TRIBUNHEALTH.COM - Seiring memasuki pandemi, disebutkan banyak orang yang mulai mengeluhkan tanda-tanda bipolar dan menyebut diri sendiri mengalami gangguan bipolar.
Padahal gangguan bipolar tidak mudah untuk didiagnosis begitu saja oleh diri sendiri.
Karena untuk mendiagnosis adalah kompetensi seorang dokter spesialis kesehatan jiwa.
Baca juga: Self Loving & Berdamai dengan Luka di Masa Lalu, Dapat Meningkatkan Kekebalan Mental di Masa Kini
Tanda khas dari gangguan bipolar adalah perubahan suasana hati yang sangat begitu cepat (drastis).
Mulai dari suasana hati yang sedih (fase depresi) hingga senang yang sangat luar biasa (fase manik).
Pada fase manik, umumnya akan membuat penderita ingin melakukan segala sesuatu secara berlebihan dan percaya diri luar biasa.

Bahkan tidak jarang akan melakukan suatu hal yang diluar nalar manusia. Misalnya berjalan di tebing atau naik ke genting tanpa menggunakan alat pelindung diri.
Namun tentu saja tanda-tanda pada setiap orang akan berbeda, meskipun jika sama-sama memasuki fase manik atupun fase depresif.
Baca juga: Insomnia Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental, Jadi Mudah Tersinggung, Cemas, hingga Depresi
Hal ini disampaikan oleh dr. Yanne Cholida, ACp, CHt, CI, CET. yang dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
Pemicu Perubahan Suasana Hati Begitu Cepat
Perubahan suasana hati yang sangat begitu cepat, antara manik dan depresif disebabkan oleh suatu pemicu.
Berbagai faktor pemicu tersebut antara lain:

- Stres yang sangat tinggi
- Trauma masa lalu yang belum terselesaikan
Baca juga: dr. Dwi Septiadi: Jangan Menghindari Stress Karena Manusia Membutuhkan Stresor dengan Kadar Tepat
- Kelelahan yang luar biasa
- Lingkungan yang tidak mendukung
- Adanya riwayat keluarga yang mengalami bipolar.

Meski telah disebutkan sejumlah faktor pencetus timbulnya tanda-tanda bipolar, namun hingga kini penyebab Bipolar masih belum diketahui secara pasti.
Cara Menyikapinya
Bagi lingkungan terdekat penderita, terutama keluarga sering timbul pertanyaan mengenai cara menyikapi kondisi pasien bipolar.
Menurut Yanne, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah memberikan dukungan secara optimal pada pasien.
Baca juga: Kesehatan Mental Remaja Dipengaruhi oleh Mullti Faktorial, Salah Satunya Perubahan Hormon
Yakni dengan cara menurunkan gejala yang dialami pasien melalui pemberian suatu aktivitas yang positif.
"Pada saat muncul gejala maniknya, kita turunkan dengan melakukan hal-hal yang lebih positif yang bisa disesuaikan dengan hobi pasien," terang Yanne.
Jika ditemukan pasien menyukai aktivitas memasak, maka keluarga bisa mendukungnya dengan mengajak pasien memasak bersama.

Begitupula jika pasien muncul gejala depresi yang dicirikan dengan kesedihan dan trauma mendalam, keluarga atau teman bisa merangkul penderita dengan penuh kasih sayang.
Melalui pelukan dan kasih sayang bisa memunculkan hormon endorfin (hormon yang memunculkan perasaan senang). Sehingga membuat penderita menjadi tenang dan nyaman.
Baca juga: Obsessive-Compulsive Disorder Merupakan Gangguan Mental yang Ditandai Gejala Berikut
"Jadi mereka merasa tidak sendiri karena keluarga dianggap mengerti perasaan mereka," sambung Yanne.
Penjelasan Praktisi kesehatan mental dan titik meridian tubuh, dr. Yanne Cholida, ACp, CHt, CI, CET. ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)