TRIBUNHEALTH.COM - Ngorok atau mendengkur merupakan kebiasaan yang umum terjadi di masyarakat.
Orang yang mendengkur tidak bisa merasakan hal ini, kecuali orang lain.
Suara dengkuran di malam hari ini bisa menganggu orang lain untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.
Baca juga: 4 Gejala dan Faktor Risiko Sleep Apnea Obstruktif, Termasuk Mendengkur dan Mudah Lelah
Tak jarang seseorang yang memiliki kebiasaan mendengkur akan mencari berbagai cara untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Pasalnya kebiasaan mendengkur sering dikaitkan sebagai tanda suatu penyakit. Padahal tidak selalu.

Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja memberikan penjelasannya.
Andreas menuturkan, dokter biasanya tidak memperhatikan suara yang keluar pada saat tidur atau ngorok tersebut.
Namun yang harus diperhatikan ialah fungsi pernapasan pada saat tidur.
Baca juga: dr. Fariz Nurwidya: Penderita Asma Memiliki Saluran Pernapasan Sensitif Dibandingan Orang Tanpa Asma
"Bukan suaranya keras atau pelan, tetapi fungsi napas atau jantung pada saat tidur," ucap Andras.
Untuk itu, apabila ada masalah mendengkur, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium tidur.
Pada laboratorium tidur terdapat sejumlah alat yang akan merekam pada saat tidur.

Baca juga: Mayoritas Sleep Apnea Disebabkan Faktor Keturunan, Ini Penjelasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur
Dari hasil pemeriksaan menggunakan alat tersebut, bisa diketahui fungsi napas dan jantung mengalami gangguan atau tidak.
Selama fungsi napas dan jantung tidak terganggu, suara keras saat mengorok tidak berbahaya. Sehingga bisa diabaikan.
Deteksi
Lakukan pemeriksaan jika mulai mengalami Hipersomnia.
Hipersomnia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan rasa kantuk berlebih dan tidak segar ketika bangun tidur.

Kondisi ini merupakan gejala awal yang harus dicurigai.
Untuk itu, jika seseorang mengalami masalah tersebut dianjurkan untuk tidak berkendara.
Baca juga: Insomnia Bisa Disebabkan Masalah Kesehatan Mental, Mulai dari Kecemasan hingga Depresi
"Berkendara dalam kondisi mengantuk, lebih berbahaya daripada mabuk," ucap Andreas.
Penjelasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja, ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Jumat (21/5/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)