TRIBUNHEALTH.COM - Osteoarthritis atau peradangan sendi di lutut adalah keadaan yang harus diwaspadai.
Kondisi osteoatritis memiliki beberapa klasifikasi derajat keparahan yang dialami penderita.
Dalam penanganannya, disesuaikan dengan klasifikasi derajat keparahan tersebut.
Baca juga: Benarkah Minyak Gosok Hangat Efektif untuk Mengatasi Nyeri Ringan? Berikut Ulasan dr. Isrun Masari
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, dr. Isrun Masari. Sp.An., FIPM. CIPS menjelaskan berbagai klasifikasi tersebut. Di antaranya:
1. Derajat pertama
Penderita osteoarthritis dengan derajat 1 akan merasakan keluhan nyeri ketika berjalan jauh. Namun akan segera mereda jika lekas beristirahat.

2. Derajat kedua
Hampir sama dengan sebelumnya, namun hanya berjalan dalam jarak yang pendek sudah timbul rasa nyeri.
Walau demikian pasien masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Obesitas Memiliki Peluang Lebih Tinggi Mengalami Nyeri Otot atau Nyeri Sendi, Berikut Penanganannya
Bila pasien segera melakukan pengobatan pada derajat ini, maka dapat terhindar dari derajat berikutnya.
3. Derajat tiga
Tidak bisa melipat kaki saat menjalankan ibadan sholat dan aktivitas kian menurun.
Jika sudah pada derajat ini, dokter tidak akan bisa lagi memulihkan pasien agar kembali pada derajat sebelumnya.

Lantaran kondisi ini termasuk pada proses degeneratif (berjalan terus).
4. Derajat empat
Sudah kesulitan untuk berjalan dan hanya bisa menggunakan kursi roda.
Dokter akan semakin sulit dalam memberikan penanganan pada pasien agar bisa pulih.
Baca juga: Banyak Produk Susu dikenal Bisa Atasi dan Cegah Osteoporosis, dr. Ray Hendry: Jangan Termakan Iklan
Untuk itu, Isrun menghimbau masyarakat jika mengalami nyeri segera ditelusuri penyebab dan cara mengatasinya.
Intervensi Nyeri Kronik
Intervensi manajemen nyeri merupakan suatu teknik mengatasi masalah nyeri langsung pada pencetus nyeri muncul.
Misalnya nyeri bahu, pada bahu terdapat berbagai otot yang berperan menyebabkan nyeri tersebut timbul.

Intervensi ini menjadi solusi jika dalam penanganan nyeri kronik tak ada perbaikan setelah dokter menganjurkan pasien mengonsumsi obat.
Jika terus dipaksa menggunakan obat, maka akan menimbulkan efek samping pada organ. Seperti gangguan ginjal atau lambung.
"Berbeda dengan manajemen nyeri intervensi, obat langsung diberikan pada sumbernya," imbuh Isrun.
Baca juga: dr. Adib Khumaidi, Sp.OT Sampaikan Pesan untuk Kaum Muda Mengenai Osteoporosis
Agar tidak salah penempatan, maka dokter akan menggunakan alat bantu dengan USG (Ultrasonografi).
Saat ini USG sangat berkembang, maka bisa dilakukan untuk membantu mendeteksi kelainan otot dan sendi.
"Dengan USG kita tahu, adanya robekan, saraf bermasalah atau sendi mengalami peradangan," tambah Isrun.

Selain itu dengan USG bisa menjadi panduan pada jarum yang akan digunakan untuk ditempatkan pada target nyeri yang dituju.
Prosedur Atasi Nyeri Kronik
Dalam prosedur mengatasi nyeri kronik, dibutuhkan alat bantu untuk menuju target sumber nyerinya.
Misalnya pada tulang saraf kejepit di area tulang belakang, penanganan melibatkan alat bantu fluoroscopy untuk menuntun jarum ke target penyebab nyerinya.
Baca juga: Waktu Terbaik Berjemur di Bawah Sinar Matahari Demi Kepadatan Tulang menurut dr. Ray Hendry, Sp. OT
Tak perlu resah, ini bukan merupakan prosedur operasi melainkan berupa prosedur penyuntikan.
Sebelum disuntik, pasien akan diberikan anastesi lokal agar tidak merasa kesakitan.
Jika sudah demikian, prosedur dapat dijalankan pasien dengan nyaman.

Prosedur ini dapat dijalankan di ruang operasi atau poliklinik tergantung kondisi pasien.
"Kalau tulang belakang kita butuh alat flouroscopy di ruang operasi, tetapi kalau otot kita bisa pakai USG (ultrasonografi) di poliklinik," jelas Isrun.
Penyebab Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan salah satu penyebab yang membuat pasien datang ke rumah sakit.
Nyeri yang terus berkelanjutan dan tidak tertangani akan menjadi masalah untuk produktivitas pasien dan lingkungan sekitar.
Baca juga: Benarkah Nyeri Punggung Akibat Nyeri Haid Normal Terjadi? Begini Penjelasan dr. Binsar Martin Sinaga
Dalam penatalaksanaan sehari-hari, seseorang yang merasa nyeri akan segera mengonsumsi suatu obat yang dianggap mampu meredakan keluhan nyeri.
Namun perlu menjadi catatan, jika setelah minum obat nyeri yang datang tak kunjung hilang secara permanen dengan intensitas yang kian meningkat.
"Setelah minum obat, nyeri hilang, tapi timbul lagi secara terus-menerus dan intensitas nyerinya semakin tinggi," ucap Isrun.

Jika demikian, mengakibatkan efektifitas obat kian menurun.
Dalam kondisi ini, solusi yang bisa ditempuh pasien hanya dua. Yakni minum obat atau operasi.
Namun sayangnya, beberapa pasien ada yang tidak bisa melakukan operasi karena satu dan lain hal. Salah satunya mempertimbangkan faktor usia.
Baca juga: Kelamaan Mengetik Menyebabkan Nyeri? Simak Tips Kesehatan untuk Mengatasi Nyeri Akibat Mengetik
Jika demikian maka pasien akan mengalami kondisi nyeri kronik.
Intervensi manajemen nyeri saat ini, menjadi jembatan bagi penderita yang telah konsumsi obat secara maksimal dengan nyeri yang tak kunjung berkurang dan tidak bisa operasi.
Penjelasan dr. Isrun Masari. Sp.An., FIPM. CIPS ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)