TRIBUNHEALTH.COM - Semenjak pandemi Covid-19 tak sedikit ibu menyusi yang cemas memberikan ASI kepada buah hatinya.
Pasalnya para ibu tersebut mengkhawatirkan bila diriya terpapar Covid-19 secara tidak disadari.
Hal ini turut dipengaruhi oleh status ibu yang meninggal, terbatasnya dukungan serta penurunan jumlah kunjungan ibu menyusui ke faskes seperti Puskesmas maupun Posyandu.
Baca juga: Mengapa Hipertensi jadi Penyakit Komorbid Covid-19 yang Harus Diwaspadai? Ini Kata dr. Mustopa Sp.PD
Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kartini Rustandi mengatakan diperlukan dukungan baik dukungan moral, spiritual maupun kebijakan kepada ibu menyusui agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya apapun status kesehatan sang ibu.
Sebab, menyusui secara signifikan mampu meningkatkan derajat kesehatan, perlindungan maupun kesejahteraan untuk ibu, bayi maupun keluarga.

Baca juga: dr. Adityo Susilo, Sp.PD Tegaskan Long-Haul Covid-19 Tak Menular, Simak Faktor Risikonya Berikut Ini
Satgas ASI Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Wiyarni Pambudi menyebutkan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif Covid-19 tetap bisa memberikan ASI Ekslusif untuk buah hatinya.
Justru berdasarkan hasil penelitian, ASI pada ibu positif Covid-19 memiliki kandungan antibodi yang tinggi.
"Pada ibu yang terkonfirmasi positif ternyata di dalam ASInya mengalir antibodi Imunoglobulin A dan G, mengalir pula Lactalbumin, Lactoferin dan lain-lain yang secara spesifik merupakan benteng perlawanan terhadap SARS-CoV-2."
"Inilah yang disebut imunisasi pasif yang alami, yang diberikan ibu penyintas Covid-19 kepada bayinya," kata Wiyarni dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi kemkes.go.id.
Wiyarni menambahkan, antivitas antibodi sIgA spesifik SARS-CoV-2 dan IgG spesifik dalam air susu penyintas COVID-19 mampu bertahan selama 7-10 bulan pasca infeksi.

Baca juga: Kasus Covid-19 Turun, Apakah PPKM Benar-benar Efektif Tekan Penularan Virus? Ini Penjelasan Satgas
Peningkatan kekebalan tubuh, juga ditemukan pada ibu menyusui yang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Bahkan, kadar antibodinya telah meningkat sejak 14 hari pasca penyuntikan pertama.
"Pada ibu yang telah vaksinasi Covid-19 ditemukan kadar antibodi slgA spesifik SARS-CoV-2 dalam ASI meningkat pesat dalam waktu 14 hari pasca vaksinasi dosis pertama."
"Semakin kuat setelah minggu ke-4 dan terukur lebih tinggi pada minggu ke-5 dan ke-6," imbuhnya.
Dalam dua kondisi tersebut, pihaknya berharap agar dukungan dan semangat terhadap ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada buah hatinya terus digalakkan terutama saat pandemi Covid-19.

Baca juga: Apakah Migrain Tanda Menderita Penyakit Stroke? Ini Jawaban dr. Fahrulsyah Farid, Sp.BS. M.Kes
Sebab, selain sebagai sumber makanan utama, ASI juga penting untuk melindungi bayi dari paparan Covid-19.
Satgas Covid-19 IDAI mencatat hingga akhir Juli 2021 sebanyak 447 anak berusia dibawah 1 tahun meninggal akibat Covid-19, yang mana 16% diantaranya adalah bayi baru lahir.
Oleh karenanya, aktivitas menyusui tidak boleh terputus kendati ibu menyusui adalah kontak erat maupun telah terkonfirmasi positif Covid-19.
ASI tetap dapat diberikan dengan tetap melakukan protokol kesehatan ketat dan tidak mengalami gejala yang berat, jadi ibu masih bisa menyusui langsung.

Baca juga: Berapa Lama Proses Pemulihan Pasca Operasi Rahang? Ini Jawaban drg. Andi Tajrin, M.Kes, Sp.BM.(K)
Apabila seorang ibu merasa dirinya lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk menyusui langsung, maka bayi dapat diberikan ASI perah (ASIP) baik oleh ibu maupun anggota keluarga yang lain.
"Menyusui tidak boleh terputus apapun status ibu."
"Apabila kondisisnya tidak memungkinkan, ibu yang positif dan dirawat harus didukung agar bisa memerah ASI."
"Jika ibu masih kuat, lanjutkan dengan tetap mengikuti protokol pencegahan Covid-19," pesannya.
Baca juga: dr. Dhiya Ul Azka Ungkap Perawatan Dasar yang Perlu Dilakukan untuk Dapatkan Kulit Bersih dan Sehat
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)