TRIBUNHEALTH.COM - Bekerja dari jarak jauh seperti masa Work From Home (WHF), tak sepenuhnya nyaman.
Kerja WFH bisa menghilangkan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Hal itu disampaikan oleh Rashmi Parmar, MD, seorang psikiater di Community Psychiatry kepada Healthline, dilansir TribunHealth.com Selasa (28/12/2021).
Pekerjaan terstruktur lebih sulit dilakukan di rumah.
Di sisi lain, terlalu banyak waktu luang juga bisa memicu masalah.
“Tanpa rutinitas, kebosanan perlahan-lahan bisa merayap, memberi jalan pada perasaan dan pikiran yang depresif,” katanya.
Baca juga: Duduk Terlalu Lama saat Bekerja Bisa Sebabkan Naiknya Gula Darah dan Kadar Kolesterol
Baca juga: Terlalu Lama WFH, Pekerja Wajar Alami Kecemasan Jelang Bekerja di Kantor, Apa yang Bisa Dilakukan?

Tanpa lingkungan sosial di tempat kerja, Parmar mengatakan banyak orang yang bekerja dari rumah mengalami perasaan kesepian dan terisolasi.
“Kami terpaksa mengandalkan obrolan atau pesan, panggilan telepon, dan panggilan video untuk terhubung dengan teman dan kolega kami, yang menambah waktu layar kami yang sudah meningkat,” katanya.
Selain itu, Parmar mengatakan banyak orang mungkin bekerja lebih lama dari biasanya, karena sulit untuk memastikan waktu kerja saat di rumah.
“Sangat wajar untuk kewalahan dari semua faktor ini dan merasa tertekan atau cemas,” jelasnya.
Hal senada disampaikan oleh Leela R. Magavi, MD, seorang psikiater dan direktur medis regional di Community Psychiatry.
Baca juga: Stres Pengaruhi Psikologis dan Hormon dalam Tubuh, Dokter: Berakibat Jantung Tak Bekerja Dengan Baik
Baca juga: Perlu Waspada, Ini Beragam Risiko bila Sering Bekerja di Atas Kasur

Magavi mengatakan pekerjaan jarak jauh yang berkepanjangan dapat menciptakan banyak rintangan emosional, fisik, dan keuangan bagi individu.
“Keluarga berpenghasilan rendah sangat dirugikan karena sumber daya yang terbatas atau akses ke Wi-Fi yang stabil..."
"Sementara keluarga lain, terlepas dari pendapatannya, mungkin semakin terpapar kekerasan dalam rumah tangga...,” katanya.
“Individu mungkin merasa tidak ada yang dinanti-nantikan, atau mereka mungkin berjuang, karena mereka tidak lagi memiliki jalan keluar untuk menormalkan perasaan lelah mereka dengan sesama karyawan,” tambahnya.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)