TRIBUNHEALTH.COM - Keputihan merupakan masalah pada kesehatan organ intim wanita.
Seringkali keputihan muncul ketika mendekati masa haid, dan setelah haid.
Tetapi pada beberapa orang mengalami keputihan meskipun tidak sedang memasuki masa haid maupun setelah haid.
Keputihan (flour albus) adalah cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa darah.
Sekret cairan vagina normal hasil dari seksresi vulva dari kelenjar organ kewanitaan, transudasi dai dinding vagina, sel-sel vagina dan serviks yang terlepas, mukus serviks, cairan endometrium rahim, mikroorganisme dan produk metabolitnya.

Baca juga: Kenaikan Kasus Covid-19 Bisa Saja Terjadi Akibat Mulai Lengahnya Mentaati Protokol Kesehatan
Keputihan yang normal disebabkan oleh cairan sekret/mukus alami yang dikeluarkan oleh organ reproduksi wanita.
Mukus ini berfungsi untuk membersihkan vagina, menjaga kelembaban dan sebagai pelumas alami untuk melinduginya dari infeksi dan iritasi.
Selain itu, mukus pada saluran reproduksi berperan sangat penting pada proses pembuahan bakal janin.
Bila keputihan disertai dengan demam, mual muntah, nyeri perut bagian bawah/panggul, keluar darah setelah berhubungan seksual atau diluar jadwal haid, nyeri pada saat BAK atau berhubungan seksual, menandakan infeksi dari keputihan mungkin sudah mengalami komplikasi ke organ reproduksi yang lebih dalam.
Baca juga: Kasus Covid-19 Global Mulai Naik, Masyarakat Indonesia Diimbau Tetap Waspada
Keputihan tergolong normal (fisiologis) akan terlihat dari cairan yang keluar dengan tanda sebagai berikut :
- Tidak berwarna atau berwarna putih/cream
- Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat
- Bertekstur tipis (tekstur cairan keputihan dapat berubah tergantung siklus menstruasi)
Keputihan yang tergolong tidak normal/abnormal paling banyak disebabkan oleh Vulvovaginitis atau servinitis akibat infeksi bakteri, parasit, virus, atau jamur.
Untuk keputihan yang tidak normal (abnormal/patologis) dapat ditandai dengan :
- Cairan keputihan berbeda warna (kekuningan, kehijauan, kemerahan, keabu-abuan), bau (amis/anyir, asam busuk, menyengat), atau tekstur (menggumpal, encer, berbusa) dari biasanya.
Baca juga: Kateter Ablasi Hingga Cryoablation, Berikut Ini Pahami Metode Pengobatan dari Atrial Fibrilasi
- Cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya.
- Disertai dengan rasa gatal/terbakar pada area kewanitaan.
- Disertai rasa nyeri pada saat BAK, berhubungan skesual atau nyeri pada area panggul.
- Keluar darah setelah berhubungan seksual atau diluar jadwal haid.
- Pembengkakan/kemerahan pada area vulva.
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada lipatan paha.
Penyakit infekksi ini dapat kita bagi menjadi dua :
- Non-sexual Transmitted Disease : Bacterial vaginosis, infeksi jamur candida
- Sexual Transmitted Disease : Gonorrhea, chlamydida, trichomoniasis, herpes
Baca juga: Kenali Tipe-tipe Bopeng dan Penyebab Terjadinya Bopeng Menurut dr. Citra Anggraeny, M. Biomed (AAM)
Selain infeksi, gejala keputihan abnormal ini bisa menjadi pertanda untuk oenyakit kandungan yang lebih serius seperti, polip serviks, mioma uteri submukosa yang prolaps bahkan keganasan pada organ kandungan, seperti kanker serviks dan sebagainya.
Selain itu, penggunaa product pembersih kewanitaan ataupun product kontrasepsi yang tidak ideal/abrasif juga dapat menimbulkan vaginitis kontak alergi/iritasi.
Sekitar 25-40 persen wanita normal akan mengalami keputihan pada ibu hamil sejak pembuahan hingga persalinan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :
- Perubahan hormonal pada ibu hamil, dimana terjadi peningkatan hormon esterogen yang meningkatkan aliran darah ke area vagina, sehingga sekret yang dikeluarkan oleh ibu hamil akan cenderung lebih banyak dari wanita biasa.
Baca juga: Berikut Beberapa Cara Deteksi Dini Demensia dengan Melakukan Pemeriksaan Kognitif Sederhana
- Menipisnya serviks dan melunaknya dinding vagina, kadang menyebabkan meningkatnya resiko inffeksi.
