TRIBUNHEALTH.COM - Penyakit ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Penyakit ini bisa disebabkan akibat aliran darah yang berkurang, jaringan ginjal yang rusak dan akibat aliran urine yang terhambat.
dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH menuturkan jika terdapat 2 penyakit ginjal, yaitu penyakit ginjal yang akut dan penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal kronik adalah suatu penyakit ginjal yang terjadi dan ditandai dengan penyakit gangguan struktur ginjal dan atau disertai dengan penurunan fungsi ginjal.
"Jadi kalau dalam penilaian kami bahwa yang dikatakan penurunan fungsi ginjal itu adalah laju filtrasi glomerulur (LFG) dibawah 60 ml per menit," terangnya.
"Kalau ada penamaan kata-kata kronik berarti sudah berlangsung lebih dari 3 bulan," imbuhnya.
Baca juga: Berikut Beberapa Komplikasi Penyakit Ginjal Menurut DR. dr. Wachid Putranto, Sp.PD-KGH
Hal ini disampaikan oleh dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 31 Maret 2022.

Baca juga: Warna Gusi Sehat adalah Merah Muda dan Merata di Seluruh Permukaannya
Berdasarkan penuturan dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH penderita penyakit ginjal kronik tidak bisa sembuh.
Akan tetapi penyakit gagal ginjal bisa sembuh jika penyakit ginjalnya adalah akut.
"Itulah gunanya kita memang sangat penting sekali sebagai dokter ginjal untuk menetapkan ketika berhadapan dengan pasien-pasien kita, apakah pasien-pasien kita menderita penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik," imbuhnya.
dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH menambahkan jika 1 dari 10 orang di dunia mengalami penyakit ginjal kronik.
"Bayangkan, itu menjadi beban buat kita. Bukan saja di keluarga, di negara, bahkan di seluruh dunia ya," sambungnya.
Ini menjadi beban karena adanya suatu insidensi penyakit ginjal akut yang terus meningkat.
"Bahwa tadi juga sudah disampaikan jika penyakit ginjal kronik (PGK) itu tidak dapat disembuhkan," tegasnya.
Pasalnya penyakit ginjal kronik bisa menyebabkan orang membutuhkan perawatan selama sisa hidupnya.
"Coba dibayangkan ketika orang membutuhkan perawatan selama sisa hidup mereka, mereka cenderung akan menjadi orang-orang yang tidak berproduksi lagi, orang-orang yang kadang-kadang stres dan itu menjadi suatu masalah bagi kita semua," ucap dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH.
Baca juga: Dr. dr. Maxi Rein Sebut Obesitas Menjadi Faktor Risiko Penyebab Kematian Tertinggi secara Global

Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia: Gingivitis yang Tak Segera Tertangani Meningkatkan Risiko Kerusakan Gigi
Penyakit ginjal kronik juga memicu masalah kesehatan lainnya.
"Karena kalau kita lihat data dan kenyataannya bahwa pasien-pasien yang menderita penyakit ginjal kronik ini adalah meninggalnya bukan karena penyakit ginjal kronik (PGK), tetapi meninggalnya karena penyakit kardiovaskularnya, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah," ungkapnya.
"Seperti yang diketahui kalau pasien-pasien yang menderita penyakit ginjak kronik (PGK) akan meningkat risiko menderita penyakit kardiovaskularnya belasan kali lipat dari orang yang tidak menderita penyakit ginjal kronik," tambahnya.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronik di Indonesia ada peningkatan yang sangat besar atau dua kali lipat.
Data tersebut menurut RISKESDAS tahun 2013 sampai tahun 2018 yang mana dari 0,2% menjadi 0,38%.
Bahkan Pernefri melakukan suatu skrining di tahun 2006, dari 12.000 orang didapatkan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) sebesar 12.5%.
Ini berarti bisa saja dalam kenyataannya adalah angka prevalensi penyakit ginjal kronik ini lebih tinggi dari yang seharusnya.
Baca juga: Maag Termasuk Mudah Disembuhkan, namun Akan Semakin Parah jika Tidak Mendapatkan Penanganan Tepat

Baca juga: Benarkah Faktor Risiko Social Anxiety Disorder Berasal dari Diri Sendiri? Begini Penjelasan Dokter
Penjelasan dr. Syafrizal Nasution, Sp.PD-KGH dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 31 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita tentang kesehatan di sini.