TRIBUNHEALTH.COM - Obsessive Compulsive Disorder atau dikenal dengan singkatan OCD merupakan gangguan yang menyebabkan pola pikir dan rasa ketakutan yang tidak diinginkan.
Gangguan tersebut dapat membuat seseorang yang mengalaminya melakukan hal berulang dan berperilaku kompulsif.
OCD merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan adanya gejala obsesi, dan kompulsi.
Obsesi adalah pikiran yang berulang, pikiran yang melelahkan, tidak diinginkan tetapi terjadi berulang-ulang.
Kompulsi adalah suatu aksi atau tindakan yang berulang-ulang.

Baca juga: Cara Melanjutkan Kehidupan yang Baik bagi Pasien Pasca Stroke yang Disampaikan dr. Nilla Mayasari
Tidak ada penyebab pasti pada penderita OCD, tetapi terdapat beberapa faktor yang mengumpul pada satu orang dan ketika ada stressor maka akan muncul OCD.
Biasanya OCD pertama kali muncul pada penderitanya di usia 10-24 tahun.
Kemungkinan pada saat penderita masih menduduki SD ataupun SMP sudah mengalami gejala OCD.
Gejala OCD tersebut akan sangat mengganggu dan ketika ada stressor kehidupan bisa muncul kembali dengan versi yang lebih berat.
Saat penderita OCD semakin dewasa dan didukung dengan adanya stressor kehidupan, maka gejala yang dialami penderita akan semakin menjadi parah.
Baca juga: Mengenal Bipolar, Gangguan Kejiwaan yang Mempengaruhi Perasaan Penderitanya
Perlu diketahui bahwa OCD memiliki beberapa faktor resiko dari sisi biologis menurut penelitian ada ketidakseimbangan neurotransmitter pada otak.
dr. Zulvia mengatakan bahwa dengan adanya ketidakseimbangan neurotransmitter pada otak, orang dengan OCD diberikan resep obat untuk menyeimbangkan neurotransmisi tersebut.
Adanya faktor genetik, faktor pola asuh juga mempengaruhi seseorang mengalami OCD.
Tak hanya itu saja, perkembangan seorang anak dan bagaimana orangtua mencontohkan perilaku pada anak dan juga faktor stressor sosial juga menjadi faktor resikonya.
Baca juga: Apakah Stroke Termasuk Penyakit yang Tidak Bisa Disembuhkan? Begini Kata dr. Lilir Amalini
Penanganan untuk orang dengan OCD perlu komprehenseif, salah satunya dengan obat.
Obat diperlukan untuk menyeimbangkan neurotransmitter di otak yang menyebabkan adanya obesesif dan kompulsif.
Selain itu, ada juga psikoterapi yang merupakan jenis terapi dimana dibantu oleh terapis psikolog klinis atau psikiater untuk bisa membantu penderita OCD bisa mengatasi obsesi dan kompulsif.
Ada salah satu jenisnya yang bernama CBT tipenya exposure and response prevention.
Contohnya jika memegang suatu benda harus mencuci tangan sebanyak 10x, nanti akan diajarkan bagaimana caranya supaya saat memegang dapat menahan 8x saja dan jangan 10x secara bertahap sampai bisa berkurang.
Dari yang paling ringan, sampai pelan-pelang yang paling berat bisa di handle gejalanya.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa. Jumat (4/2/2022)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)