TRIBUNHEALTH.COM - Kanker payudara adalah penyakit berbahaya yang membutuhkan penanganan serius.
Tak sekedar menjalani pengobatan oral saja, penderita juga perlu melakukan sejumlah terapi.
Berdasarkan penjelasan dr. Upick A. Miskad, PhD., Sp.PA(K)., ada berbagai jenis terapi yang dianjurkan pada penderita kanker payudara.
Baca juga: Cegah Kanker Payudara, Menkes Serukan Deteksi Dini dengan Mammogram di Seluruh Kabupaten/Kota
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Timur, jenis terapi tersebut antara lain:
1. Pembedahan
Untuk menjalani tindakan ini, pasien akan ditangani oleh dokter spesialis bedah onkologi.
2. Kemoterapi

Dokter spesialis konsultan hematologi onkologi medik yang berwenang menangani terapi ini.
3. Hormonal terapi
4. Terapi target
Baca juga: Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Kemoterapi, Tak Hanya Masalah Kerontokan Rambut
5. Imuno terapi.
Jangan takut terhadap penanganan yang dilakukan, karena dokter pasti akan memberikan pengobatan yang terbaik untuk pasien.
Tanda Tumor dan Kanker Payudara
Bila mengalami tumor jinak, maka akan merasakan sejumlah gejala:
- Benjolan tumbuh lambat
- Benjolan masih mudah digerakkan

- Benjolan bertekstur kenyal
- Benjolan memiliki permukaan yang rata
Sementara bila sudah memasuki kategori tumor ganas (kanker payudara), maka gejala yang timbul:
- Benjolan tumbuh cepat
Baca juga: Tak Hanya Benjolan, Gejala Kanker Payudara Termasuk Puting Terbalik dan Keluarnya Cairan Selain ASI
- Benjolan bertekstur keras
- Benjolan sulit digerakkan
- Memungkinkan benjolan berpindah tempat
- Bisa berujung kematian.

Hal di atas sangat penting dipahami, karena bila bisa mendeteksi lebih awal, maka bisa mengetahui stadium penyakit yang dialami.
Prosedur Pemeriksaan
Seseorang yang sudah menyadari adanya tanda-tanda kanker payudara dengan metode SADARI dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah onkologi.
Dari dokter spesialis bedah ini, pasien akan menjalani pemeriksaan anamnesis (memberikan banyak pertanyaan).
Baca juga: Berikut Ini Makanan yang Baik dan Buruk untuk Kanker Payudara, Daging Merah Tak Boleh Dikonsumsi?
Lalu diikuti dengan pemeriksaan fisik, untuk memastikan benjolan pada payudara pasien.
Bila telah ditemukan benjolan nyata, maka akan diobservasi kembali oleh dokter spesialis patologi anatomi.
Dokter ini akan mengambil jaringan pada area payudara dengan pemeriksaan FNA (Fine Needle Aspiration).

Setelah dilakukan pemeriksaan ini, maka hasilnya bisa langsung diketahui.
"Setelah diambil sampel lalu diperiksa dibawah mikroskop, tunggu sekitar 30 menit diagnosis bisa ditegakkan," ungkap Upick.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Diketahui ada banyak faktor pencetus terjadinya kanker payudara.
Dari semua faktor penyebab yang ada, kanker payudara lebih banyak dikaitkan dengan faktor genetik dan gaya hidup.
Baca juga: dr. Febriyanto Kurniawan, Sp. B (K) Onk Tegaskan jika Tak Semua Kanker Payudara Harus di Kemoterapi
Namun terlepas dari hal tersebut, terdapat faktor risiko yang perlu diwaspadai.
Faktor risiko ini memudahkan seseorang mengalami kanker payudara.
Sejumlah faktor risiko kanker payudara yang perlu dipahami, antara lain:
1. Usia

Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mudah terkea kanker.
Mayoritas pasien yang mengalami kanker payudara berusia di atas 50 tahun.
2. Tidak menyusui
Seorang perempuan yang tidak menyusui dianggap lebih rentan terkena kanker payudara.
Baca juga: Menyusui Bermanfaat untuk Ibu, Bisa Cegah Depresi Postpartum (PPD) hingga Turunkan Berat Badan
3. Lebih cepat haid
Datang bulan lebih cepat juga bisa menjadi indikasi seseorang mudah terkena kanker payudara.
4. Lebih lama selesai haid
Sama halnya dengan waktu haid yang lebih lama, juga akan bisa berisiko menyebabkan seseorang terkena kanker payudara.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa adanya paparan hormon yang lebih lama.
5. Terpapar radiasi

Seorang wanita yang terpapar radiasi memudahkan untuk terkena kanker payudara.
6. Ada keluarga yang menderita
Keadaan ini berkaitan dengan faktor genetik.
Baca juga: Operasi Kanker Payudara dengan Mengangkat Kelenjar Getah Bening Berisiko Alami Limfedema
Penjelasan dr. Upick A. Miskad, PhD., Sp.PA(K) ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Timur.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)