Infeksi yang paling sering terjadi pada ibu hamil adalah infeksi jamur Candida.
- Penekanan kepala janin pada serviks juga meningkatkan resiko infeksi pada mulut rahimm.
Selama krputihan berwarna putih atau putih gading, bertekstur tipis, tidak berbau menyengat dan tidak disertai rasa gatal/nyeri, itu dapat dikatakan normal.
Keputihan yang tidak diobati, tergantung dari penyebabnya dapat menimbulkan komplikasi yang serius.
Misalnya infeksi yang menjalar ke rongga panggul dan menimbulkan infeksi rongga panggul, hal ini dapat menimbulkan :
- Infertilitas atau kemandulan (penyumbatan saluran tuba)
- Kehamilan etopik/diluar rahim
Baca juga: Sudah Memakai Deodoran Namun Masih Bau Badan? Pahami Penyebab dari Terjadinya Bau Badan Berikut Ini
- Terjadi abses pada ovarium atau tuba falopi
- Nyeri panggul kronis
- Sepsis
Bagaimana cara mengatasi keputihan?
Begini penjelasan dr. Lusiyanti, Sp.KK.
dr. Lusiyanti adalah seorang dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin.
Kompetensi yang dimiliki oleh Lusiyanti tidak bisa diragukan.
Telah tercatat berdasarkan riwayat hidup yang diterima oleh TribunHealth, beliau telah lulus dari sejumlah universitas ternama di Indonesia dan luar negeri.
Berikut di antaranya :
1. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
2. ChongQing Medical Universty (China)
3. Universitas Diponegoro
4. Attended many national and international conferences, workshops and advanced trainings.
Baca juga: Cara Membedakan Antara Demensia dan ODGJ, dr. Ermawati: Dilakukan Pemeriksaan Penunjang
Lusiyanti juga memiliki pengalaman yang cukup lama, sekitar 10 tahun dalam bidang Dermatologi yang mempelajari kulit, rambut, dan kuku.
Serta pengalamannya dalam bidang Venerologi yang mempelajari seputar kelamin.
Berikut pengalaman dari Lusiyanti dalam bidang kedokteran kulit dan kelamin :
1. Injectables :
Botox, Filler, Skinbooster, Salmon Healer, Collagen Stimulator, etc.
2. Lasers :
Nd-YAG Laser, CO2 Ablatove/Fractional Laser, Vascular Laser, etc.
3. Other Devices
Fractional RF, HIFU/Ultheraphy, Monopolar RF, Vaginal Tightening RF, Microneeding, PRP, IPL, Electrocauter, etc.
4. Treadlifting, Minor Skin Surgery, Scar Revision.
Baca juga: Ketahui Fungsi Facemask, drg. Ardiansyah S. Pawinru Sebut Bertujuan untuk Mengoreksi Rahang
Profil lengkap dr. Lusiyanti Sp.KK bisa dilihat disini.
Pertanyaan :
Bagaimana cara mengatasi keputihan?
Anggra, Solo
dr. Lusiyanti Sp.KK menjawab :
Cara mencegah keputihan :
- Bersihkan vagina dengan air mengalir dari arah depan ke belakang, setelah buang air kecil atau besar serta berhubungan seks, kemudian keringkan dengan benar.
Cara ini dilakukan untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina dari dubur.
- Hindari menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air.
Cara ini beresiko menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi.
Baca juga: Gangguan Skizofrenia Bisa Memengaruhi Kemampuan Berpikir Pengidapnya, Begini Ulasannya
- Hindari menggunakan sabun atau produk kewanitaan yang mengandung parfum dan pH yang tidak sesuai (alkalis) karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik pada vagina.
- Hindari penggunaan sabun atau produk lainnya yang bersifat mengiritasi.
- Menjaga kebersihan vagina selama menstruasi dengan mengganti pembalit setidaknya setiap 4-6 jam sekali.
- Menggunakan bahan celana dalam yang mempunyai daya serat tinggi seperti bahan katun murni untuk menjaga kelembaban pada area kewanitaan.
Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
- Menggunakan detergen tanpa pewangi untuk mencuci pakaian dalam dan membilasnya hingga benar-benar bersih.
- Hindari penggunaan tampon dan douching.
- Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari risiko infeksi menular seksual.
- Menunda melakukan hubungan seksual hingga keputihan benar-benar hilang.
- MEngobati pasangan seksual bila memang menderita penyakit menular seksual.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin pada dokter kandungan.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)