TRIBUNHEALTH.COM - Apakah sobat sehat pernah menjumpai orang dengan ADHD?
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan pemusatan perhatian yang disertai dengan hiperaktivitas.
Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A menuturkan jika ADHD merupakan gangguan perkembangan dan neurologis.
"Ada hal yang terkait dengan fungsi neurologisnya atau sarafnya," sambung Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A.
Baca juga: Ketika Hendak Melakukan Facial Vampire, Pasien Tidak Boleh dalam Keadaan Sakit, Begini Alasannya

Baca juga: 5 Tips Hidup Sehat untuk Turunkan Tekanan Darah dan Kontrol Diabetes: Perbanyak Makan Buah dan Sayur
Pernyataan ini disampaikan oleh Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A. yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Ayo Sehat.
Kondisi ini biasanya membuat seseorang yang mengalami ADHD kesulitan dalam konsentrasi, gelisah dan biasanya mengalami masalah dalam belajar atau kesulitan belajar.
ADHD berkaitan dalam masalah regulasi emosi, hal inilah yang umumnya terjadi pada mereka yang mengalami ADHD.
Berdasarkan data statistik, sampai sekarang belum ada data yang pasti terkait anak-anak, remaja hingga dewasa yang mengalami ADHD.
Akan tetapi jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik Nasional ada sekitar 82 juta anak yang berkebutuhan khusus termasuk di dalamnya terdapat anak ADHD.
"Ada sekitar 82 juta anak ya di Indonesia yang mengalami gangguan perkembangan," timpal Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A.
Biasanya prevalensi terjadinya ADHD lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan.
"Bisa 4 banding 1 sampai 9 banding 1," tutur Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A.
Baca juga: Bertahannya Lapisan Restorasi Gigi Setiap Orang Berbeda-beda, Berikut Ulasan drg. Ummi Kalsum Sp.KG

Baca juga: Seseorang Memiliki Riwayat Pembedahan Apakah Boleh Melakukan Slimming Treatment?
"Jadi 4 anak laki-laki atau 9 anak laki-laki 1 nya perempuan," pungkas Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A.
Kategori anak ADHD terbagi menjadi beberapa tipe, antara lain:
- Inatentif
Anak umunya memiliki gejala tidak dapat memperhatikan dengan baik.
- Hiperaktivitas disertai impulsif
Anak umumnya memiliki masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
- Kombinasi hiperaktivitas impulsif dan inatentif
Psikolog menuturkan jika kondisi ini didiagnosa sebelum anak berusia 7 tahun.
Ada beberapa gejala yang sering muncul, salah satunya adalah seringkali lupa.
Selain itu anak seringkali kesulitan dalam konsentrasi dan gelisah, sehingga terjadi hiperaktivitas fisik.
Dimana anak melakukan gerakan-gerakan yang umunya tidak penting untuk dilakukan.
Namun secara alami anak melakukan banyak gerakan.
Baca juga: drg. Ardiansyah S. Pawinru Terangkan Upaya Pencegahan agar Terhindar dari Gangguan Sendi Rahang

Baca juga: Disiplin Pakai Masker Tak Hanya Menghindarkan dari Penularan Covid-19, Namun Juga dari Virus Lainnya
Biasanya anak akan sulit untuk duduk tenang.
Sementara pada orang dewasa, seseorang umumnya tidak senang jika bekerja di bagian back office dan cenderung nyaman dengan pekerjaan yang mobile.
Beberapa orang juga kesulitan dalam berbicara yang sistematis.
Baca juga: Plasma Darah Mengandung Banyak Protein, Growth Factor, dan Bahan Lain untuk Meregenerasi Kulit
Penjelasan Psikolog Klinis Anak, Irma Gustiana A. dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Ayo Sehat edisi 17 November 2021.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.