Breaking News:

Menelisik Manfaat Kesehatan di Balik Tradisi Nyirih

Tradisi nyirih diyakini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan, terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Editor: Content Writer
nationalgeographic.grid.id
TRADISI NYIRIH - Ilustrasi bahan-bahan dalam tradisi nyirih. Tradisi kuno ini diyakini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan, terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. 

TRIBUNHEALTH.COM - Indonesia merupakan negara yang dikenal luas akan kekayaan budayanya yang sangat beragam. Unsur-unsur budaya tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari bidang seni hingga praktik di sektor kesehatan.

Salah satu unsur budaya di bidang kesehatan adalah tradisi nyirih. Nyirih atau dalam beberapa daerah dikenal juga sebagai "nginang", merupakan tradisi kuno yang masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat di Indonesia, seperti di wilayah Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua. 

Tradisi ini dilakukan dengan cara mengunyah campuran bahan-bahan alami, yaitu daun sirih, buah pinang, kapur sirih, dan terkadang ditambahkan tembakau. Kegiatan ini kerap dianggap “jadul” karena umumnya dilakukan oleh kalangan lanjut usia. Namun demikian, nyirih sejatinya dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa batasan usia.

Tradisi nyirih diyakini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan, terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Keyakinan ini telah mengakar sejak zaman dahulu dan terus dipercaya hingga kini, menjadikannya bagian dari budaya yang tetap lestari.

Manfaat Nyirih bagi Kesehatan Gigi dan Mulut

Mengutip dari berbagai sumber, berikut sejumlah manfaat dari tradisi mengunyah sirih bagi kesehatan gigi dan mulut:

1. Menjaga Kesehatan Gigi dan Gusi

Daun sirih yang menjadi bahan utama dalam nyirih mengandung senyawa antiseptik dan antibakteri alami. Kandungan ini bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri di rongga mulut yang dapat menyebabkan plak, radang gusi, hingga kerusakan gigi. Selain itu, buah pinang dipercaya mampu memperkuat gigi dan gusi jika digunakan dalam jumlah wajar.

2. Mencegah Bau Mulut

Kandungan senyawa aromatik dan antimikroba pada daun sirih juga efektif dalam mengurangi bau mulut. Dengan rutin mengunyah campuran nyirih, produksi air liur meningkat, yang secara alami membantu membersihkan rongga mulut dari sisa makanan dan bakteri penyebab bau tidak sedap.

2 dari 3 halaman

3. Meningkatkan Produksi Air Liur

Aktivitas mengunyah nyirih secara tidak langsung merangsang produksi air liur. Air liur berperan penting dalam menjaga kelembapan mulut, menetralkan asam, dan membantu proses pencernaan awal. Produksi air liur yang cukup juga dapat membantu mencegah infeksi dan iritasi pada mulut.

4. Mempercepat Penyembuhan Luka Ringan di Mulut

Senyawa antiseptik dalam daun sirih dan kapur sirih memiliki potensi dalam mempercepat penyembuhan luka ringan di area rongga mulut, seperti sariawan atau luka akibat tergigit. Penggunaan secara tepat dan tidak berlebihan dapat membantu mengatasi masalah ini secara alami.

Baca juga: Apa Benar Kebiasaan Menginang Daun Sirih Bisa Membuat Gigi Lebih Kuat dan Terhindar dari Rasa Ngilu?

Cara Aman Melakukan Tradisi Nyirih

Meski memiliki sejumlah manfaat, ditemukan juga efek samping dari tradisi nyirih jika dilakukan dalam batas yang tak wajar. Berdasarkan artikel ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Airlangga, penggunaan tembakau dan kapur sirih dalam jumlah yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan iritasi dan dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius seperti kanker mulut.

Untuk itu, penting bagi masyarakat masa kini yang ingin melestarikan tradisi ini agar melakukannya secara lebih bijak. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan jika ingin melakukan tradisi nyirih:

1. Gunakan Bahan-Bahan Alami Berkualitas

Pilihlah daun sirih yang segar, pinang muda yang belum terlalu keras, serta kapur sirih dalam jumlah yang sangat terbatas. Hindari bahan-bahan tambahan yang tidak diketahui kandungannya. Semakin murni dan alami bahan yang digunakan, semakin kecil risiko terhadap kesehatan mulut.

2. Hindari Penggunaan Tembakau

3 dari 3 halaman

Meski sebagian masyarakat menambahkan tembakau dalam ramuan nyirih untuk efek tertentu, tembakau diketahui mengandung zat adiktif dan karsinogenik. Penggunaan tembakau secara rutin dapat meningkatkan risiko iritasi pada jaringan mulut, perubahan warna gigi, hingga kanker mulut. Oleh karena itu, sebaiknya praktik nyirih dilakukan tanpa tembakau.

3. Batasi Frekuensi Penggunaan

Nyirih sebaiknya tidak dilakukan terlalu sering. Cukup 1–2 kali dalam seminggu jika hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Penggunaan yang terlalu sering, meskipun tanpa tembakau, dapat memicu pengeroposan email gigi dan iritasi gusi akibat kapur sirih.

4. Perhatikan Reaksi Tubuh

Apabila setelah nyirih muncul rasa panas, perih, atau luka pada bagian mulut, sebaiknya hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter gigi. Reaksi tersebut bisa menjadi tanda iritasi atau ketidaksesuaian bahan dengan kondisi mulut individu.

5. Kombinasikan dengan Perawatan Gigi Modern

Nyirih sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya cara untuk merawat kesehatan gigi dan mulut. Tetaplah melakukan perawatan gigi secara modern seperti menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, menggunakan benang gigi, serta rutin memeriksakan kesehatan gigi ke dokter.

Meskipun kebiasaan nyirih lebih umum dijumpai di kalangan generasi yang lebih tua, tidak ada salahnya jika generasi muda turut melakukannya sebagai bentuk pelestarian budaya. Meski begitu, pelaksanaannya perlu dilakukan dengan cara yang aman agar tradisi ini dapat terus diwariskan tanpa menimbulkan risiko bagi kesehatan.

Baca juga: Kebiasaan Menginang Bermanfaat atau Merugikan? Begini Tanggapan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen

Selanjutnya
Tags:
menginangmenyirihkesehatan gigi dan muluttradisi Tradisi Hanami
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved