TRIBUNHEALTH.COM - Kesehatan gigi anak merupakan salah satu hal yang perlu dijaga.
Satu di antara hal yang tidak boleh diabaikan adalah adanya karies atau lubang pada gigi.
Karies merupakan kondisi patologis pada gigi yang disebabkan terurainya mineral pada gigi anak akibat keadaan asam.
Asam ini muncul dari aktivitas bakteri yang memfermentasikan sisa-sisa makanan pada gigi dan mulut, seperti dikatakan Dokter Gigi RSIS Yarsis Surakarta, drg. Tiaranita Ramadhani.
“Biasanya itu (akibat) makanan-makanan yang manis, mengandung gula tinggi, atau yang lengket seperti permen, cokelat,” kata drg. Tiara kepada TribunHealth, dalam wawancara yang ditayangkan di YouTube Tribunnews pada Sabtu (12/10/2024).
Ini sekaligus jadi alasan mengapa gigi berlubang banyak terjadi pada anak.
Pasalnya anak-anak justru kerap mengonsumsi jajanan dengan cita rasa manis dan tinggi gula.
Sebaliknya, menghindari atau membatasi makanan serta minuman tinggi gula akan turut mencegah gigi berlubang pada si kecil.
Pentingnya menyadari gejala awal sebelum gigi berlubang
Proses munculnya karies tidak terjadi dalam waktu singkat.
Bakteri pada gigi akan mengikis mineral gigi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum akhirnya menyebabkan lubang.
Dengan demikian, mengenali gejala awal sangat penting demi mencegah masalah lebih lanjut.
Hal ini juga akan memudahkan penanganan dibandingkan jika gigi sudah sampai berlubang.
drg. Tiaranita menjelaskan, sebelum gigi berlubang, biasanya akan terdeteksi white spot atau bercak putih.
“Jadi, permukaan gigi masih rata, tetapi ada bercak putih atau kita sebut dengan white spot, lalu dilanjutkan dengan permukaan gigi yang berkurang atau menjadi kasar, atau bisa juga membentuk cekungan dan berwarna cokelat,” katanya.
Jika dibiarkan begitu saja, bercak inilah yang akan membesar dan menyebabkan gigi berlubang.
Tanpa perawatan yang memadai, gigi berlubang juga dapat menyebabkan munculnya polip atau daging tumbuh.
“Jika (white spot) menjadi parah, biasanya karies itu menjadi warna hitam. Ada juga yang kariesnya lubangnya menjadi besar, lalu menimbulkan tumbuh daging kecil. Biasanya kita sebut polip.”
Pentingnya periksa rutin ke dokter gigi
Gejala awal gigi berlubang pada dasarnya bisa teramati dengan mata telanjang.
Kendati demikian, orang tua mungkin tetap memiliki keterbatasan ketelitian dalam memeriksa kesehatan gigi anak.
Ini sebabkan anak disarankan rutin periksa gigi 6 bulan sekali.
“Ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Jadi, kita sebagai dokter gigi bisa mengecek sebelum terjadinya karies warna cokelat itu,” tandas drg. Tiaranita.
Nantinya, dokter gigi akan memantau setiap potensi kerusakan gigi, termasuk gigi berlubang.
Dokter gigi juga membantu mengecek tumbuh kembang gigi si kecil serta potensi masalah kesehatan dalam rongga mulut.
Membiasakan sikat gigi sejak bayi
Menyikat gigi merupakan langkah utama untuk menjaga kebersihan gigi, yang pada akhirnya bisa mencegah timbulnya gigi berlubang.
Pertanyaannya, kapan anak bisa mulai sikat gigi?
Ternyata hal ini perlu dilakukan sejak bayi, bahkan sebelum gigi tumbuh.
drg. Tiaranita menjelaskan, sejak bayi, anak perlu dibersihkan gusinya menggunakan kasa dan air matang.
Hal ini bertujuan agar dia terbiasa dengan pembersihan gigi dan mulut, dengan harapan bisa mudah sikat gigi ketika sejak tumbuh gigi pertama.
“Meskipun belum ada giginya, itu tetap busi dan rongga mulut harus dibersihkan menggunakan kasa yang direndam dengan air matang,” ujar drg. tiaranita.
“Lalu, jika sudah ada giginya, boleh diganti dengan sikat gigi berbulu halus.”
Dia berpesan anak masih perlu bantuan orang tua untuk menyikat gigi hingga usia 4 tahun.
Setelah bisa berkumur dan menyikat gigi dengan baik, barulah dia diperbolehkan sikat gigi mandiri sepenuhnya.
(TribunHealth.com)