Breaking News:

Meski Sudah Sembuh, ISPA Bisa Kambuh Lagi, Berikut Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A

Berikut simak penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A mengenai penyakit ISPA yang bisa kambuh kembali

Penulis: Ranum Kumala Dewi | Editor: Melia Istighfaroh
kompas.com
Ilustrasi terkena ISPA-simak penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A mengenai penyakit ISPA yang bisa kambuh kembali 

TRIBUNHEALTH.COM - Infeksi Saluran Pernapasan Akut biasa disebut dengan ISPA.

ISPA bisa terjadi pada segala usia, mulai anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.

Gejala yang ada mengikuti pada area yang terkena.

Baca juga: Mengenal MERS-CoV Penyakit Pernapasan dari Timur Tengah dan Cara Mencegahnya

Begitu pula dengan penanganannya, pengobatan ISPA disesuaikan dengan faktor penyebabnya.

Karena diketahui, ISPA bisa terjadi akibat suatu virus maupun bakteri.

Meski cenderung bisa ditangani, namun seseorang yang telah sembuh dari ISPA masih bisa berpotensi untuk terkena ISPA kembali.

Ilustrasi anak yang mengalami ispa
Ilustrasi anak yang mengalami ispa (pixabay.com)

Hal ini diungkapkan oleh dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A.

"Sangat mungkin untuk kambuh lagi, jadi tidak ada hukum yang mengatakan akan ada kekebalan yang sifatnya seumur hidup jika sudah terkena ISPA," ucapnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.

Baca juga: Benarkah Ispa Menimbulkan Peradangan pada Saluran Pernafasan? Berikut Ulasan Dokter

Kondisi demikian terjadi lantaran penyebab ISPA sangat beragam yang terbagi menjadi 2 besar, yaitu virus dan bakteri.

Virus sendiri telah terbagi menjadi berbagai jenis.

Ilustrasi virus pada saluran pernapasan
Ilustrasi virus pada saluran pernapasan (kompas.com)
2 dari 4 halaman

Sehingga bila terkena Rhinovirus yang merupakan penyebab terbesar terjadinya ISPA, maka bukan berarti menjadi kebal terhadap Corona virus atau Influenza virus.

Namun demikian, kekambuha dapat dicegah dengan sejumlah cara.

Baca juga: Terjadi Penurunan Kasus Covid-19, Jubir Vaksin Imbau Deteksi Dini Guna Putus Mata Rantai Penularan

Di antaranya seperti:

- Makan-makanan bergizi

- Istirahat cukup

Ilustrasi istirahat cukup
Ilustrasi istirahat cukup (tribunnews.com)

- Olahraga

- dan mengurangi konsumsi makanan berlemak.

Selain cara di atas, bisa juga melakukan imunisasi.

Baca juga: Alasan Imunisasi Harus Dilakukan Berulang, Simak Penjelasan dari Prof Dr dr Harsono Salimo Sp A(K)

Imunisasi yang sudah ada adalah Influenza yang berfungsi untuk menimbulkan kekebalan terhadap jenis virus yang ada pada vaksin tersebut.

"Misalnya ada temuan vaksin baru SARS-CoV-2, vaksin yanga da selama ini belum mengandung kuman ini."

3 dari 4 halaman

"Jadi tidak bisa untuk memunculkan kekebalan pada corona virus," jelas Roro.

Dari hal tersebut, dapat diartikan bahwa imunisasi bersifat spesifik. Tidak bisa diberikan secara umum pada semua jenis virus.

Ilustrasi imunisasi
Ilustrasi imunisasi PCV (jogja.tribunnews.com)

Selain itu, ada pula imunisasi PCV atau pneumococcal conjugate vaccine.

Imunisasi diberikan pada Penumonia yang disebabkan oleh bakteri.

Imunisasi PCV baru bisa didapat secara mandiri alias biaya sendiri tanpa bantuan pemerintah.

Bisa Sebabkan Kematian

Roro menyampaikan ISPA bisa berisiko menyebabkan kematian.

Kasus kematian ini terjadi cukup banyak.

Baca juga: Jangan Lengah meski Gejala Omicron Lebih Rendah dari Delta, Dokter: Kasus Kematian Bisa Mengintai

"Kalau kita bicara ISPA Pneumonia, maka kasus kematian cukup banyak terjadi," ucapnya.

Utamanya pada anak dibawah usia 3 tahun yang sudah memiliki penyakit komorbid.

4 dari 4 halaman

Seperti penyakit jantung bawaan dan gizi buruk

ilustrasi penyakit jantung bawaan pada anak
ilustrasi penyakit jantung bawaan pada anak (kompas.com)

Kasus kematian banyak terjadi, akibat bakteri yang menyebabkan Pneumonia bukan hanya bersarang di paru saja.

