Breaking News:

Apakah Cacar Monyet Akan Berakhir seperti Covid-19? Ini Jawaban Apoteker Mercya, M.Si

Berikut ini simak penjelasan dokter mengenai penyakit cacar monyet yang perlu diketahui

Penulis: Ranum Kumala Dewi | Editor: Melia Istighfaroh
kompas.com
ilustrasi seseorang yang mengalami cacar monyet 

TRIBUNHEALTH.COM - Virus cacar monyet saat ini tengah melanda masyarakat dunia.

Penyakit yang ditularkan dari binatang ini, sudah merambah memasuki wilayah Indonesia.

Karena penyebarannya cukup masif, maka WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah menyatakan bahwa cacar monyet masuk sebagai darurat kesehatan global.

Baca juga: Benarkah Penderita Cacar Monyet Gejala Ringan Bisa Sembuh dengan Sendirinya? Begini Ulasan dr. Zahra

Karena itu, akankah kasus virus cacar monyet serupa dengan Covid-19?

Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, Apoteker Mercya, M.Si memberikan ulasannya.

Berdasarkan pernyataannya yang dilandasi dari berbagai jurnal ilmiah mengatakan, bahwa cacar monyet memiliki cara penularan yang berbeda dengan Covid-19.

Ilustrasi kasus Covid-19
Ilustrasi kasus Covid-19 (Pixabay.com)

Covid-19 dapat ditularkan oleh orang tanpa bergejala (OTG).

Sementara virus cacar monyet hanya bisa ditularkan oleh orang yang bergejala.

Baca juga: Situasi Covid-19 di Indonesia Mengalami Kenaikan, Prof. Wiku Beberkan Beberapa Potensi Penyebabnya

"Jadi misalnya saya kena cacar monyet dan baju yang saya pakai digunakan orang lain, maka orang itu baru bisa tertular," jelas Mercya.

Selanjutnya dari sisi penggunaan vaksin, cacar monyet sudah memiliki vaksin sejak lama dengan memakai vaksin yang digunakan untuk cacar.

Ilustrasi perkembangan kasus Covid-19
Ilustrasi perkembangan kasus Covid-19 (health.grid.id)

Baca juga: Cara Bedakan Cacar Monyet dengan Cacar Air, Ini Penjelasan dr. Zahra Ayu Lukita Sari, Sp. KK

2 dari 4 halaman

Berbeda dengan Covid-19 yang awalnya masih ditelusuri dengan virus yang terus bermutasi.

"Jadi menurut yang saya baca akan berbeda dengan Covid-19 dan akan lebih aman dibanding dengan Covid-19," kata Mercya.

Kendati begitu, seluruh masyarakat harus waspada terhadap penularan virus cacar monyet.

Jenis Vaksin Cacar Monyet

Ilustrasi vaksin cacar monyet
Ilustrasi vaksin cacar monyet (Pixabay.com)

Vaksin berfungsi untuk mencegah terjadinya gejala penyakit yang parah dengan memasukkan virus yang sudah dilemahkan di dalam tubuh.

Sehingga diharapkan tubuh kita bisa menciptakan sistem imun yang lalu memiliki memori.

Maka kedepannya, jika virus masuk ke tubuh sudah bisa mendeteksi.

Baca juga: Amankah Vaksin Dosis Pertama dan Booster Berbeda Jenis Vaksin? Simak Ulasan Jubir Vaksinasi

Saat ini vaksin yang ada adalah vaksin cacar bukanlah vaksin yang khusus untuk cacar monyet.

"Jadi di 2013 sudah disetujui FDA untuk pengobatan vaksin cacar biasa," ujar Mercya.

Kini vaksin yang sudah disetujui untuk vaksin cacar monyet ada 2 jenis.

Ilustrasi vaksin cacar monyet
Ilustrasi vaksin cacar monyet (Pexels)
3 dari 4 halaman

Yakni Jynneos atau biasa disebut imvanex dan ACAM2000.

Vaksin Jynneos berasal dari virus yang mati namun memiliki antigen.

Baca juga: Asap Rokok Sebabkan Gangguan Tumbuh Kembang, Dokter: Cacat Lahir hingga Stunting

Sehingga tubuh masih bisa mengenal untuk sistem imun, maka dianggap lebih tidak berbahaya.

Sedangkan ACAM2000 berasal dari virus yang hidup.

Vaksin jenis ACAM2000 ini dinyatakan lebih berbahaya daripada Jynneos.

Ilustrasi cacar monyet yang muncul di bagian tangan
Ilustrasi cacar monyet yang muncul di bagian tangan (CDC/The Star)

"Jadi lebih berbahaya sebenarnya karena menunjukkan gejala-gejala," kata Mercya.

Disebutkan, Jyenneos lebih efektif digunakan daripada ACAM2000.

Pencetus Cacar Monyet

Cacar monyet berasal dari virus yang ditularkan melalui binatang.

Pertama kali cacar monyet ditemukan tahun 1958 di Denmark.

Baca juga: Dokter Sebut Virus Varicella Zoster Tetap Ada dalam Tubuh meski Cacar Air Sudah Sembuh

4 dari 4 halaman

Penemuan cacar monyet ini tepatnya terjadi pada hewan coba monyet.

"Jadi monyet ini sedang dimasukkan di laboratorium untuk diteliti dan ditemukan ada cacar," kata Mercya.

Setelah penemuan ini, beberapa lama kemudian cacar pada monyet tidak ditemukan lagi.

ilustrasi seseorang yang mengalami cacar monyet
ilustrasi seseorang yang mengalami cacar monyet (kompas.com)

Hingga kemudian tahun 1970 cacar monyet kembali di temukan di kawasan Kongo dan sudah terinfeksi pada manusia.

"Jadi kenapa disebut sebagai cacar monyet, karena pertama kali ditemukan di monyet," imbuh Mercya.

Gejala Cacar Monyet

Seperti virus pada umumnya, gejala cacar monyet diawali dengan demam.

Mengingat demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk.

Baca juga: Dokter Tegaskan Vaksinasi Cacar Berikan Kekebalan Tubuh Sebanyak 85 persen terhadap Cacar Monyet

Selain demam, penderita juga akan diikuti keluhan nyeri otot.

Namun yang menjadi pembeda, pada penderita cacar monyet cenderung akan mengalami lesi atau ruam yang tampak mengerikan. Lantaran lesi tersebut berukuran besar.

Meski begitu, tingkat bahayanya lebih rendah dibanding cacar, yakni berkisar 1 hingga 10 persen.

"Kalau cacar 30 %, 3 dari 10 sedangkan cacar monyet 1 hingga 10 %. Cacar air lebih ringan lagi," jelasnya.

Ilustrasi penyakit cacar pada tubuh
Ilustrasi penyakit cacar pada tubuh (Freepik)

Penularan Tak hanya dari Monyet

Meski penyakit ini diawali dari tertular virus cacar pada monyet, namun penularannya tidak hanya semata-mata dari monyet saja.

Berdasarkan dari informasi yang ada sebelumnya, penularan bisa berasal dari hewan pengerat.

Baca juga: Alami Cacar Monyet, Dokter Spesialis Kulit Bagikan Cara Pengobatan yang Tepat

Seperti tikus atau kelinci juga dinyatakan bisa menyebabkan seseorang tertular dari cacar monyet ini.

Penyakit cacar monyet ditularkan dari hewan (zoonosis) yang memiliki genus sama dengan cacar.

Nama dari genus tersebut adalah Octopus virus.

Penjelasan Apoteker Mercya, M.Si ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comCacar monyetYovita MercyamercyaCovid-19Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)WHObinatang Virus Nipah
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved