya dimulai dari keputusan yang diambil dan konsekuensi yang diterima.

Baca juga: 4 Manfaat Royal Jelly: Bantu Kontrol Kadar Kolesterol

Misalnya seperti tuntutan lingkungan harapan lingkungan.

"Tentunya kita sebagai pribadi remaja, harus bisa menyeimbangkan ini. Bagaimana kita membangun mindset secara positif gitu. Keputusan apa yang kita ambil, bisa kita terima konsekuensinya. Artinya tuntutaaan lingkungan, harapan lingkungan itu sebagai sesuatu yang sepanjang tidak memberatkan di akomodasi gak papa." pungkas Adib Setiawan.

Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan Adib Setiawan, Sp.Psi., M.Psi. Seorang priskolog keluarga dan pendidikan anak dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia.

4 dari 4 halaman

(TribunHealth.com/PP)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comStresPsikologTekanan mentalRemajaAdib Setiawan S.Psi. M.Psi. Zoya Amirin
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved