TRIBUNHEALTH.COM - Sebuah kasus mutilasi yang terjadi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman bikin geger.
Diduga korbannya adalah Redho Tri Agustian, seorang mahasiswa UMY yang berasal dari Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Dilansir dari laman Bangkapos.com, sejauh ini fakta yang terungkap yakni pelaku mutilasi adalah Wal, warga Kajoran, Kabupaten magelang dan RD asal DKI Jakarta.
Mereka ditangkap setelah melarikan diri ke Bogor, Jawa Barat.
Yang maish menjadi pertanyaan publik yakni apa motif dari para pelaku yang tega melakukan mutilasi terhadap korban di sebuah Indekos di Wilayah Krapyak, Triharjo, Kabupaten Sleman.
Polisi belum mengungkap motif mutilasi yang diduga korbannya ialah Redho Tri Agustian, mahasiswa UMY asal Bangka Belitung.
Lantas, apa saja fakta-fakta yang terungkap?
Bagaimana kesaksian tetangga kos pelaku sebelum kejadian tersebut terungkap?
Informasi yang dihimpun dari TribunJogja.com, tetangga samping kos pelaku mengaku tidak menemukan kejanggalan sebelumnya.
Baca juga: Wanita Hamil Sering Kali Tak Ingin Melakukan Hubungan Seksual, Ini Deretan Alasannya
"Keran air saja kalau dinyalain dari samping pasti terdengar.
"Nah, dari kemarin- kemarin tidak ada (suara gaduh)," kata Reno, tetangga samping indekos pelaku, ditemui Senin (17/7/2023).
Ia mengaku tidak menyangka ketika kamar kos yang berada sisampingnya persis itu menjadi lokasi mutilasi.
Sebab, dalam beberapa hari yang lalu tidak ada sesuatu yang janggal.
Tak ada teriakan, gaduh ataupun bau yang mencurigakan.
Semua biasa dan normal.
Reno menyampaikan, sepanjang pelaku menempati kamar yang terletak diujung tersebut, jarang berinteraksi dengan tetangga.
Komunikasi pun hanya seperlunya saja. Bahkan, kadang-kadang berangkat pagi kemudian pulang malam dan langsung masuk kamar.
Komunikasi hanya kadang ketika kebetulan ketemu saat pagi sebelum berangkat kerja.
"Ya pernah ketemu sebelum berangkat kerja. Sempat ngomong kalau kerja di restoran. Tapi saya gak tahu di mana. Cenderung pendiam orangnya. Saya juga gak tau namanya. Saya tahu namanya malah setelah di Polresta," kata Reno dikutip dari Tribun Jogja.
Saat ini, kamar kos pelaku di Krapyak Triharjo Sleman dalam kondisi tertutup. Garis polisi masih terpasang.
Menurut Reno, pada Kamis (13/7) malam, kamar kos pelaku telah didatangi petugas Kepolisian. Sejumlah barang-barang dari dalam kamar turut dibawa menjadi barang bukti.
Diketahui, potongan tubuh korban setelah di mutilasi ditemukan di sejumlah lokasi.
Tangan kiri dan sepasang kaki ditemukan di aliran Kali Bedog, Turi. Kepala ditemukan di Kali Krasak Merdikorejo Tempel. Sedangkan tulang iga ditemukan di Kali Sempor, Randusongo, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman.
Baca juga: Meskipun Sudah Sembuh, PCOS Bisa Terjadi Kembali jika Tak Menjaga Pola Hidup Sehat
Dirkrimun Polda DIY, Kobes Pol FX Endriadi sebelumnya mengatakan, proses mutilasi korban yang merupakan mahasiswa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta dilakukan di sebuah kamar kos.
Hal tersbeut diperkuat dengan ditemukannya sejumlah barang bukti yang disita polisi dari kamar kos pelaku. Diantaranya seperti sebilah pisau, ember, palu, kompor gas dan panci berukuran besar.
Selain itu, ada beberapa barang lain yang diamankan polisi, termasuk satu unit sepeda motor. Antara korban dan pelaku terjanya juga saling mengenal.
"Antara pelaku dan korban ini saling mengenal. Kami dalami peristiwa pidananya. Mutilasi dilakukan di kos pelaku, Triharjo," tutur Endriadi.
Pelaku Waliyin
Dri pene;usuran Tribun Jogja, salah seorang tersangka W alias Waliyin diketahui lengkapnya berdomisili di Dusun Gatak, Desa Sukomulyo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Ketika dikonfirmasi kepada Kepala Desa Sokomulyo, Ahmad Riyadi membenarkan, tersangka pembunuhan dann mutilasi di Sleman, DIY ialah warganya yang berinisial W.
"Saya klarifikasi pihak keluarga memang betul. Cuma memang, (tersangka) jarang sekali dia di rumah Gatak Sukomulyo,"katanya pada Minggu (16/7/2023).
Dia mengatakan, jika tersangka W bekerja sebagai serabutan yang merantau dari satu kota ke kota lain.
"Jadi tidak menetap, cuma identitas masih warga Sukomulyo. Yang di sini orang tuanya (tersangka). Karena tidak tetap kami juga tidak bisa menjawab berapa lama tersangka merantau di Jogja,"paparnya.
Kepala Dusun Gatak, Arif Masrur membenarkan jika ada warganya bernama Waliyin.
Baca juga: Hanya karena Tisu, Mobil Tabrak Pohon hingga Terbalik, Polisi Jelaskan Kondisi Terkini Pengemudi
Namun, dia tidak bisa memastikan apakah sosok Waliyin yang dikenalnya adalah si-pembunuh dan pe mutilasi korban di Turi, Sleman, DIY beberapa waktu lalu.
"Memang ada warga kami, satu orang bernama Waliyin, itu warga Dusun Gatak RT002/RW005. Tetapi, apakah orang itu yang melakukan pembunuhan mutilasi atau tidak saya kurang tahu. Karena, belum ada konfirmasi dari keluarga sampai detik ini,"tutur dia saat didatangi di kediamannya, Minggu (16/7/2023).
namun, ketika ditunjukkan oleh tribunJogja sebuah foto yang emmuat gambar dua orang tersangka. Arif mengakui bahwa perawakan sa;ah seorang yang ada di foto tersebut memang mirip dengan Waliyin yang tak lain adalah warga dusunnya.
"Iya, ini memang mirip dia (Waliyin) yang rambutnya diwarnai. tetapi sekali lagi karena belum ada konfirmasi yang masuk ke kami, kami belum bisa memastikan lebih jauh. Sampai sekarang saya masih terkejut ,"terangnya.
Ia pun bercerita, kalau sosok Waliyin yang dikenalnya itu merupakan anak yang kalem dan tenang. Bahkan dia menilai, Waliyin tidak pernah berbuat onar di kampungnya.
Waliyin juga sosok yang ramah terhadap warga. Bahkan, sering serawung ke rumah para tetangganya.
Tinggal di Rumah Kecil
Dikampung tersebut, kata Kadus, Waliyin tinggal dalam satu rumah kecil bersama ibu dan saudara laki-lakinya.
Dimana rumah itu dibagi menajdi dua sekat, satu sisi untuk tinggal Waliyin dan ibunya. Sedangkan satu sisi lain ditempati oleh saudara laki-laki Waliyin bersama istrinya.
"Ayahnya Waliyin sudah meninggal lama, ayahnya orang sini asli. Mereka 4 bersaudara lahir di sini semua, dua laki-laki dan dua perempuan. Yang tinggal di rumah itu, tinggal Ibunya dan abangnya Waliyin (sudah berkeluarga), jadi ada dua keluarga di sana , sudah KK sendiri-sendiri,"terangnya.
Lanjut dia, Ibu kandung Waliyin sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Sedangkan, saudara laki-lakinya bekerja serabutan.
"Kalau Waliyin itu kerja ke luar-luar itu (ke luar kota). Tapi, saya tidak tahu persis kapan mulai merantau, berapa lama gitu, taunya itu merantau aja. Kalau dulu, di rumah sebelum merantau ya bantu-bantu ibunya, ya nganggur lah ya,"terangnya.
Ia mengatakan, terakhir kali bertemu dengan Waliyin sebelum puasa tahun 2022 lalu. Saat itu, Waliyin bersama ibunya datang untuk membuat sertifikat tanah.
"Kemari sama ibunya, dua orang aja. Itu sikapnya masih normal tidak ada yang mencurigakan. Itu mau buat sertifikat tanah katanya untuk Waliyin,"ungkapnya.
Carik Sukomulyo sekaligus tetangga Waliyin, Sudaliyo mengatakan, mengetahui berita mutilasi tersebut awalnya dari melihat berita dimana domisili salah seorang tersangka tertuju pada DUsun gatak, RT 002 RW 005, Desa Sukomulyo, Kecamatan kajoran, Kabupaten Magelang.
Baca juga: Memiliki Hasrat tapi Bangkitan Tidak Ada, Apakah Termasuk Impotensi? Begini Penjelasan dr. Binsar
"Memang di sini, ada namanya Waliyin. Tetapi saya kurang tau apakah dia itu orang yang membunuh dan me mutilasi. Karena, dari keluarga juga belum ada ngomong-ngomong. Saya juga baru tahu siang ini, jadi kebenaran itu Waliyin apa tidak saya belum tahu, tapi yang pasti di sini ada warga namanya Waliyin,"ucapnya.
Kata Sudaliyo, Waliyin yang dikenalnya merantau sejak lulus MTS atau Setingkat SMP. Namun, dirinya tidak mengetahui persis pekerjaan apa yang dilakoni oleh Waliyin.
"Kalau kerjanya apa saya tidak tahu, katanya yaitu ikut juragan-nya. Dia juga merantau pernah sampai Papua. Itu juga pernah kata keluarganya merantau sampai ke Singapura. Itu saya ditunjukin foto sama keluarganya di rumahnya itu, ada bacaan 'Di Singapura'. Kalau yang merantau di Jogja ini dikasih tau sama keluarganya, katanya di Jogja gitu,"bebernya.
Menurut Sudaliyo, Waliyin juga sosok anak anteng, kalem dan rajin. Bahka tak jarang kemabli ke rumahnya Waliyin selalu menyempatkan ikut Mujadahan bersama warga kampung.
"Biasanya kadang-kadang itu, hari Jumat pulang, itu ikut Mujadahan. Kalau pulang pasti serawung dengan warga. Kalau saya terakhir kali jumpa dengan Waliyin itu pas Lebaran 2022 lalu. Dia (Waliyin) itu, keliling lebaran bersama-sama temannya ke rumah-rumah warga.
"Ya anak rajin lah, dulu sebelum merantau juga suka bantu ibunya cari kayu bakar sebelum ada kompor, jadi tetap masih belum percaya itu Waliyin, karena anak seperti ini kayaknya tidak mungkin melakukan hal itu (pembunuhan dan mutilasi),"urainya.
Korban Mutilasi Diduga adalah Redho Tri Agustian
Baca juga: 5 Jurusan Ini Berpeluang Tinggi Lolos CPNS 2023, Pendaftaran Dibuka Mulai September
Korban mutilasi diduga bernama Redho Tri Agustian (20) mahasiswa Universitas Muhammadiyah YOgyakarta (UMY) asal Bangka Belitung.
Hal ini berdasarkan laporan orang hilang sejak 11 Juli 2023.
"Benar, Polsek Kasihan menerima laporan orang hilang atas Nama Redho Tri Agustian yang kos di Tamantirto, Kasihan, Bantul pada Kamis 13 Juli 2023 lalu sekitar pukul 12.30 WIB," kata Kasi Humas Polres Bantul Iptu I Nengah Jeffry Prana Widnyana saat dihubungi melalui telepon, Minggu (16/7/2023) petang.
Namun, keluarga Redho yang berad di Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, masih menunggu hasil tes DNA dari kepolisian.
“Kami juga belum menerima kepastian itu, jadi belum bisa memastikan, apakah itu keluarga kami atau bukan. Kita masih menunggu hasil tes DNA dari kepolisian Jogja,” ujar Majid paman korban, Minggu (16/7/2023), dilansir dari Tribunnews.com.
Majid menjelaskan, jika nantinya hasil tes DNA dari kepolisian sudah keluar, pihak keluarga siap menerima apa pun hasilnya. Meskipun seandainya benar korban mutilasi inisial R itu adalah Redho.
“Kalau hasil tes di sana valid, kita terima apa pun keputusannya. Yang buruk sekalipun kita terima,"ujarnya. Lanjut Majid, keluarga sepenuhnya menyerahkan penanganan kasus tersebut kepada polisi.
“Kita ada keluarga di Yogya, jadi biar mereka yang ngurus, kalau dari sini sepertinya tidak berangkat ke Yogya. Kalau misalkan benar, tentunya keluarga juga akan mengikhlaskan hal itu,” ucapnya.
Baca juga: Santri Ponpes Berusia 7 Tahun Diikutkan Jelajah Alam, Meregang Nyawa karena Jatuh ke Sungai
Sosok Redho Tri Agustian
Rini Trihastuti, guru SMAN 4 Pangkalpinang turut berbagi kisah mengenai Redho Tri Agustian, mahasiswa asal Pangkalpinang yang diduga menjadi korban mutilasi di Sleman, YOgyakarta.
Rini pernah membimbing Redho saat mahasiswa UMY tersebut amsih berseragam abu-abu.
Redho meninggalkan SMAN 4 Pangkalpinang pada tahun 2021.
"Dia (Redho) siswa saya sewaktu masih duduk di SMA, dia saya kenal baik, sopan, rajin, aktif di organisasi dan berprestasi dibidang akademik," kata Rini Trihastuti kepada Bangkapos.com, Minggu (16/7/2023).
"Redho dulu zaman SMA, sering ikut lomba mewakili sekolah dan itu pun saya yang melatih serta membimbing dia hingga sampai lulus SMA," tambahnya.
Rini sangat sedih saat mendapat kabar Redho hilang pada Selasa (11/07/2023) lalu di Yogyakarta.
Kabar itu diterima Rini dari teman-teman alumni SMA Redho.
"Mereka bilang Redho hilang dan belum ditemukan sampai saat ini," ungkap Rini.
Rini ingat amsih ada janj yang diucapkan Redho pada saat komunikasi terkahir mereka.
Komunikasi itu terjadi sebelum Redho dikabarkan hilang.
Kala itu, Rini mengabarkan kepada Redho kalau ada satu film yang akan ditayangkan di bioskop dan Redho ingin menonton juga.
Akan tetapi, Redho belum sempat menonton atau menyaksikan film di bioskop dia dikabarkan hilang dan belum ditemukan oleh keluarga maupun teman-teman di Yogyakarta.
"Kemarin dia (Redho) janji dengan saya, pengen menonton film di bioskop dan itu janji dia sebelum dikabarkan beberapa hari lalu," tambahnya.
Ia juga berharap supaya Redho cepat ditemukan, agar bisa berkumpul dengan keluarga hingga teman-teman karena sudah menghilang beberapa hari lalu di Yogyakarta.
"Saya sangat sedih sekali dapat kabar seperti ini, saya mohon doa kita semua. Semoga dia cepat ditemukan dalam kondisi sehat, biar bisa berkumpul dengan kami lagi," harapnya.
Pada Maret 2023, Rini mengaku sempat dihubungi Redho yang meminta doa serta bimbingannya.
Baca juga: dr. Karmila Novianti Paparkan Komplikasi Nyeri Lutut yang Tak Segera Diobati, Apa Saja?
Doa dan bimbingan itu sebelum Redho mengikuti lomba Duta Generasi Berencana (GenRe) yang akan diikutinya di Yogyakarta.
Dalam lomba tersebut, Redho pun mengabarkan bahwa dia meraih juara Harapan 1.
"Walaupun dia sudah kuliah, tetap menjalin komunikasi terus dengan saya sampai sekarang dan dia saya anggap anak sendiri," ucapnya.
Lebih lanjut Rini menyebutkan, sewaktu SMA dulu Redho pernah juga mengikuti lomba GenRe untuk mewakili SMAN 4 Kota Pangkalpinang.
Sehingga, Redho memang dikenal sebagai anak yang aktif dan memiliki prestasi selama ini.
Baik disekolah, diluar sekolah hingga sampai sekarang dimasa menjadi mahasiswa Redho pun masih terkenal anak yang aktif dan berprestasi.
"Pernah SMA dulu ikut genre juga, itu dia minta arahan dan bimbingan dari saya. Bagaimana cara komunikasi yang baik dengan orang lain, tata cara berperilaku dan itu semua dia selalu berkomunikasi dengan saya," sebut Rini.
Keluarga Redho Tri Agustian Menunggu di Rumah
Keluarga korban mutilasi di TUri, Sleman Daeah Istimewa Yogyakarta (DIY) syok ketika mendengar kabar meninggalnya Redho Tri Agustian (20).
Abdullah (62), ayah korban mengaku peristiwa itu mengingatkan kembali dengan peristiwa tragis yang menimpa Toni, kakak Redho.
"Dulu Tomi kakak Redho yang di tengah, meninggal akibat kecelakaan, tabrakan," kata Abdullah saat disambangi Kompas.com di rumahnya di Pangkalbalam, Pangkalpinang, Senin (17/7/2023).
Menurut Abdullah, saat kejadian itu Redho masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sementara Tomi masih berstatus pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
Saat itu keluarganya terus berusaha mengikhlaskan kepergian Tomi.
Baca juga: Menangis 893 Triplek Raib Tanpa Dibayar, Jauh-jauh ke Surabaya Perajin Kayu Asal Jepara Kena Tipu
Namun, Abdullah mengaku tak menyangka akan menerima kabar duka memilukan dari Redho.
Redho merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.
Abdullah pun pasrah dengan kejadian yang emnimpa keluarganya tersbeut.
keluarganya itu.
"Kami hanya pasrah, menunggu saja di rumah," ujar Abdullah yang sesekali berusaha melepas senyum.
Abdullah mengatakan, untuk urusan memulangkan jenazah Redho sudah ditangani kakak sulung korban, Rian.
Rian merupakan kakak sulung Redho saat ini telah berada di Yogyakarta untuk mewakili pihak keluarga.
"Sudah kami serahkan pada Rian, kakak sulungnya Redho.
Dia yang mengurus di sana," ucap Abdullah.
Fakta-fakta Awal Mayat Mutilasi Ditemukan
Kasus ini berawal setelah Rabu pekan lalu (12/7/2023), publik Sleman, DI Yogyakarta geger dengan temuan potongan tubuh manusia.
Penemuan dua kaki dan satu tangan itu terjadi di area Jembatan Kelor, Kelurahan Bangunkerto, kapanewon Turi, Rabu malam.
Kelor, Kalurahan Bangunkerto, Kapanewon Turi, Rabu malam.
"Ada warga yang mau mancing ke bawah (bawah jembatan Kelor) terus dia menemukan. Terus lapor ke kita," ujar Kapolresta Sleman Kombes Pol Yuswanto Ardi, Rabu (12/07/2023).
Yuswanto mengungkapkan, pihaknya menemukan tangan kaki tersebut tidak hanya di sungai. Namun juga di semak-semak.
Berdasarkan informasi yang sudah terhimpun, berikut beberapa fakta yang telah terungkap mengenai kasus mutilasi ini.
1. Sempat ditemukan bungkusan berisi pakaian dalam wanita
Kombes Yuswanto memaparkan, dalam pencarian lanjutan, polisi menemukan sebuah bungkusan plastik berisi pakaian dalam wanita.
"Kita menemukan satu bungkus plastik yang berisi pakaian dalam wanita. Tapi belum bisa dipastikan bahwa itu ada kaitan atau tidak," ujar Kapolresta Sleman Kombes Pol Yuswanto Ardi, Kamis (13/07/2023) lalu.
Selain itu dalam proses pencarian ini, pihaknya menemukan satu potongan lagi, yaitu potongan daging.
2. Kepala ditemukan, diduga laki-laki
Dalam penyisiran yang dilakukan polisi di wilayah Kalurahan Merdikorejo, Kapanewon Tempel, mereka menemukan kepala.
Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi berujar, kepala diduga punya korban ketemu setelah mereka memerluas area penyisiran di dua lokasi, selain di Turi.
"Setelah kita susur lagi ditemukan potongan kepala, dugaannya punya korban," ucapnya.
Merujuk kepada hasil terbaru, FX Endriadi mengatakan bahwa ada dugaan, korban mutilasi tersebut merupakan laki-laki. Endriadi melanjutkan, potongan tubuhnya berada di RS Bhayangkara Polda DI Yogyakarta untuk kepentingan identifikasi.
Baca juga: HEBOH Ucapan Nathalie Holscher Nafkah Rp 25 Juta Kurang, Nikita Mirzani Lontarkan Komentar Pedas
"Yang mencari identitasnya kan nanti dari identifikasi sama forensik. Kita tunggu dari forensik," ucapnya.
3. Dua pelaku ditangkap
Tak berselang setelah penemuan potongan tubuh itu, Polda DIY mengumumkan bahwa kedua terduga pelaku mutilasi ditangkap.
"Dugaan pelaku sudah diamankan," ujar Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX. Endriadi, Minggu (16/07/2023). Endriadi berkata, kedua terduga pe mutilasi berinisial W dan RD.
Dalam konferensi pers yang digelar Minggu kemarin (16//7/2023), polisi menjelaskan bahwa identifikasi korban mutilasi terungkap.
"Hasilnya tim menemukan identitas korban. Identitas korban tersebut atas berinisial R," ujar Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX. Endriadi dalam jumpa pers di Mapolda DIY, Minggu (16/07/2023).
Korban disebut adalah seorang laki-laki yang berasal dari Pangkalpinang, Bangka Belitung, dan berstatus mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wadir Reskrimum Polda DIY, AKBP Tri Panungko menuturkan, Polsek Kasihan, Bantul, sempat menerima laporan orang hilang.
"Ada laporan kehilangan di Polsek Kasihan Bantul, kemudian Kita berkomunikasi dengan Polsek, kita cocokan dengan adanya temuan potongan-potongan tubuh tersebut," urainya.
5. Pelaku ditangkap di Bogor, korban dieksekusi di kosan
Kombes Endriadi menjelaskan, kedua pelaku ditangkap di area Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, dan tanpa perlawanan.
"Penangkapannya kemarin malam, tadi malam sampai di Mako kita (Mapolda DIY) Terduga pelaku yang diamankan adalah inisial W, KTP-nya warga Magelang, kemudian inisial RD, KTP-nya warga DKI Jakarta," ucapnya.
Kemudian, berdasarkan keterangan yang disampaikan pelaku, korban dibunuh di kamar kosan salah satu pelaku di daerah Triharjo, Kapanewon Sleman.
"Jadi untuk TKP nya saat ini kami dapatkan data bahwa kejadian itu di Triharjo, Sleman," tegasnya.
(kompas.com/ Tribun Jogja/ Tribun Style/Bangkapos.co/TribunHealth.com)