TRIBUNHEALTH.COM - Seiring semakin meningkatnya kasus Covid-19, kebutuhan oksigen medis menjadi melonjak.
Merespon hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah memaksimalkan kapasitas produksi oksigen nasional agar bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan medis.
Upaya tersebut dilakukan, lantaran ketersediaan oksigen merupakan hal esensial yang harus segera dipenuhi ditengah kenaikan kasus Covid-19.
"Kami telah mendapatkan komitmen dari Kementerian Perindustrian agar konversi oksigen industri ke medis diberikan sampai 90%," kata Budi dilansir TribunHealth.com dari situs resmi kemkes.go.id.
Baca juga: Dokter Jelaskan Tahapan Menjadi Pendonor Plasma Konvalesen untuk Penderita COVID-19, Simak Ulasannya
Menkes menjabarkan di Indonesia kapasitas produksi oksigen pertahunnya mencapai 866.000 ton/tahun dengan utilisasi produksi pertahunnya 638.900 ribu.
Di antara jumlah tersebut, 75% digunakan untuk industri dan hanya 25% yang dipakai medis.
Melalui konversi ini, maka jumlah oksigen yang bisa didapatkan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575.000 ton.
Namun untuk saat ini, kapasitas oksigen yang ada akan dimaksimalkan di 7 Provinsi di Jawa-Bali karena meningkatnya kasus Covid-19.
Baca juga: Hasil Komunikasi RI - Jepang, Wamenlu Sebut Indonesia Dapat 998.400 Dosis Vaksin Astra Zeneca
Sementara pasokan oksigen di rumah sakit semakin berkurang ditengah kebutuhan yang semakin tinggi.
Berdasarkan data Kemenkes, saat ini total kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien Covid-19 mencapai 1.928 ton/hari.
Sedangkan kapasitas yang tersedia ada 2.262 ton/hari.
Dengan demikian, ditargetkan untuk wilayah Jawa-Bali bisa mensuplai oksigen sebanyak 2.262 ton/hari.
Baca juga: Virus Corona Varian Lambda Disebut Lebih Menular, Apakah Vaksin Masih Efektif untuk Bentuk Antibodi?
Diungkapkan Budi, penyebab terjadinya kelangkaan stok oksigen di beberapa daerah disebabkan rantai distribusi yang belum optimal.
Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan agar penyaluran ke daerah-daerah yang kasusnya tinggi lebih dipercepat.
"Kami menyadari ada isu terkait distribusi."
"Karena memang di Jawa Tengah adalah daerah paling sedikit produksi oksigennya. Paling banyak di Jawa Barat dan Jawa Timur."
"Jadi kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana," terangnya.
Budi menambahkan, kesulitan lain yang dihadapi dalam proses distribusi oksigen adalah kurang liquidnya proses pengisian oksigen.
Hal ini disebabkan karena banyaknya RS yang menggunakan tabung, seiring dengan penambahan Tempat Tidur (TT) darurat.
Baca juga: Menteri Kesehatan: Indonesia Kedatangan Vaksin AstraZeneca di Bulan Juli dan Pfizer di Bulan Agustus
"Sehingga yang harusnya bisa dikirimkan dalam truk besar dan dipindahkan ke tanki besar, untuk kemudian disalurkan dalam jaringan oksigen."
"Namun untuk saat ini harus dimasukkan ke dalam tabung-tabung. Ini turut mempengaruhi waktu pengisian oksigen," tambahnya.
Selanjutnya, untuk memenuhi ruang-ruang perawatan darurat di RS, Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian.
Cara ini dilakukan untuk melakukan impor tabung oksigen 6 meter kubik dan 1 meter kubik dalam waktu dekat ini.
Baca juga: Ketua Komnas KIPI: Baru Vaksin Pertama Namun Terpapar Covid-19, Tetap Harus Lanjut Vaksin Kedua
Baca juga: Mengapa Orang yang Sudah Vaksin 2 Kali Bisa Kena Covid-19? Simak Jawaban Ketua Komnas KIPI
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)