TRIBUNHEALTH.COM - Tahukah sobat sehat, kerusakan lingkungan dapat memengaruhi kehidupan hewan, termasuk memicu perubahan genetik.
Pada ikan dan organisme lainnya, perubahan genetik dapat terjadi sebagai respons terhadap tekanan lingkungan dan stres yang disebabkan oleh perubahan kondisi habitat.
Pencemaran air dengan zat-zat kimia berbahaya, seperti logam berat atau senyawa kimia industri, dapat memengaruhi ikan dan organisme air lainnya.
Paparan yang berlebihan terhadap zat-zat ini dapat merusak DNA dan menyebabkan mutasi genetik.
Bahkan pemanasan global dan perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan suhu air.
Baca juga: Carilah Buah dan Sayur yang Ditanam Pakai Biji, dr. Zaidul Akbar: Nyawa Buah dan Sayur Ada Pada Biji
Perubahan suhu yang signifikan dapat memengaruhi proses biokimia dalam tubuh ikan, yang pada gilirannya dapat memicu perubahan genetik.
dr. Zaidul Akbar mengambil contoh dari ikan sapu-sapu.
Ikan sapu-sapu yang lebih dikenal dengan istilah Pleco yang merupakan ikan asli Sungai Amazon masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan ikan hias.
Ikan ini awalnya digemari sebagai ikan hias yang dipelihara pada akuarium dan kolam ikan.
Dinamakan ikan sapu-sapu karena memang ikan ini sangat suka menyantap segalanya.
Ikan ini memang termasuk dalam kategori jenis hewan omnivora oportunistik.
Jadi hewan ini akan menyantap tanam-tanaman seperti lumut, alga, dan sebagainya.
Ikan hias ini juga bisa menyantap hewan kecil hingga invertebrata.
Baca juga: UPDATE Harga BBM Pertamina 27 November 2023 Se-Indonesia, Ada yang Turun hingga Rp 1.100
Lebih lanjut, dr. Zaidul Akbar yang merupakan pakar obat herbal menjelaskan jika mulanya ikan sapu-sapu memiliki moncong di depan.
Namun akibat kerusakan yang masif luar biasa, terjadi perubahan genetik dari ikan sapu-sapu.
Ahli kesehatan tersebut mengatakan jika hal ini karena menurunnya kualitas air saat ini.
Akibat hal tersebut, terjadi perubahan genetik.
"Bapak Ibuk, ini sekedar melihat keadaan alam kita.
Anda tahu ikan sapu-sapu nggak?
Ikan sapu-sapu itu mulutnya moncongnya dimana?
Bawah, dulu di depan.
Dulu aslinya kata guru saya ikan sapu-sapu itu moncongnya di depan, bukan di bawah, kata dia (guru dr. Zaidul Akbar).
Saya percaya aja, karena beliau lebih paham dari saya.
Jadi gara-gara kerusakan yang masif (besar-besaran) luar biasa terjadi perubahan genetikanya ikan sapu-sapu itu karena rusaknya air sekarang, itu maksudnya.
Sehingga genetik itu bisa berubah," kata dr. Zaidul Akbar.
Baca juga: Jenderal Israel: Jika Hamas Berhasil Hentikan Pertempuran, Secara Resmi Mereka Telah Menang
Apalagi jika hal ini terjadi pada makanan yang sudah mengalami rekayasa genetika.
dr. Zaidul Akbar mengimbau agar sobat sehat tidak mengonsumsi makanan hasil rekayasa genetika.
"Serem loh, makanan itu kalau udah apalagi yang makanan-makanan yang sudah mohon maaf direkayasa segala macam itu nggak usah makan deh.
Jangan dimakan, mendingan nggak usah, mendingan kita cari yang asli-asli kampung aja.
Contoh nih, Anda beli pisang, pisang kepok itu kalau Anda pergi ke Sentul atau ke Bogor kan masih banyak tuh item-itemnya.
Ada kadang apa namanya bukan ulat ya, yang putih-putih itu kaya tepung itu.
Nggak usah cari pisang-pisang yang kinclong-kinclong.
Ada sih beberapa pisang itu memang di lap segala macam.
Pisangnya apa namanya buah-buahan itu sejatinya kaya begitu aja, warnanya segala macam," pungkas dr. Zaidul Akbar yang dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube dr. Zaidul Akbar Official yang tayang pada 27 September 2023.
Baca juga: 9 Buah Ini Bantu Lancarkan BAB dan Hindarkan dari Masalah Pencernaan, Ada Kiwi hingga Alpukat
Konsumsi makanan hasil rekayasa genetika (GM) telah menjadi topik kontroversial dan telah menimbulkan berbagai pandangan di seluruh dunia.
Sebagian besar negara memiliki prosedur pengujian keamanan ketat sebelum makanan hasil rekayasa genetika diizinkan untuk konsumsi manusia.
Namun, masih ada kekhawatiran terkait dengan kemungkinan efek jangka panjang pada kesehatan manusia.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa makanan hasil rekayasa genetika yang disetujui oleh badan pengawas pangan yang kompeten aman untuk dikonsumsi, tetapi penelitian masih berlanjut.
Baca juga: 8 Bahaya Kebiasaan Menahan Pipis, Tingkatkan Risiko Kerusakan Kandung Kemih
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lainnya di sini.