TRIBUNHEALTH.COM - Alergi adalah suatu respon imun yang tidak pada tempatnya atau berlebihan.
Seseorang yang mengalami alergi, bisa merasakan sejumlah manifestasi atau keluhan tertentu. Mulai dari ringan hingga berat.
Salah satu jenis alergi yang banyak ditemui adalah alergi saluran cerna.
Baca juga: Berikut Ini 5 Jenis Makanan yang Dapat Memicu Terjadinya Alergi, Simak Ulasan dr. Tan Shot Yen
Alergi saluran cerna terjadi akibat dari suatu makanan yang dikonsumsi.
dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A menyampaikan, alergi akibat makanan ini sering terjadi karena protein susu sapi.

Alhasil membuat anak menjadi diare. Diare ini muncul dengan disertai darah.
Adanya diare menandakan penyerapan zat-zat makanan menjadi terganggu.
Baca juga: Susu Kambing Formula Bisa Jadi Pilihan untuk Anak Alergi Susu Sapi, Simak Manfaatnya
"Karena belum sempat diserap udah keluar lagi. Akhirnya anak berat badan tidak naik," ujar Roro.
Bila kejadian ini berlangsung terus-menerus dan tidak diobati, maka akhirnya menjadi gizi buruk.

Jika alergi terhadap protein susu sapi, maka anak tidak boleh diberi susu sapi dengan protein yang masih utuh.
Ibu bisa memberikan susu sapi dengan protein yang sudah dipecah-pecah.
"Apakah itu pecah-pecah yang sudah digunting banyak ataukah sudah betul-betul bagian kecil dari protein yang namanya asam amino," sambungnya.
Baca juga: Cegah Gizi Buruk dengan Memenuhi Kebutuhan Asupan Gizi pada Anak, Begini Ulasan dr. Roro Rukmi
Cara di atas hanya berlaku pada anak di atas usia 6 bulan.
Bila di bawah 6 bulan, maka utamakan pemberian ASI (Air Susu Ibu).

Baca juga: Cegah Gangguan Tumbuh Kembang, Dokter Singgung Penggunaan Buku KIA dan Cara Menyusui yang Benar
Namun karena suatu sebab ibu tidak bisa memberikan ASI, maka bayi bisa diberi susu dengan protein yang sudah dipecah-pecah.
Jenis susu tersebut dinamakan dengan Susu terhidrolisa atau susu asam amino.
Faktor yang Menyebabkan Alergi
Alergi bisa terjadi karena faktor lingkungan dan faktor genetik.
Faktor lingkungan terjadi akibat suatu zat asing yang masuk dalam tubuh seseorang.
Hal ini seharusnya tidak menimbulkan respon imun. Tetapi pada penderita yang memiliki kerentanan tertentu, akhirnya menyebabkan alergi.
Baca juga: R. Radyan Yaminar, S.Gz Ungkap Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui untuk Mencukupi Nutrisi ASI dan Tubuh Ibu

Sementara, faktor genetik ini membuat seseorang rentan terhadap suatu alergen atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Akhirnya memicu terjadinya alergi.
Zat asing yang menyebabkan alergi, disebut alergen.
Baca juga: dr. Zaraz Obella : Kenali Tanda Reaksi Alergi pada Kulit Sensitif, dari Gatal hingga Timbul Jerawat
Dengan demikian alergi disebut sebagai suatu respon imun.
Respon imun memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari serangan zat asing.
Dalam hal ini, penyebab penyakit seperti:

- Bakteri
- Virus
- Parasit
Baca juga: Terjadinya Diare Bisa Disebabkan karena Adanya Infeksi, Dokter: Akibat Virus, Bakteri atau Parasit
- Jamur.
Akan tetapi, respon ini seharusnya tidak muncul.
Lantaran zat asing bukanlah suatu kuman penyebab penyakit.
"Jadi tidak seharusnya dilawan. Tetapi pada alergi muncul respon imun," sambungnya.
Baca juga: Anak Terlambat Imunisasi Tidak Harus ke Dokter Spesialis Anak, Ini Penjelasan Prof. Harsono Salimo
Jenis-jenis Alergi
Alergi jika dibedakan berdasarkan respon imun, memiliki 4 tipe. Mulai tipe 1 hingga 4.
Sedangkan jika dibedakan berdasarkan alergen atau benda yang menyebabkan alergi, itu bisa berupa:

Baca juga: dr. Kardiana Sebut Tungau Debu Rumah Jadi Faktor Pencetus Paling Utama Sebabkan Dermatitis Atopik
- Inhalat (sesuatu yang dihirup), misalnya: debu, tungau, serbuk sari tanaman.
- Ingasiant (sesuatu yang tertelan), misalnya: protein yang ada di dalam makanan tertentu.
- Sesuatu yang kontak dengan kulit atau mukosa di dalam tubuh.
Baca juga: Benarkah Bahwa Tanaman Herbal Mampu Mengobati Covid-19? Berikut Ulasan Apoteker
Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video(3/2/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)