Melainkan juga menyebar pada area otak dan darah.

Bila sudah menuju area darah, maka bisa menyebabkan infeksi menyeluruh. Misalnya Sepsis.

Baca juga: Beragam Pemeriksaan dalam Mendiagnosa Penyakit Sepsis, Berikut Penjelasan dr. Mustopa, Sp.PD

"Akhirnya bisa berujung pada kematian," imbuh Roro.

Sedangkan bila sudah menyebar di area otak, maka berujung menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat.

Gejala ISPA

Ilustrasi terserang penyakit ispa
Ilustrasi terserang penyakit ispa (Kompas.com)

Roro menyampaikan ISPA pada anak dan orang dewasa tidak terlalu jauh berbeda.

Gejala yang ada mengikuti pada area yang terkena.

Jika mulai dari hidung, maka sudah masuk pada saluran napas. Akhirnya menimbulkan gejala pilek.

Baca juga: NHS Sebut Gejala Polip Hidung Mirip dengan Pilek, Bedanya Tak Akan Sembuh jika Tak Diobati

Bila terkena pada hidung bagian dalam, maka akan dirasakan gejala seolah-olah terdapat sesuatu yang masuk ke dalam saluran napas bagian dalam (post nasal drip).

"Jadi rasanya kayak ketelan sendiri," imbuh Roro.

Selanjutnya, jika semakin turun memasuki area faring atau laring, maka akan muncul tanda:

- Nyeri tenggorokan

- Nyeri telan

Ilustrasi nyeri telan
Ilustrasi nyeri telan (kompas.com)

- dan batuk.

Batuk sebenarnya adalah suatu bentuk pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kuman-kuman yang ada di saluran napas.

Jadi bukan berarti batuk harus selalu dihilangkan.

Baca juga: Kuman Penyebab TBC Menyebar Melalui Udara, Akan Sangat Mudah Menular

Kemudian, jika masuk ke dalam saluran napas seperti trakea atau paru-paru, maka bisa jadi sesak dan menimbulkan suara tambahan di paru.

Tanda lain pada infeksi yang bisa ditemui adalah demam.

Tanda ini bersifat general atau sistemik.

Ilustrasi pasien demam
Ilustrasi pasien demam (health.grid.id)

Serupa dengan batuk, demam adalah wujud dari pertahanan tubuh untuk menghadapi infansi kuman atau patogen.

Demam ini juga bervariasi, mulai dari ringan hingga demam tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala sangat beragam.

Baca juga: Waspada, Konsumsi Jamur Enoki yang Tercemar Bakteri Menimbulkan Gejala Demam Hingga Nyeri Sendi

Namun terkhusus pada ISPA yang disebabkan oleh bakteri, terdapat gejala khusus yang bisa dikenali. Seperti:

- Demam tinggi (bisa lebih dari 38 derjaat celcius)

- Tidak ada batuk

- Sering terjadi di bawah usia 3 tahun

- Terdapat putih-putih pada area tenggorokan atau amandel.

Ilustrasi penyakit tonsilitis atau amandel
Ilustrasi penyakit tonsilitis atau amandel (jogja.tribunnews.com)

Bila sudah menemukan sejumlah tanda di atas, perlu segera ke dokter.

Saluran Napas Adalah Satu-Kesatuan

Seringkali orang menyebut ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas.

Hal ini dilaterbelakangi karena mulanya ISPA terbagi menjadi dua bagian. Yaitu atas dan bawah.

Mulai dari hidung masuk ke dalam laring, turun lagi ke trakea.

Ilustrasi saluran napas
Ilustrasi saluran napas (tribunnews.com)

Trakea ini bercabang dan masuk ke dalam paru-paru.

Perbatasan secara konvensional ini, adalah laring.

"Sehingga infeksi saluran pernapasan dibagi menjadi atas dan bawah," ucap Roro.

Baca juga: dr. Fariz Nurwidya: Penderita Asma Memiliki Saluran Pernapasan Sensitif Dibandingan Orang Tanpa Asma

Namun saat ini, ISPA sudah tidak dibagi menjadi atas dan bawah.

Karena saluran napas dianggap sebagai satu-kesatuan.

Sementara penyebutan akut, merujuk pada waktu.

Ilustrasi - Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Ilustrasi - Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) (NET)

Artinya seberapa lama pasien mengalami infeksi. Hitungannya kurang lebih 2 minggu.

"Jadi kalau kita bicara ISPA adalah infeksi saluran napas, yang lama kejadiannya kurang dari atau sama dengan 2 minggu," papar Roro.

Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video(6/1/2021)

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comISPAdr. Roro Rukmi Windi PerdaniInfeksi Saluran Pernapasan Akutparu-paruVirusBakteri Virus Nipah
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved