TRIBUNHEALTH.COM - Stroke merupakan kondisi yang terjadi tiba-tiba.
Namun, faktor risiko yang meningkatkan risiko terjadinya stroke bisa terjadi dalam jangka panjang.
Beberapa di antaranya misalnya hipertensi, merokok, diabetes, dan kurangnya aktivitas fisik.
Semua hal tersebut merupakan faktor yang membuat risiko stroke jadi meningkat.
Melansir NDTV, berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Hipertensi
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke hingga empat kali lipat.
Seiring waktu, tekanan darah tinggi merusak dan melemahkan dinding arteri, sehingga rentan pecah (menyebabkan stroke hemoragik) atau tersumbat oleh plak (menyebabkan stroke iskemik).
2. Kebiasaan merokok
Nikotin meningkatkan tekanan darah, sementara karbon monoksida mengurangi kapasitas darah dalam membawa oksigen.
Baik merokok maupun paparan asap rokok orang lain (perokok pasif) dapat membuat risiko stroke jadi meningkat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan, perokok memiliki risiko stroke dua hingga empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
Bahkan paparan asap rokok secara pasif pun meningkatkan kemungkinan pembentukan gumpalan darah.
Baca juga: 4 Fakta Mengenai Rokok dan Serangan Jantung, Lebih Baik Berhenti Sekarang daripada Menunggu
3. Diabetes
Gula darah tinggi menyebabkan penumpukan lemak dan gumpalan darah di dalam arteri.
Apalagi banyak penderita diabetes juga memiliki faktor risiko lain, seperti hipertensi, obesitas, dan kolesterol tinggi, yang memperparah risiko stroke mereka.
Sebuah studi tahun 2023 yang dimuat dalam Journal of Stroke menemukan bahwa pasien diabetes memiliki risiko stroke iskemik 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan non-diabetes.
4. Penyakit jantung
Berbagai kondisi jantung, terutama fibrilasi atrium (AFib), dapat menyebabkan gumpalan darah yang mengalir ke otak.
Gagal jantung dan penyakit katup juga secara signifikan meningkatkan risiko stroke.
Penelitian dari American Heart Association (AHA) menunjukkan bahwa penderita AFib lima kali lebih mungkin mengalami stroke.
Baca juga: 7 Fakta Madu, Pemanis Alami yang Bagus untuk Jantung hingga Diabetes
5. Kolesterol tinggi
Kadar LDL atau kolesterol jahat yang tinggi berkontribusi terhadap aterosklerosis, suatu kondisi di mana plak menumpuk di dalam arteri.
Jika plak ini pecah, aliran darah ke otak dapat terhambat.
National Institutes of Health (NIH) melaporkan bahwa menurunkan kolesterol LDL sebesar 1 mmol/L dapat mengurangi risiko stroke iskemik lebih dari 20 persen.
6. Obesitas dan kurang gerak
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes.
Semua itu merupakan faktor yang mendorong risiko stroke.
Gaya hidup yang kurang gerak juga dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih tinggi.
Olahraga teratur, seperti jalan cepat selama 30 menit hampir setiap hari, dapat mengurangi kejadian stroke hingga 25%, menurut Harvard TH Chan School of Public Health.
(TribunHealth.com)