Breaking News:

Waspada, Jam Tidur yang Berantakan Mengakibatkan Resiko Penyakit Stroke

Seringkali seseorang tidur kurang dari 7 jam ataupun lebih dari 9 jam sehari. Tanpa disadari, kebiasaan tersebut berakibat negatif terhadap kesehatan.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Ekarista Rahmawati
fame.grid.id
ilustrasi seseorang yang memiliki kebiasaan jam tidur berantakan 

TRIBUNHEALTH.COM - Stroke merupakan penyakit yang mengancam jiwa.

Penyakit stroke tidak hanya terjadi pada orangtua, namun usia muda pun bisa mengalaminya.

dr. Lilir Amalini menyampaikan, dari penelitian ada yang mengaitkan, berasosiasi tidur dengan kejadian stroke.

Tidur kurang dari 7 jam sehari disosiasikan dengan peningkatan kejadian stroke perdarahan hampir sebanyak 21%.

Tetapi tidur lebih dari 9 jam sehari juga meningkatkan resiko stroke sumbatan, kelainan jantung dan pembuluh darah.

dr. Lilir Amalini mengatakan, jam tidur dalam sehari harus pas dan tidak boleh kurang ataupun lebih normalnya 7-8 jam sehari.

ilustrasi seseorang yang memiliki kebiasaan jam tidur berantakan
ilustrasi seseorang yang memiliki kebiasaan jam tidur berantakan (fame.grid.id)

Baca juga: Tak Hanya Melindungi Diri Sendiri, Melakukan Vaksinasi Covid-19 Juga Melindungi Orang Lain

Tidur dalam beberapa waktu saja tidak menjadi masalah, namun dalam waktu yang tidak panjang dan hanya sesekali.

Tentunya tidur kurang dari 7 jam akan mengakibatkan resiko-resiko penyakit seperti stroke, jantung dan pembuluh darah yang meningkat.

Stroke merupakan penyakit yang datangnya tiba-tiba atau mendadak pada pembuluh darah di otak.

dr. Lilir Amalini menyampaikan, sekitar 15-25% dari penderita stroke merasakan gejalanya 7 hari sampai 1 bulan sebelumnya, dan kejadian tersebut dinamakan TIA (Transient Ischemic Attack).

2 dari 2 halaman

TIA (Transient Ischemic Attack) semacam mini stroke.

Baca juga: Apa yang Menyebabkan Stroke Berulang Kembali? Begini Kata dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K

Gejala dari TIA (Transient Ischemic Attack) sangat mirip dengan penyakit stroke seperti mulut yang tidak simetris, lemah sebelah, sulit berbicara, linglung, dan kesemutan.

Tetapi bedanya TIA (Transient Ischemic Attack) dalam beberapa menit biasanya kurang dari 1 jam ataupun 24 jam, gejala yang dirasakan sudah hilang.

dr. Lilir Amalini menegaskan, seharusnya apabila sudah mengalami TIA harus memahai penyebabnya agar tidak berkembang menjadi penyakit stroke.

Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. Lilir Amalini, Sp.S. Seorang dokter spesialis saraf. Jumat (10/6/2022)

(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comPenyebab StrokeStrokeTidurJam TidurRisiko strokeTIA (Transient Ischemic Attack)dr. Lilir Amalini Sp.S. Fahmi Bo
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved