TRIBUNHEALTH.COM - Hipertensi atau sering dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah kondisi naiknya tekanan darah melebihi batas yang seharusnya.
Menurut dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah tersebut sama atau lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi ini dapat diketahui dengan cara rajin memeriksa tekanan darah.
Kondisi ini sudah tidak asing lagi di masyarakat pada umumnya dan sudah banyak masyarakat yang memahami akan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Meskipun begitu penderita hipertensi ini terus meningkat dan tak kunjung turun.
Baca juga: 9 Makanan yang Perlu Dibatasi Penderita Hipertensi, Termasuk Saus Tomat dan Kecap
Baca juga: Faktor Gaya Hidup hingga Riwayat Penyakit Sebabkan Hipertensi saat Bangun Tidur
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi, dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat.
Banyak yang beranggapan bahwa hipertensi terjadi karena marah-marah atau emosi.
dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH menjelaskan, terjadinya hipertensi tidak selalu karena marah-marah.
Walaupun memang faktor emosi dapat menaikkan tekanan darah pada seseorang.
Jika tekanan darah tersebut cenderung tinggi dalam jangka waktu yang lama, kondisi tersebutlah yang dapat menyebabkan hipertensi.
"Jadi memang tekanan darah itu harus kita ukur untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi atau tidak," tutur dr. Ni Made Hustrini.
Baca juga: Tak Hanya Garam, Penderita Hipertensi Juga Perlu Hindari Makanan Ultraproses
Baca juga: Diet DASH Dapat Turunkan Hipertensi, Perbanyak Makan Buah & Sayur, Kurangi Daging Merah
Penderita hipertensi terus meningkat
dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH menuturkan, hipertensi bukanlah masalah yang hanya terjadi di Indonesia, namun hipertensi merupakan masalah yang terjadi di dunia.
Pasalnya kurang lebih sekitar 30 persen populasi di dunia, rata-rata memiliki angka yang sama yaitu menderita hipertensi.
Menurut RISKESDAS atau data dari Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 yang disampaikan oleh dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, angka hipertensi di Indonesia adalah 34,1 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Bahkan RISKESDAS yang sebelumnya atau 5 tahun sebelumnya yaitu tahun 2013, angka hipertensi di Indonesia kurang dari 30 persen, hal ini menunjukkan adanya kenaikan hipertensi.
Baca juga: Dampak Buruk Kurang Tidur, Hipertensi hingga Demensia, Simak Penjelasan dr. Rimawati Tedjasukmana
Baca juga: Hipertensi Tingkatkan Risiko Terkena Glaukoma, Sebabkan Kebutaan Permanen
"Jadi satu dari tiga orang dewasa itu menderita hipertensi, dan itu angkanya terbilang cukup tinggi."
"Kalau dikatakan tidak bisa turun angkanya, itu agak susah ya."
"Sebenarnya hipertensi itu kan sesuatu yang sangat mudah, sederhana untuk didiagnosis oleh semua dokter."
"Semua dokter seharusnya bisa mendiagnosis hipertensi, dengan mengukur tekanan darah dan hasilnya 140/90 ke atas itu minimal dua kali pengukuran dalam fisik yang berbeda, dia sudah bisa terdiagnosis hipertensi."
Baca tanpa iklan