TRIBUNHEALTH.COM - Orang tua bisa memiliki ekspektasi terlalu tinggi mengenai karier anak.
Orang tua terkadang juga memiliki harapan yang berbeda dengan minat ataupun bakat anak.
Oleh karena itu, tes minat bakat bisa menjadi solusi untuk masalah ini.
Lantas benarkah tes minat bakat dapat membantu anak menghindari tekanan sosial atau ekspektasi orang tua?
Jurnalis TribunHealth.com pernah menanyakan hal ini kepada Psikolog RS JIH Solo, Arida Nuralita, MA., Psikolog ketika menjadi narasumber Momspiration yang tayang di YouTube Tribunnews.
Berikut ini jawaban Arida Nuralita, MA., Psikolog dalam kutipan langsung:
Baca juga: Apakah Ada Perbedaan Gejala Usus Buntu pada Anak dan Orang Dewasa?

“Bisa dong. Karena tes minat bakat itu kan sifatnya objektif ya.
Datanya diambil dari alat ukur yang memang tervalidasi, sehingga hasilnya pun juga objektif.
Nah, tentunya itu bisa menjadi alat komunikasi nih
Datanya itu bisa menjadi informasi bagi orang tua kemudian anak tentang siapa dirinya sebenarnya, potensinya di mana, kelemahannya di mana, kekurangannya di mana.
Jadi, orang tua pun juga kalau ekspektasi terlalu tinggi tadi, orang tua kemudian bisa mengevaluasi kembali ekspektasinya, gitu.
"Emang harus di sini atau ganti haluan kemana," gitu.
Kemudian, kalau secara sosial juga..
Kadang ada lingkungan sekolah, guru, atau sosial yang salah atau keliru mempersepsikan seorang anak, gitu ya.
Kita kan sering ya, kalau misalnya ada di lingkungan terus susah ngomong sama orang itu, gitu, nggak ngerti-ngerti, kayak nggak mudeng-mudeng gitu.
Terus kemudian ada sebagian masyarakat yang kemudian melabeli, padahal mungkin belum tentu si anak itu benar-benar tidak mampu seperti yang dipersepsikan orang secara sosial.
Tapi mungkin ada potensi dia yang belum kita ketahui yang itu tidak tergali atau terasa, gitu.
Kemudian ada mungkin memang itu sebagai bagian dari kelemahan dia yang tidak bisa kita pahami, gitu.
Contoh misalnya anak yang disleksia misalnya.
Dia kan punya kesulitan untuk membaca, punya kesulitan untuk memahami bahasa, kadang-kadang gitu.
Nah, sering kalau ngobrol sama anak-anak seperti itu kan, "kok kayak tulalit gitu ya," gitu.
Padahal mungkin ada potensi dia yang lain yang mungkin belum tergali, terasah, gitu.
Padahal kalau misalnya kita tahu itu, kita mungkin bisa, "oh, dia anaknya pinter, cuma kalau ngobrol sama dia, kalimatnya harus yang lebih simpel, lebih sederhana, supaya bisa berkomunikasi dengan baik," misalnya.
Nah, itu kan jadi membantu."
Simak penjelasan lengkap Arida Nuralita, MA., Psikolog dalam Momspiration “Bantu Anak Temukan Passion, Apakah Tes Minat Bakat Benar-benar Efektif” lewat tayangan YouTube berikut.
(TribunHealth.com)