TRIBUNHEALTH.COM - Banyak suplemen dan vitamin yang dijual bebas.
Hal ini membuat orang berpikir bahwa semua vitamin dan suplemen baik untuk diminum dan tidak akan berbahaya.
Padahal, ada sederet mitos seputar konsumsi suplemen dan vitamin, yang justru bisa berbahaya bagi kesehatan.
Dilansir TribunHealth.com dari Medical News Today (MNT) berikut ini uraiannya.
1. Makin banyak makin baik

Dalam hal vitamin, makin banyak tidak selalu lebih baik.
Faktanya, kebanyakan asupan vitamin terkadang bisa berbahaya.
Dosis besar dari beberapa vitamin justru dapat berdampak negatif.
Misalnya, menurut American Cancer Society:
“Terlalu banyak vitamin C dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap tembaga, logam yang dibutuhkan oleh tubuh."
Baca juga: Hati-hati, Dua Suplemen Ini Berisiko Sebabkan Stroke jika Diminum Bersamaan
"Terlalu banyak fosfor dapat menghambat penyerapan kalsium tubuh. Tubuh tidak dapat membuang vitamin A, D, dan K dalam dosis besar, dan ini dapat mencapai tingkat racun jika dikonsumsi terlalu banyak.”
Selain itu, terlalu banyak vitamin C atau kalsium dapat menyebabkan diare dan sakit perut.
Mengambil terlalu banyak vitamin D dalam waktu lama dapat menyebabkan kalsium menumpuk di dalam tubuh, yang disebut hiperkalsemia.
Hiperkalsemia dapat melemahkan tulang dan merusak jantung dan ginjal.
2. Jika labelnya mengatakan 'alami', itu pasti aman

Sayangnya, istilah "alami" tak begitu berarti dalam kaitannya dengan keamanan atau efektivitas suplemen.
Untuk memberikan contoh ekstrem, sianida adalah senyawa alami yang dihasilkan pakis.
Tentu saja, kami tidak menyarankan suplemen apa pun yang mengandung sianida.
Baca juga: Apakah Suplemen Pemutih Tergolong Aman untuk Dikonsumsi? Ini Penjelasan Ahli Gizi
Beberapa senyawa tumbuhan alami memang memiliki khasiat obat, tetapi tak sebatas itu saja.
Misalnya, akar dandelion adalah pencahar, sedangkan daun dandelion adalah diuretik.
Belum lagi mengenai seberapa banyak senyawa tanaman yang tersisa dalam produk akhir? Ataukah hanya ekstraknya?
3. Tidak apa-apa mengonsumsi suplemen bersamaan dengan obat-obatan biasa

Seperti disebutkan di atas, karena suplemen tidak memerlukan resep, dan banyak dari mereka mengklaim sebagai "alami," ada kesalahpahaman luas bahwa mereka tidak dapat berinteraksi dengan obat yang diresepkan.
Pada kenyataannya, banyak dari produk ini mengandung bahan aktif yang dapat mengganggu obat lain.
Oleh karena itu, suplemen dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat-obatan farmasi.
Baca juga: 6 Suplemen Berikut Tak Boleh Dikonsumsi Bersamaan, Bisa Ganggu Penyerapan Satu Sama Lain
Dalam ulasan 2012, para peneliti menyelidiki "interaksi obat dan kontraindikasi yang terkait dengan herbal dan suplemen makanan."
Mereka menemukan tidak kurang dari 1.491 interaksi yang berbeda antara suplemen dan obat-obatan herbal dan diet.
Secara khusus, suplemen yang mengandung magnesium, St. John's wort, zat besi, kalsium, dan ginkgo memiliki interaksi paling banyak.
Apa lagi kebanyakan orang mengonsumsi suplemen tanpa mendiskusikan dengan dokter, hal ini bisa menambah potensi masalah.
4. Suplemen vitamin dan mineral melindungi kesehatan jantung

Gagasan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral akan melindungi jantung kita sangat meyakinkan.
Namun, tinjauan besar dan meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2018 tidak menemukan manfaat yang signifikan.
Secara keseluruhan, penulis menyimpulkan:
“Secara umum, data tentang suplemen populer (multivitamin, vitamin D, kalsium, dan vitamin C) tidak menunjukkan manfaat yang konsisten untuk pencegahan [penyakit kardiovaskular, infark miokard, atau stroke], juga tidak ada manfaat untuk semua penyebab kematian untuk mendukung penggunaannya yang berkelanjutan.”
Baca juga: Studi Ilmiah Ungkap Suplemen Tertentu Bisa Atasi Masalah Rambut Rontok
Meskipun mereka menemukan bahwa "asam folat saja dan vitamin B dengan asam folat, B6, dan B12 mengurangi stroke," secara keseluruhan, efek ini kecil.
Dengan itu, meta-analisis 2019 mengidentifikasi hubungan antara suplementasi asam folat dan pengurangan risiko stroke pada orang dengan risiko kardiovaskular.
Dan hasil studi “menunjukkan risiko stroke 10 persen lebih rendah dan risiko 4 persen lebih rendah dari keseluruhan [penyakit kardiovaskular] dengan suplemen asam folat.”
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)