TRIBUNHEALTH.COM - Saat ini obesitas menjadi masalah global, bukan hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang.
Di dunia ada 800 juta orang dengan obesitas yang berdampak bukan hanya pada kesehatan.
Dimana obesitas sebagai penyakit dan faktor risiko penyakit tidak menular namun juga berdampak secara ekonomi yang menelan 1 juta dolar sebagai konsekuensi medis dari obesitas.
Hal yang menjadi perhatian bersama, spektrum obesitas ini sangat luas.
Bisa terjadi mulai dari bayi hingga lansia.
Di Indonesia angka obesitas dalam satu dekade terakhir semakin meningkat.
Satu dari tiga orang dewasa mengalami obesitas sentral dan satu dari lima anak mengalami obesitas.
Akar penyebab obesitas bersifat multifaktor.
Baca juga: Berikut Beberapa Komplikasi Penyakit Ginjal Menurut DR. dr. Wachid Putranto, Sp.PD-KGH

Baca juga: Ketahui Beberapa Hal yang Bisa Menyebabkan Penyakit Ginjal Beserta Gejala-gejalanya
Oleh karena itu pendekatan untuk mencegah dan mengobati obesitas harus dilakukan dengan melibatkan semua pihak.
Sudah menjadi tugas bersama untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga pola makan yang sehat dan seimbang, rutin melakukan aktivitas fisik dan mengelola stres serta mengurangi stigma orang-orang yang hidup dengan obesitas guna mencapai target penurunan angka obesitas.
Penyakit tidak menular ini sudah pasti menyebabkan risiko kematian.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 05 Maret 2022.
Obesitas meningkatkan risiko seseorang mengalami diabetes, stroke dan penyakit lainnya.
Apalagi di masa pandemi ini kita ketahui bersama jika varian Omicron menunjukkan gejala yang ringan, akan tetapi data menunjukkan jika orang yang meninggal lebih dari 80% komorbid diabetes yang kemungkinan akibat obesitas.
Obesitas meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit jantung, ginjal dan penyakit lainnya.
Masalah obesitas menjadi masalah yang penting untuk ditangani.
Baca juga: Penderita Penyakit Sistemik Tak Boleh Memakai Behel, Benarkah? Begini Kata drg. Ardiansyah

Baca juga: Ketahui Hal-hal yang Perlu Diperhatikan sebelum dan setelah Melakukan Treatment Pengencangan Vagina
Berdasarkan penuturan Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS seseorang yang memiliki komorbid obesitas berisiko tinggi mengalami kematian.
Penyakit tidak menular ini merupakan salah satu yang akan dilakukan transformasi terutama di layanan-layanan primer.
Tentunya tenaga kesehatan berupaya untuk melakukan deteksi dini terkait dengan faktor-faktor risiko obesitas serta penyakit-penyakit tidak menular lainnya.
Pervalensi di belahan dunia termasuk negara maju dan berkembang naik menjadi 3 kali lipat.
WHO juga menyatakan bahwa peningkatan laju obesitas terjadi 2 kali lipat dibandingkan dengan orang yang dengan berat badan kurang.
Di prediksi jika obesitas di dunia akan mencapai 50% di tahun 2025 atau lebih dari 10% populasi orang dewasa di seluruh dunia mengalami obesitas.
Di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2018 menunjukkan prevalensi obesitas yang berusia 18 tahun meningkat 15,4% di tahun 2013 menjadi 21% di tahun 2018.
Baca juga: dr. Irmadani Sebut Semakin Bertambahnya Usia, Perawatan Pengencangan Vagina Sangat Dianjurkan

Ini menadakan bahwa obesitas menjadi faktor risiko 5 penyebab kematian tertinggi secara global.
Jumlah ini meningkat setidaknya setiap tahunnya.
Baca juga: dr. Asih : Penurunan Hormon Esterogen Pasca Menopause Penyebab Turun Peranakan Paling Banyak.
Penjelasan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 05 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.