TRIBUNHEALTH.COM - Gula merupakan bahan makanan yang kerap kali diasosiasikan dengan berbagai dampak buruk.
Pada dasarnya gula adalah zat yang juga dibutuhkan oleh tubuh.
Namun, anggapan bahwa gula adalah berbahaya juga benar, yakni ketika dikonsumsi secara berlebihan.
Harvard Health Publishing menjelaskan, saat kita makan gula, sebagian besar akan dipecah dan diserap di usus kecil.
Everyday Health memberitakan enzim khusus mengubah molekul gula menjadi tiga gula sederhana: glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Hati dan otot menyimpan sebagian glukosa sebagai glikogen, sebuah molekul yang dapat diubah kembali menjadi glukosa saat tubuh membutuhkannya.
Baca juga: 4 Penyebab Gula Darah Penderita Diabetes Tak Terkontrol, Tak Rajin Minum Obat hingga Malas Olahraga
Lonjakan glukosa darah sebakan masalah medis

Ketika glukosa memasuki aliran darah, kadar glukosa darah meningkat.
Sebagai tanggapan, pankreas mengeluarkan insulin untuk membantu glukosa mendapatkan tempat yang dibutuhkannya di dalam tubuh.
Jika seseorang mengonsumsi gula dalam jumlah besar, sel-sel dapat menjadi kebal terhadap insulin dari waktu ke waktu.
Kondisi ini menjadi faktor risiko peradangan sistemik, diabetes tipe 2, dan kondisi kronis lainnya.
Menurut sebuah penelitian, makan terlalu banyak gula tambahan juga dikaitkan dengan penambahan berat badan dan obesitas, faktor risiko penyakit jantung, penyakit hati berlemak nonalkohol, dan kanker.
Baca juga: Mengenal Anxiety Disorder, Gangguan Mental yang Membuat Penderitanya Merasakan Kecemasan
Berdampak pada kesehatan mental

Asupan gula tambahan yang berlebihan memengaruhi energi, suasana hati, berat badan, dan risiko penyakit kita, kata Jessica Cording, RD, seorang pelatih kesehatan di New York City dan penulis The Little Book of Game Changers.
“Secara keseluruhan, itu dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita.”
"Agar kita berfungsi selancar dan senormal mungkin, kita membutuhkan gula darah kita untuk bekerja di zona energi Goldilocks," kata William W. Li, MD , seorang dokter di Cambridge, Massachusetts, dan penulis Eat to Beat Disease.
Baca juga: 6 Hal yang Mempengaruhi Pembacaan Tekanan Darah, Termasuk Adanya Kecemasan saat Periksa
Batas konsumsi gula yang disarankan

Rekomendasi untuk batasan gula tambahan bervariasi di antara kelompok industri.
Dietary Guidelines for Americans, yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS dan Departemen Pertanian AS, merekomendasikan untuk membatasi kalori dari tambahan gula tidak lebih dari 10 persen setiap hari.
Untuk seseorang yang mengonsumsi 2.000 kalori sehari, itu maksimal sekitar 12 sdt.
The American Heart Association (AHA), bagaimanapun, merekomendasikan untuk membatasi jumlah gula tambahan harian tidak lebih dari 100 kalori untuk wanita dan 150 kalori untuk pria.
Selain itu, AHA merekomendasikan agar anak-anak berusia 2 tahun ke atas juga tidak boleh mengonsumsi gula tambahan lebih dari 100 kalori per hari.
Hasilnya, maksimal gula yang dikonsumsi dalam sehari sekitar 6 sdt untuk wanita dan anak-anak dan 9 sdt untuk pria.
Dua lembaga tersebut sependapat bahwa balita dan bayi di bawah 2 tahun tidak boleh mengonsumsi gula tambahan.
Baca juga: Seberapa Sering Harus Mencuci Bra? Jadi Sarang Pertumbuhan Bakteri jika Dipakai Terlalu Lama
Panduan Kemenkes RI
Sementara di tanah air, Kementerian Kesehatan juga memiliki panduan konsumsi gula dalam sehari.
Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi (200kkal).
Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)