Breaking News:

Meskipun Kondisi Pandemi Masih Dinilai Terkendali, Diimbau Tetap Waspada Penularan BA.4 dan BA.5

Menurut dr. Reisa Broto Asmoro kita semua tidak boleh lengah dan tetap harus waspada, terutama dengan adanya subvarian baru

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Ahmad Nur Rosikin
tribunnews.com
ilustrasi virus varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5, dr. Reisa Broto Asmoro mengimbau untuk tetap waspada 

TRIBUNHEALTH.COM - Virus corona dikenal sebagai virus yang bisa bermutasi menjadi sejumlah subvarian baru.

Subvarian terbaru yaitu jenis Omicron BA.4 dan BA.5 yang diklaim lebih menular dibandingkan strain asli BA.1 ataupun varian lainnya.

Subvarian BA.4 dan BA.5 dikenal dengan masa inkubasinya yang hanya memerlukan waktu 2-3 hari sampai munculnya gejala.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada karena BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat.

Kenaikan jumlah kasus positif dan aktif biasanya terjadi dari 2 hingga 4 minggu pasca diidentifikasinya varian baru yang muncul.

Baca juga: Munculnya Stretch Mark Biasanya Disertai Rasa Gatal Akibat Kulit Meregang Terlalu Banyak

Hal ini disampaikan oleh Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro yang  dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden edisi 17 Juni 2022.

Ilustrasi varian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut dr. Reisa Broto Asmoro
Ilustrasi varian Omicron BA.4 dan BA.5, menurut dr. Reisa Broto Asmoro memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat (kompas.com)

Baca juga: Rupanya Kebutuhan Gizi Lansia Meningkat pada Asupan Vitamin dan Mineral, Begini Alasannya

Pada gelombang sebelumnya, kenaikan kasus terjadi setelah 20 hingga 35 hari pasca hari Raya dan kasus puncak terjadinya pada hari ke-43 hingga ke-65 setelah hari Raya.

Oleh karena itu, kita semua tidak boleh lengah dan tetap harus waspada, terutama dengan adanya subvarian baru ini yang dinyatakan oleh WHO sebagai variant of concern telah ada disekitar kita.

Persiapkan diri dengan baik seperti apa yang telah dipelajari dan biasa dilakukan selama lebih dari 2 tahun belakangan ini.

Kita harus benar-benar bisa menilai risiko dan disiplin menjalankan gaya hidup bersih dan sehat.

2 dari 4 halaman

Adaptasi kebiasaan baru yang telah dijalankan sehari-hari akan membantu membawa negara Indonesia ke dalam status kesehatan yang baik dan terkendali.

Penilaian terkendali tentu berdasarkan beberapa hal penting yang harus kita ukur dan hal ini mengikuti standar dari WHO atau Badan Kesehatan Dunia.

Salah satunya adalah penilaian transmisi komunitas atau penularan dalam masyarakat.

Dimana untuk level 1 adalah apabila terdapat kurang dari 20 kasus per seratus ribu penduduk per minggunya.

Kemudian untuk rawat inap kurang dari 5 kasus per seratus ribu penduduk per minggunya.

Dan untuk kematian kurang dari 1 per seratus ribu penduduk perminggunya.

Apabila dilihat dari data Kementerian Kesehatan per tanggal 15 Juni 2022 maka situasi Indonesia masuk ke dalam level 1.

Dimana transmisi komunitas kasus di Indonesia masih rendah, yaitu di angka 1,58/100.000 penduduk per minggu dengan rawat inap di rumah sakit dan kematian cenderung rendah.

Baca juga: Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi Paparkan Cara Menghadapi Orang Terdekat yang Mengalami Gangguan Bipolar

Ilustrasi kenaikan kasus positif dan subvarian BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Indonesia, simak ulasan
Ilustrasi kenaikan kasus positif dan subvarian BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Indonesia, simak ulasan dr. Reisa Broto Asmoro (kids.grid.id)

Baca juga: Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP: Tujuan Penanganan Gigi Impaksi adalah Menghilangkan Keluhan

Pada tanggal 09 Juni 2022 positivity rate atau jumlah kasus positif juga masih rendah, yaitu diangka 1,15 persen.

Kemudian pada tanggal 12 Juni 2022 positivity rate masih di angka 1,62 persen.

3 dari 4 halaman

Terlihat beberapa hari kemudian, yaitu pada tanggal 15 Juni 2022 memang ada sedikit kenaikan yang membuat positivity rate harian Indonesia menjadi 2,15 persen.

Artinya hingga saat ini Indonesia masih di bawah standar WHO dimana positivity rate sebaiknya dibawah 5%.

Sehingga dapat disimpulkan kondisi saat ini masih dinilai terkendali.

Kendati demikian, dengan mempelajari sejarah dan fakta yang ada maka kita harus meningkatkan kembali kewaspadaan dan persiapan diri dengan baik termasuk dengan melakukan vaksinasi booster atau suntikan ketiga vaksin Covid-19.

Booster menjadi hal utama yang kini sangatlah penting terutama dengan subvarian baru ini.

Dengan tingginya imunitas atau kekebalan dalam tubuh kita dan masyarakat maka diharapkan tidak terjadi lonjakan kasus yang tinggi kembali dan angka kesakitan serta kefatalan dan menurun.

Namun sebelum melakukan vaksinasi booster perlunya melengkapi vaksinasi 2 dosis terlebih dahulu.

Baca juga: Pengidap Bipolar Tak Perlu Mengonsumsi Obat Seumur Hidup, Psikolog Sebut pada Situasi Tertentu Saja

Ilustrasi vaksinasi Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro imbau untuk melakukan vaksin booster
Ilustrasi vaksinasi Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro imbau untuk melakukan vaksin booster (Freepik.com)

Baca juga: Anak-anak hingga Ibu Hamil Tak Boleh Konsumsi Telur Mentah, Ada Bakteri Salmonella yang Mengintai

Menurut Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro, Indonesia telah mencapai lebih dari 80,8% vaksinasi dosis lengkap dari total sasaran vaksinasi nasional sebanyak 208 juta orang, 71,62% yang telah vaksin lengkap dari target sasaran ditambah usia 6 tahun ke atas

Tetapi baru mencapai 62% untuk seluruh populasi disekitar kita.

Penjelasan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden edisi 17 Juni 2022.

4 dari 4 halaman

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comAmalia AzizahVitamin Csuntik vitamin CSubvarian BA.4Subvarian BA.5Covid-19
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved