TRIBUNHEALTH.COM - Konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan.
Data pada Kamis (3/2) menunjukkan konfirmasi positif di Indonesia menembus angka 27.197, tertinggi sejak diumumkannya konfirmasi Omicron pertama di Indonesia.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan, virus Covid-19 varian omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian Alpha, Betha, dan Delta.
Baca juga: Vitamin D Mampu Mencegah Angka Kesakitan dan Kematian karena Covid-19, Berikut Penjelasan Dokter
Namun jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi.
Sehingga Pasien positif Omicron tanpa gejala atau gejala ringan diimbau isolasi mandiri (Isoman) di rumah.

"pasien yang masuk rumah sakit, 85% sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis, hingga membutuhkan oksigen sekitar 8%," katanya dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Bagi pasien Isoman selama saturasi di atas 95% ke atas tidak perlu khawatir.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Wiku Himbau Pekerja Sektor Non Esensial Bekerja dari Rumah
Jika ada gejala seperti batuk, flu, demam segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 terdapat 5 derajat gejala COVID-19, antara lain :
1. Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis

2. Gejala Ringan yaitu pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%
Gejala umum yang muncul seperti:
- Demam
- Batuk
Baca juga: Ilmuwan Identifikasi Kasus Herpes Zoster pada Penerima Vaksin Covid-19, Hanya Kebetulan?
- Kelelahan
- Kehilangan nafsu makan
- Napas pendek

- Mialgia
- dan nyeri tulang.
Baca juga: Kenali Derajat Kelainan Tulang Belakang melalui Gejala Klinis yang Diderita dari dr. Nilla Mayasari
Gejala tidak spesifik lainnya, seperti:
- Sakit tenggorokan
- Kongesti hidung

- Sakit kepala
- Diare
- Mual
Baca juga: Kenali Risiko Kelebihan Suplemen Vitamin D, Bisa Timbulkan Gejala Mual hingga Sering Buang Air Kecil
- Muntah
- Hilang penciuman (anosmia)
- atau hilang pengecapan (ageusia).
3. Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia. seperti:
- Demam
- Batuk

- Sesak napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93% .
Baca juga: Pentingnya Mengetahui Cara Meningkatkan Saturasi Oksigen Penyitas Covid-19 dengan Teknik Porning
4. Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti:
- Demam
- Batuk
- Sesak napas cepat
- ditambah satu dari frekuensi napas >30 x/menit

- Distres pernapasan berat
- atau saturasi oksigen <93%.
Baca juga: Setengah dari Penyintas Covid-19 Gelombang Pertama Alami Perubahan Permanen pada Indra Penciuman
5. Kritis yaitu pasien dengan gejala:
- Gagal nafas
- Komplikasi infeksi
- atau kegagalan multiorgan.
Dalam penanganan varian Omicron, rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen.
Baca juga: Sonny Harmadi: Melandainya Kasus COVID-19 Jangan Sampai Membuat Kita Abai Protokol Kesehatan
Oleh karena itu, Nadia berpesan kepada masyarakat untuk tidak lengah.
"Melihat kasus Omicron yang kian bertambah, masyarakat tetap waspada jangan sampai lengah."
"Tetap disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan kurangi mobilitas," pesan dr. Nadia.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)