TRIBUNHEALTH.COM - OCD adalah kepanjangan dari Obsessive Complusive Disorder.
OCD merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan dua gejala khas.
Yaitu adanya tanda obsesi dan kompulsi.
Baca juga: Benarkah Kekurangan Nutrisi Bisa Sebabkan Anak Alami Gangguan Mental? Begini Kata Adib Setiawan
Obsesi merupakan pikiran yang berulang dan tidak diinginkan.
"Pikiran yang melelahkan dan tidak diinginkan, tetapi terjadi berulang-ulang," ucap dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ yang dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.

Sementara, kompulsi adalah suatu tindakan yang terjadi secara berulang-ulang.
Dalam penanganan pasien dengan OCD, perlu dilakukan secara komprehensif.
Baca juga: Dokter Spesialis Jiwa Menyampaikan Beberapa Tanda Gannguan Kesehatan Mental Remaja
Salah satunya melalui obat. Obat ini berfungsi untuk menyeimbangkan neurotransmiter di otak.
Mengingat OCD bisa terjadi akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmiter di otak yang bisa menyebabkan obsesi dan kompulsi.

Selanjutnya, selain mengonsumsi obat tertentu, pasien juga bisa mendapatkan penanganan melalui psikoterapi.
Psikoterapi adalah suatu jenis terapi yang dibantu oleh psikolog klinis, terapis, atau psikiater untuk membantu orang dengan OCD bisa mengatasi obsesi dan kompulsinya.
Salah satu jenis terapi ini bernama CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dengan tipe exposure dan respon prevention.
Baca juga: Selain Terapi Menggunakan Alat CPAP, Adakah Terapi Lain pada Sleep Apnea Berat? Simak Ulasan Dokter
"Contohnya bila ingin memegang sesuatu harus cuci tangan 10 kali, nanti akan diajarkan bagaimana supaya begitu pegang bisa menahan 8 kali aja deh."
"Jangan 10 kali. Bertahap sampai bisa berkurang," jelas Zulvia.

Sehingga penanganan gejala dari yang paling ringan hingga berat bisa diatasi dengan pelan-pelan atau bertahap.
Baca juga: dr. Muhammad Fiarry Fikaris Paparkan Solusi untuk Menangani Kulit Sensitif Akibat Sering Cuci Tangan
Gejala OCD
Gejala-gejala OCD bisa muncul tanpa ada penyebab yang pasti.
Namun tidak menutup kemungkinan, OCD bisa timbul karena adanya suatu stressor.

"Tidak ada penyebab pasti, tetapi ada beberapa faktor yang ngumpul pada 1 orang, ketika ada stressor maka muncullah OCD," jelas Zulvia.
Tanda OCD biasanya muncul pada usia 10 hingga 24 tahun.
Baca juga: dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ Berikan Tips Agar Tidak Stres Selama Pembatasan Pandemi Covid-19
Gejala OCD yang dirasakan sejak usia sekolah dasar (SD) hingga dewasa ini, tentu sangat menganggu.
Hingga ketika ada stressor dari kehidupan, maka tanda OCD bisa muncul dengan kondisi yang lebih berat.
"Di saat usia dewasa ada stressor, maka makin menjadi gejalanya," ucap Zulvia.
Tipe-tipe OCD
OCD terdiri dari berbagai tipe, di antaranya:
1. OCD tipe kontaminasi
Tipe ini ditandai dengan takut terkontaminasi, misalnya dari virus atau kuman.

Sehingga membuat penderitanya harus merasa sering mencuci tangan secara berulang-ulang.
Baca juga: Simak Beberapa Tips Mengelola Stress Akibat Banyak Menghabiskan Waktu di Rumah
2. OCD tipe keteraturan atau simetri
OCD pada tipe ini sering merujuk pada seseorang yang harus melihat keteraturan.
Misalnya melihat suatu benda tidak boleh miring.

Sehingga merasa perlu sering menyusun barang dengan teratur.
Baca juga: Dokter Spesialis Jiwa Mengatakan Kecanduan Smartphone Menyebabkan Gangguan Jiwa
3. OCD tipe bahaya
OCD ini bisa membuat penderitanya harus sering mengecek pintu karena takut kemalingan.

Baca juga: Insomnia Bisa Disebabkan Masalah Kesehatan Mental, Mulai dari Kecemasan hingga Depresi
4. OCD tipe agresif atau kekerasan
Pada tipe ini membuat penderita merasa akan menyakiti orang lain.
Akhirnya membuat penderita harus sering berdoa agar tidak menyakiti orang lain.

Pengalaman Survivor OCD
Aisyah Kamaliah, seorang survivor OCD membagikan pengalaman dirinya saat mengetahui mengidap OCD.
Ia menceritakan sudah merasa aneh sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Sejak SD ia merasakan harus memegang trolly berulang kali.
Baca juga: 5 Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Fisik dan Mental, Dapat Tingkatkan Mood dan Hindari Depresi
Tindakan itu ia lakukan karena didasari rasa takut dan berpikir bahwa adiknya akan jatuh.
Aisyah merasa apa yang dilakukannya adalah hal wajar yang umum dialami oleh setiap orang.
"Aku mikir awalnya normal, karena aku pikir orang-orang juga akan begitu," ucap Aisyah.

Sampai akhirnya dirinya merasa bahwa aksi yang ia lakukan bukanlah hal wajar pada saat memasuki usia dewasa.
Tanda OCD yang dialami Aisyah berlangsung semakin parah bahkan hingga mencapai 3 kali lipat daripada sebelumnya, setelah ia mengalami insiden kemalingan.
Baca juga: Benarkah Depresi pada Ibu Hamil Berpengaruh pada Janin? Psikolog Adib Setiawan Beri Penjelasan
Aisyah menjadi lebih sering untuk memeriksa keamanan rumah.
"Jadi aku sering ngecek-ngecekin rumah, semua pintu bener-bener aku gembok."
"Dan walaupun aku lihat gemboknya udah terpasang, tapi aku terus melihatnya berkali-kali," cerita Aisyah.
Baca juga: Alkohol hingga Stres Bisa Sebabkan Kondisi Gastritis Bertambah Parah, Begini Kata dr. Tan Shot Yen
Penjelasan dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV Jumat (4/2/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)