TRIBUNHEALTH.COM - Pemberian obat berlebihan tidak dianjurkan karena hal ini dapat menyebabkan resistensi terhadap obat yang diberikan.
dr. Anindita Noviandhari, Sp.A menyampaikan, resistensi ini konteksnya adalah dalam pemberian antibiotik.
Ia melanjutkan, bukan tubuh yang kebal dari obat, namun bakteri yang ada di dalam tubuhlah yang kebal dengan obat tersebut.
Ketika seorang anak sakit dan dibawa orangtua untuk berobat, biasanya dokter akan menyampaikan jika antibiotik harus dihabiskan dalam beberapa hari dan tidak boleh dihentikan.
Baca juga: Anak Mudah Sakit, Apakah Perlu Melakukan Cek Vitamin D? Begini Ulasan dr. Anindita
Baca juga: Baiknya Tak Diminum Bersamaan, dr. Anindita Paparkan Jeda Waktu Antara Minum Obat dan Minum Susu
Dokter memberikan resep sesuai dengan kebutuhan pada pasien, jika pasien mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter, maka kekebalan terhadap obat atau resistensi tidak akan terjadi.
Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Anindita Noviandhari, Sp.A yang dilansir TribunHealth.com dalam tayangan YouTube Tribunjabar Video.
Resistensi antibiotik merupakan kondisi ketika antibiotik tidak lagi efektif dalam membunuh bakteri yang menginfeksi tubuh.
Menurut dr. Anindita, antiobiotik sendiri biasanya diberikan minimal tiga hari sampai 5 hari dan tidak boleh lebih singkat dari itu.
Pasalnya jika pemberian antibiotik lebih singat dari itu, bakteri belum benar-benar mati dan bakteri dalam tubuh akan mengenali antibiotik tersebut.
Baca juga: Benarkah Berjemur di Pagi Hari Dapat Meningkatkan Imunitas Anak? Berikut Jawaban dr. Anindita
Baca juga: Tak Perlu Panik dan Buru-buru Berikan Obat, dr. Anindita Paparkan Cara Atasi Demam pada Anak
Antibiotik diibaratkan sebagai satpam, ketika antibiotik lemah dan belum sepenuhnya mati, bakteri akan mengenali satpam tersebut.
Sehingga ketika bakteri tersebut terluka atau lemah akibat antibiotik, bakteri bisa mengenali satpam tersebut dan melawan satpam tersebut.
Begitu seorang anak sakit lagi, kemudian dokter berikan obat yang sama, maka bakteri dalam tubuh sudah mengetahui cara kerja dari satpam tersebut dan dapat melawannya dengan baik.
"Jadi kalau misalnya seperti itu, pasien tidak bisa diberikan antibiotik yang sama lagi dan harus menggunakan antibiotik yang lain atau satpam yang lain."
dr. Anindita menuturkan, pemberian antibiotik akan diberikan secara berjenjang, mulai dari level awal, level sedang, dan level tinggi.
Baca juga: dr. Anindita Noviandhari, Sp.A Sebut Jaga Imunitas Tubuh Anak dengan Konsumsi Gizi Seimbang
Baca juga: Anak Generasi Sekarang Dinilai Memiliki Imunitas yang Lebih Rentan, dr. Anindita Paparkan Alasannya
Jika seorang pasien alami resistensi antibiotik, maka pemberian antibiotik akan diberikan ke level selanjutnya hingga level tertinggi.
Setiap kenaikan level antibiotik memiliki efek samping yang lebih besar dan harganya semakin mahal.
"Jadi itu yang dikhawatirkan, biasanya untuk level tinggi itu diberikan untuk penyakit yang berat."
"Penyakit yang sampai anaknya harus dirawat dan mengancam jiwa."
"Kalau misalnya yang awal-awal sudah tidak mempan, nanti dia waktu lagi sakit tidak ada pilihan lagi, itu yang kita khawatirkan sebenarnya."
Baca juga: dr. Anindita Paparkan Penyebab hingga Solusi yang Dapat Dilakukan Orangtua Saat Anak Flu & Batuk
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Anindita Noviandhari, Sp.A dalam tayangan YouTube Tribunjabar Video pada 2 November 2022.