TRIBUNHEALTH.COM - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk obat Sotrovimab yang masuk dalam kategori obat terapi antibodi monoklonal yang digunakan untuk pengobatan Covid-19.
Obat Sotrovimab dapat diberikan pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.
Baik pada orang dewasa maupun anak-anak (usia 12 tahun ke atas).
Baca juga: SATGAS ASI IDAI Sebut ASI pada Ibu yang Positif Covid-19 Memiliki Kadar Antibodi yang Tinggi
Namun, obat ini tidak diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan status rawat inap atau pasien yang membutuhkan terapi oksigen.
Karena dapat berpotensi menimbulkan efek samping yang lebih buruk.
Meski demikian, keamanan dan efektivitas obat terapi ini masih akan terus dievaluasi.
"Dengan otorisasi pengobatan antibodi monoklonal ini, kami memberikan alternatif lain untuk membantu menjaga pasien Covid-19 berisiko tinggi keluar dari rumah sakit," kata direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat FDA, Patrizia Cavazzoni, M.D dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi fda.gov.
Baca juga: Tak Perlu Cemas, Terlambat Vaksin Covid-19 Dosis Kedua Tak Akan Pengaruhi Efektivitas Vaksin
Ia berharap, penggunaan obat antibodi monoklonal tersebut dapat menekan laju penularan Covid-19 di Amerika Serikat.
"Penting untuk memperluas terapi antibodi monoklonal yang diharapkan dapat mempertahankan aktivitas melawan varian Covid-19 yang beredar di Amerika Serikat,” ucapnya.
Antibodi monoklonal adalah protein buatan laboratorium yang meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan antigen berbahaya seperti virus.
Baca juga: dr. Adityo Susilo, Sp.PD Tegaskan Long-Haul Covid-19 Tak Menular, Simak Faktor Risikonya Berikut Ini
Hasil Penelitian
Lebih lanjut, keputusan ini berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 583 pasien Covid-19 usia dewasa yang tidak berstatus rawat inap dengan gejala ringan dan sedang.
Dari total jumlah pasien tersebut, 291 di antaranya menerima pengobatan Sotrovimab dan 292 pasien lainnya menerima pengobatan Plasebo.
Obat-obat tersebut diberikan kepada para pasien setelah 5 hari timbul gejala positif Covid-19.
Hingga kemudian pada hari ke 29, masing-masing pasien yang mendapatkan pengobatan tersebut dievaluasi.
Selanjutnya didapatkan hasil setelah pengobatan, bahwa pasien yang dianjurkan untuk melakukan rawat inap atau terjadi kasus kematian dialami sebanyak 21 pasien (7%) yang menerima pengobatan Plasebo.
Sementara berbeda jauh pada pasien yang mendapatkan pengobatan Sotrovimab yang hanya berjumlah 3 pasien (1%) yang dianjurkan untuk melakukan rawat inap atau ditemukan terjadi kasus kematian.
Baca juga: dr. Edward Pandu Wiriansya Sp.P(K) Paparkan Jika COVID-19 Bisa Menginfeksi Organ Lain Selain Paru
Namun demikian, FDA terus berhati-hati dalam memantau varian virus yang beredar dan sensitivitasnya terhadap antibodi monoklonal yang diizinkan untuk mengobati Covid-19, termasuk obat Sotrovimab.
Obat Sotrovimab yang telah diizinkan sebagai penggunaan obat darurat akan didistribusikan sebagai dosis tunggal dengan takaran 500 Mg.
Obat ini akan diberikan disertai dengan petunjuk penggunaan, dosis, potensi efek samping, dan interaksi obat.
Diketahui efek samping dari obat Sotrovimab ini adalah timbulnya:
Baca juga: dr. Mustopa, Sp.PD: Ketika Tensi Tinggi dan Virus Corona Meningkat, Akan Memperberat Gejala COVID-19
- Anafilaksis
- Reaksi terkait virus
- Ruam
- dan diare.
Baca juga: Kasus Covid-19 Turun, Apakah PPKM Benar-benar Efektif Tekan Penularan Virus? Ini Penjelasan Satgas
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)