TRIBUNHEALTH.COM - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito imbau masyarakat tetap waspada karena adanya kenaikan lebih dari 23.000 kasus dalam 1 bulan.
Hal ini menandakan bahwa tingkat penularan di tengah masyarakat semakin meluas.
Ditambah lagi di tahun lalu bulan Juli 2021 menjadi puncak tertinggi hingga lebih dari 1 juta kasus dalam 1 bulan.
Ini perlu diwaspadai karena saat ini merupakan periode libur anak sekolah dan cenderung meningkatkan mobilitas masyarakat ke tempat-tempat wisata.
Selain itu, aktivitas masyarakat tentunya juga meningkat menjelang Idul Adha.
"Tidak lelah saya ingatkan bahwa masker masih sangat penting untuk menjadi tameng kita dari virus Covid-19," terang Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito.
Baca juga: Kenali Tipe-tipe Bopeng dan Penyebab Terjadinya Bopeng Menurut dr. Citra Anggraeny, M. Biomed (AAM)

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden edisi 01 Juli 2022.
Baca juga: Berikut Beberapa Cara Deteksi Dini Demensia dengan Melakukan Pemeriksaan Kognitif Sederhana
Adanya kenaikan kasus ini bisa saja terjadi karena mulai lengahnya kita dalam mentaati protokol kesehatan karena terlena karena keadaan yang terkendali.
"Saya mengajak semua masyarakat untuk terus melakukan protokol kesehatan dan benar-benar berdisiplin menjaga diri, keluarga serta lingkungan tempat tinggal agar tidak menjadi klaster-klaster terbaru penularan Covid-19," ujar Prof. Wiku Adisasmito.
"Ingat, protokol kesehatan adalah kunci keberhasilan penurunan kasus dan pemulihan aktivitas masyarakat saat ini," sambungnya.
Keberhasilan yang telah diraih hingga saat ini penting untuk dipertahankan dan terus diupayakan agar dapat bertahan selama mungkin.
Prof. Wiku Adisasmito menekankan bahwa vaksin juga sama pentingnya dengan memakai masker.
Baca juga: Cara Membedakan Antara Demensia dan ODGJ, dr. Ermawati: Dilakukan Pemeriksaan Penunjang

Baca juga: Ketahui Fungsi Facemask, drg. Ardiansyah S. Pawinru Sebut Bertujuan untuk Mengoreksi Rahang
Hal ini karena vaksin akan melindungi masyarakat secara menyeluruh dengan meningkatkan kekebalan komunitas.
Sayangnya, cakupan vaksin booster masih belum signifikan peningkatannya.
Dimana cakupan nasional baru sebesar 24 persen.
Selain itu, 28 dari 34 provinsi cakupan vaksinasinya juga masih dibawah 30 persen.
Menurutnya, hanya Bali yang sudah diatas 50 persen disusul dengan DKI Jakarta dan Kepulauan Riau di atas 40%.
Serti DIY Yogyakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur diatas 30%.
Sejak dimulai pada bulan Januari 2022, progres vaksinasi booster terbilang lebih lambat dibandingkan dengan dosis 1 dan dosis 2.
Pada awal pelaksanaan vaksinasi dosis 1 dan 2, cakupan dapat meningkat 60% dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan Juni sampai dengan Desember 2021.
Namun pada vaksin booster pada kurun waktu yang sama sejak bulan Januari hingga Juni 2022 cakupan baru meningkat sebesar 20%.
Baca juga: Gangguan Skizofrenia Bisa Memengaruhi Kemampuan Berpikir Pengidapnya, Begini Ulasannya

Baca juga: Mungkinkah Skizofrenia Bisa Diidap Sejak Lahir? Begini Tanggapan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi
Peningkatan cakupan vaksin booster membutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat.
"Saya meminta tegas kepada Pemerintah Daerah untuk menjaga daerahnya masing-masing dengan kembali menggalakkan vaksinasi dosis booster," tambahnya.
"Pastikan masyarakat sudah teredukasi dengan baik tentang pentingnya booster," lanjutnya.
Baca juga: Sudah Memakai Deodoran Namun Masih Bau Badan? Pahami Penyebab dari Terjadinya Bau Badan Berikut Ini
Penjelasan Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden edisi 01 Juli 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.