Breaking News:

Tidak Sama, Ini Beda Gangguan Mental dan Kepribadian Menurut dr. Yanne Cholida, ACp, CHt, CI, CET

Berikut ini simak penjelasan dokter mengenai perbedaan gangguan mental dan kepribadian

Penulis: Ranum Kumala Dewi | Editor: Ahmad Nur Rosikin
freepik.com
ilustrasi seseorang yang sedang konsultasi dengan dokter mengenai kesehatan mental 

TRIBUNHEALTH.COM - Gangguan mental dan gangguan kepribadian menurut sejumlah orang adalah satu kondisi yang sama.

Rupanya, gangguan mental sangat berbeda dengan gangguan kepribadian.

Menurut Praktisi Kesehatan Mental dan Titik Meridian Tubuh, dr. Yanne Cholida, ACp, CHt, CI, CET Letak perbedaanya, yakni pada kesembuhannya dan faktor penyebabnya.

Baca juga: Waspada Stres Bisa Picu Sindrom Iritasi Usus Besar, Kenali Ciri Khasnya dari Dokter Spesialis

Gangguan mental adalah kondisi yang menyebabkan permasalahan perilaku dan pikiran pada kehidupan pasien.

Masalah yang menyerang mental ini tidak diketahui penyebabnya.

Sementara gangguan kepribadian bisa dirubah masalah pada kepribadiannya tersebut, asal pasien bersedia merubahnya.

Ilustrasi tanda Bipolar
Ilustrasi tanda Bipolar (kompasiana.com)

Selain itu berbanding terbalik dengan gangguan mental, gangguan kepribadian dapat ditelusuri faktor penyebabnya.

Misalnya berhubungan dengan orang-orang yang konsumtif, maka pribadinya menjadi konsumtif.

Baca juga: Mungkinkah Pengidap Bipolar Memiliki Niat untuk Mencelakai Diri Sendiri? Begini Kata Adib Setiawan

Begitupula jika berkumpul dengan orang-orang yang suka berdonasi, maka juga akan ikut menjadi pribadi yang demikian.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa gangguan kepribadian bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

2 dari 4 halaman

Bipolar Adalah Gangguan Mental

Seringkali masyarakat menganggap, bahwa bipolar masuk dalam kategori gangguan kepribadian.

Padahal anggapan tersebut tidak benar, melainkan bipolar adalah suatu gangguan mental.

ilustrasi kesehatan mental
Ilustrasi gangguan mental (freepik.com)

Bipolar memiliki dua fase perubahan gangguan suasana hati atau mood, yakni fase manik dan depresi.

Fase perubahan suasana hati ini, kata Yanne, tergolong sangat begitu cepat atau ekstrem.

"Jadi yang mulanya senang tiba-tiba jadi merasa sedih yang sangat dalam," ujar Yanne dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental Orangtua Saat Work From Home (WFH), Begini Penjelasan Psikolog Aully

Penelitian menyebutkan, gangguan bipolar lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.

Keadaan demikian terjadi mengingat wanita memiliki sejumlah hormon yang cenderung fluktuatif.

Hormon oksitosin dan dopamin adalah hormon yang dimiliki seorang wanita.

Ilustrasi seorang wanita yang mengalami stress
Ilustrasi seorang wanita yang mengalami stress (pixabay.com)

Meskipun pria juga memiliki hormon yang sama, namun tidak memiliki pengaruh yang kuat seperti pada wanita.

3 dari 4 halaman

Dikatakan Wanita yang lebih sensitif mengalami depresi dan manik lantaran berhubungan dengan tuntutan kehidupan.

"Karena katanya wanita harus mempunyai 8 tangan, harus jadi ibu rumah tangga, sahabat, harus masak," terang Yanne.

Baca juga: Dra. Hj. Listyaningati, M.Psi. Jelaskan Cara Menyikapi dan Mengelola Stres Akibat Hilang Pekerjaan

Maka dari itu, seorang wanita harus menerima dirinya sendiri dan bersyukur terhadap karunia yang diberikan untuk dirinya.

Bila sudah demikian, wanita akan bisa menjalankan kehidupannya secara lebih baik.

Untuk itu saat ini telah dibuat suatu persyaratan yang perlu dilewati oleh calon pasangan pengantin.

ilustrasi pasangan suami istri
ilustrasi pasangan suami istri (Kompas.com)

Prosedur yang perlu dilakukan tersebut diharapkan dapat membuat pasangan, terutama pada pihak wanita menjadi sadar akan peranya jika nanti sebagai seorang istri.

Sehingga meminimalisir terjadinya gangguan mental, seperti bipolar.

Pemicu Perubahan Suasana Hati Begitu Cepat

Perubahan suasana hati yang sangat begitu cepat, antara manik dan depresif disebabkan oleh suatu pemicu.

Berbagai faktor pemicu tersebut antara lain:

4 dari 4 halaman

- Stres yang sangat tinggi

Baca juga: dr. Dwi Septiadi: Jangan Menghindari Stress Karena Manusia Membutuhkan Stresor dengan Kadar Tepat

- Trauma masa lalu yang belum terselesaikan

- Kelelahan yang luar biasa

Ilustrasi kelelahan terus menerus
Ilustrasi kelelahan terus menerus (Pexels)

- Lingkungan yang tidak mendukung

- Adanya riwayat keluarga yang mengalami Bipolar.

Baca juga: Pahami Tindakan yang Perlu Dilakukan saat Kehilangan Orang Terkasih untuk Menghindari Depresi

Meski telah disebutkan sejumlah faktor pencetus timbulnya tanda-tanda Bipolar, namun hingga kini penyebab Bipolar masih belum diketahui secara pasti.

Cara Menyikapinya

Bagi lingkungan terdekat penderita, terutama keluarga sering timbul pertanyaan mengenai cara menyikapi kondisi pasien Bipolar.

Menurut Yanne, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah memberikan dukungan secara optimal pada pasien.

Baca juga: Jangan Salah Asumsi Menyebut Diri Sendiri Alami Bipolar, Dokter Sebut Tidak Mudah Didiagnosis

Yakni dengan cara menurunkan gejala yang dialami pasien melalui pemberian suatu aktivitas yang positif.

"Pada saat muncul gejala maniknya, kita turunkan dengan melakukan hal-hal yang lebih positif yang bisa disesuaikan dengan hobi pasien," terang Yanne.

Jika ditemukan pasien menyukai aktivitas memasak, maka keluarga bisa mendukungnya dengan mengajak pasien memasak bersama.

ilustrasi seseorang yang sedang berkonsultasi dengan dokter
ilustrasi seseorang yang sedang berkonsultasi dengan dokter (health.grid.id)

Begitupula jika pasien muncul gejala depresi yang dicirikan dengan kesedihan dan trauma mendalam, keluarga atau teman bisa merangkul penderita dengan penuh kasih sayang.

Melalui pelukan dan kasih sayang bisa memunculkan hormon endorfin (hormon yang memunculkan perasaan senang). Sehingga membuat penderita menjadi tenang dan nyaman.

Baca juga: dr. Dwi Septiadi: Jangan Menghindari Stress Karena Manusia Membutuhkan Stresor dengan Kadar Tepat

"Jadi mereka merasa tidak sendiri karena keluarga dianggap mengerti perasaan mereka," sambung Yanne.

Penjelasan Praktisi kesehatan mental dan titik meridian tubuh, dr. Yanne Cholida, ACp, CHt, CI, CET. ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comWarna gusiWarna gusi gelapDepigmentasiKesehatan gusidrg. R. Ngt. Anastasia Ririen
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved