TRIBUNHEALTH.COM - Stem cell atau sel punca merupakan sel induk yang mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel.
Pasalnya sel punca adalah satu-satunya sel dalam darah yang mampu meregenerasi tipe sel baru.
Wujud sel punca atau stem cell adalah sel hidup yang tidak dapat dikemas.
Stem cell atau sel punca merupakan salah satu terobosan yang berpotensi dalam menyembuhkan berbagai penyakit berat.
Beberapa penyakit berat yang bisa disembuhkan dengan stem cell atau sel punca antara lain:
- Penyakit kronis
- Penyakit autoimun
- Penyakit degeneratif
- Infeksi virus Covid-19
Baca juga: Ketahui Dampak atau Risiko Terburuk jika Gangguan Bipolar Tidak Bisa Dikendalikan
Hal ini disampaikan oleh Presiden World Council of Preventive Medicine (WOCPM) Indonesia, Prof. dr. Deby Vinski, Msc, PhD dan Anggota Komite Nasional Cell Puncah dan Sel, dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Ngobrol Sehat edisi 24 Januari 2022.
Baca juga: Tips untuk Cegah dan Perlambat Keparahan Gagal Jantung, Olahraga hingga Kelola Faktor Risiko
Pada umumnya, stem cell atau sel punca berasal dari lemak dan sumsum tulang belakang.
Kendati demikian, kini sel punca juga bisa diperoleh dari tali pusat saat bayi baru dilahirkan.
Bahkan ternyata sel punca atau stem cell dari tali pusat memiliki lebih banyak keunggulan dan lebih aman.
Lantas adakah dosis tersendiri penggunaan stem cell dalam mengatasi suatu jenis penyakit?
"Jadi kalau berbicara tentang dosis ini ya tergantung daripada jenisnya (jenis penyakit)," tutur Anggota Komite Nasional Cell Puncah dan Sel, dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD.
Baca juga: Memasuki Masa Transisi Pandemi, Jubir Covid-19 Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada dan Siaga
Baca juga: Berbagai Masalah yang Rentan Terjadi pada Email Gigi, Simak Ulasan drg. R. Ngt. Anastasia
"Yang paling kuat itu adalah yang dinamakan sebagai pluripotensi. Jadi dia bisa melipatgandakan dirinya dengan sangat cepat dan banyak, tetapi ini menggunakan embrio yang banyak ditentang oleh ulama-ulama kita dan juga pendeta-pendeta dan juga pemimpin-pemimpin agama," terang dr. Marhaen.
"Jadi embrionik ini kita tinggalkan. Sekarang kita menggunakan yang dinamakan sebagai multipoten, jadi bukan pluripotensi," sambungnya.
Menurutnya, pluripotensi mempunyai kemampuan dibawah daripada multipoten dan tidak diambil dari embrio.
Berdasarkan penuturan dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD multipoten bisa diambil dari sumsum tulang, umbilical cord atau tali pusat dan bisa diambil dari adiposa, bahkan juga bisa diambil dari sel darah.
"Jadi kalau kita katakan berapa jumlah sel yang dibutuhkan maka yang paling minimal itu adalah 30 juta sel. Tapi untuk penyakit-penyakit yang lebih berat itu bisa sampai 70-80 juta dalam satu kali transplantasi," ucap dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD.
"Hampir 100 an juta tergantung personalize," tambah Prof. dr. Deby Vinski, Msc, PhD.
"Jadi masing-masing dalam orang itu dalam pengembangan stem cell ini berbeda. Dalam ilmu kedokteran itu tergantung yang namanya personalize medicine," imbuh dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD.
Baca juga: Slimming Treatment Tidak Disarankan untuk Ibu Hamil & Ibu Menyusui, Begini Ulasan dr. Meity Bachtiar
Baca juga: Tak Hanya Melindungi Diri Sendiri, Melakukan Vaksinasi Covid-19 Juga Melindungi Orang Lain
"Memang istimewa seperti kata dr. Marhaen anti-aging medicine itu preventif medicine. Memang setiap orang individual. Jadi ada yang butuh hanya 30 juta. Setelah dinilai sudah cukup lama, sudah kronis, ada komplikasi bisa butuh ratusan juta," kata dr. Deby.
"Ada juga yang masih mudah tapi untuk pencegahan butuh banyak. Nah jadi tergantung personalize medicine," lanjut Prof. dr. Deby Vinski, Msc, PhD.
Baca juga: Apa yang Menyebabkan Stroke Berulang Kembali? Begini Kata dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K
Penjelasan Presiden World Council of Preventive Medicine (WOCPM) Indonesia, Prof. dr. Deby Vinski, Msc, PhD dan Anggota Komite Nasional Cell Puncah dan Sel, dr. Marhaen Hardjo M. Biomed PhD dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Ngobrol Sehat edisi 24 Januari 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.