TRIBUNHEALTH.COM - Isolasi mandiri diwajibakan bagi seseorang yang sedang terpapar Covid-19.
Lama isolasi biasanya berlangsung hingga 10 hari, tergantung dengan gejala atau hasil pemeriksaan dari tes Covid-19.
Bisa jadi pasien selesai isolasi mandiri lebih cepat, jika kurang dari 10 hari hasil tes Covid-19 telah negatif.
Baca juga: dr. M. Syah Abdaly, Sp.PD Sarankan Sering Mengukur Saturasi Oksigen Saat Jalankan Isolasi Mandiri
Umumnya pasien yang sedang terpapar Covid-19 akan merasakan gejala lemas.
Hal ini membuat pasien menjadi tidak tertarik untuk beraktivitas dan cenderung memilih makanan cepat saji yang sering mengunggah selera.

Namun apakah sebenarnya makanan cepat saji boleh dikonsumsi oleh pasien yang sedang isolasi mandiri?
Mengetahui hal tersebut, Dokter Spesialis Gizi Klinik, Marya Haryono memberikan tanggapannya.
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Berdasarkan penuturannya, makanan cepat saji sah-sah saja untuk dikonsumsi.
Baca juga: Selain Konsumsi Minuman Manis, Junk Food dan Makanan Berpengawet Memicu Terjadinya Kencing Manis
Namun perlu digarisbawahi, bahwa makanan cepat saji tidak dianjurkan dikonsumsi setiap hari.
Karena makanan cepat saji identik dengan makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Begitu pula dengan kandungan serat dan protein yang kurang.

Sehingga jika memang ingin mengonsumsi makanan cepat saji, perlu diimbangi dengan makanan tinggi protein dan serat.
Marya menerangkan, saat isolasi mandiri lebih baik untuk menjalankan pola hidup yang sehat. Misalnya:
Baca juga: Orang Tua Lebih Berpeluang Alami Kesepian dan Isolasi Sosial, Bisa Picu Masalah Kesehatan Serius
- Olahraga
- Minum air putih yang cukup

- Istirahat yang cukup
Cara Atasi Hilang Nafsu Makan saat Sakit
Ketika seseorang sedang sakit dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang akan dikonsumsi.
Hal ini dilakukan supaya daya tahan tubuh pasien lekas membaik dan mencegah perburukan kondisi.
Baca juga: Apakah Penurunan Nafsu Makan pada Anak Karena Tumbuh Gigi Bisa Diatasi? Begini Penjelasan Dokter
Namun tak jarang, saat sakit justru nafsu makan tidak ada.
Akhirnya asupan nutrisi yang diterima oleh tubuh terbatas.

Mengantisipasi hal tersebut, Marya memberikan tipsnya.
Menurutnya ketika kehilangan nafsu makan saat sedang sakit, maka bisa memperhatikan tekstur makanan yang akan dikonsumsi.
Bila biasanya makan dengan tekstur yang keras, maka ia menganjurkan untuk mengganti menjadi makanan dengan tekstur yang lunak atau dalam bentuk yang lebih cair.
Baca juga: Buah dan Sejumlah Makanan Berikut Punya Efek Antiinflamasi, Cocok untuk Ringankan Gejala Peradangan
Selain memperhatikan tekstur, juga penting mencermati suhu makanan.
"Kalau memang ada kecenderungan suka yang hangat silahkan, bila lebih suka dingin silahkan," ucap Marya.
Bila kondisi nafsu makan yang hilang tersebut berlangsung lama, maka segera berkonsultasi dengan dokter.

Dokter akan memberikan cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi nafsu makan yang hilang namun nutrisi tetap terpenuhi.
"Cepat-cepat hubungi dokter, supaya dokter bisa tahu pengganti apa yang harus dimasukkan."
"Apakah cukup dengan yang cair, harus pasang selang, lewat infus."
"Ini biar dokternya yang mikirin sesuai dengan kondisi pasien," paparnya.
Baca juga: Waspada Alergi Protein Susu Sapi Bisa Sebabkan Gizi Buruk, Dokter Ungkap Penanganan yang Tepat
Selanjutnya, bila nafsu makan kembali pulih, maka perlu mengonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang.
Memenuhi Asupan Nutrisi
Memperhatikan asupan nutrisi harus dilakukan oleh setiap orang.
Bukan hanya diperhatikan saat sakit saja, melainkan juga harus dicermati setiap hari.
Jangan sampai ketika sedang sakit, justru baru sadar akan asupan makanan yang akan dikonsumsi.

Dasar asupan nutrisi yang harus dipenuhi mengacu pada prinisp gizi seimbang.
"Gizi seimbang harus lengkap, baik mikro maupun makronutrisi," terang Marya.
Lebih banyak orang mengetahui makronutrisi sebatas karbohidrat dan protein saja, padahal lemak juga termasuk bagian dari makronutrisi yang harus dipenuhi.
Baca juga: Konsumsi Gula Berlebih Bisa Picu Produksi Asam Lemak dan Sebabkan Peradangan Tubuh
Sehingga tidak perlu terlalu khawatir dengan lemak.
Hanya saja, perlu memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Sementara mikronutrisi disesuaikan dengan penyakit yang dialami oleh setiap orang.

Kebutuhan mikronutrisi pada orang dengan penyakit dan tanpa penyakit berbeda.
"Contohnya orang diabetes dengan tanpa diabetes berbeda nutrisinya."
"Orang diabetes dengan masalah jantung, ginjal, itu juga berbeda nutrisinya," jelas Marya.
Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Anak Sebelum Memutuskan Menikah, Ini Anjuran dari Ahli Gizi
Bila sedang sakit, maka yang harus menjadi perhatian adalah daya tahan tubuh.
Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan melakukan pemenuhan nutrisi dengan tambahan protein.
Kendati demikian tidak bisa dipukul rata, pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu memperhatikan apakah benar membutuhkan tambahan protein atau tidak.

Untuk memastikannya, jika sedang sakit, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengatur makanan yang akan dikonsumsi.
Baca juga: Diabetes Tipe 1 Bisa Sebabkan Mulut Kering dan Bau Mulut, Berikut Ini Tips Ringankan Gejalanya
Penjelasan Dokter Spesialis Gizi Klinik, Marya Haryono ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas Tv, Senin(21/2/2020)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)