Breaking News:

6 Potensi Efek Samping Diet Intermittent Fasting, Kurang Cocok untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Meski dikenal sehat, intermittent fasting berpotensi memberikan efek samping berikut ini, simak apa saja

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
lifestyle.kompas.kom
ilustrasi intermittent fasting 

TRIBUNHEALTH.COM - Intermittent fasting atau yang dikenal sebagai diet puasa merupakan salah satu metode diet yang populer.

Berbeda dengan metode diet lain yang menekankan pada apa yang dikonsumsi, intermittent fasting lebih menekankan pada pengaturan waktu makan.

Intermittent fasting membagi periode menjadi dua, yakni periode puasa dan periode makan.

Sederhananya, waktu makan dibatasi pada jam tertentu saja, misalnya jam 8 pagi hingga jam 5 sore.

Sementara di luar jam tersebut tidak ada makanan berat ataupun camilan.

Namun berbeda dengan puasa keagamaan, puasa intermittent masih diperbolehkan untuk minum.

Tidak untuk semua orang

Ilustrasi menyambut puasa ramadhan 2021
Ilustrasi menyambut puasa ramadhan 2021 (Tribunnews.com)

Puasa intermittent memang dikenal menyehatkan.

Namun perlu dicatat bahwa diet ini juga tidak untuk semua orang.

Pasalnya tetap ada potensi efek samping.

2 dari 4 halaman

Ini sebabnya orang yang sudah memiliki riwayat kesehatan tertentu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu sebelum melakukan intermittent fasting.

Dilansir Health Benefits Times, secara umum berikut ini potensi efek samping intermittent fasting.

1. Risiko Hipoglikemia

Puasa intermiten (intermittent fasting) dapat meningkatkan risiko hipoglikemia, khususnya pada individu yang mengonsumsi obat antidiabetik.

Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat menyebabkan kadar gula darah turun di bawah ambang batas aman, khususnya selama periode puasa yang lama.

Risiko ini meningkat pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa, sehingga memerlukan pemantauan yang cermat.

Baca juga: 5 Cara Mencegah Diabetes Keturunan, Menerapkan Pola Makan Sehat Jadi Cara Teratas

2. Kekurangan Nutrisi

Puasa intermiten dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, terutama vitamin dan mineral esensial, akibat berkurangnya frekuensi makan dan asupan kalori.

Studi menyoroti risiko seperti kadar zat besi, kalsium, dan vitamin B12 yang tidak memadai, yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Kekurangan ini lebih mungkin terjadi jika puasa dikombinasikan dengan diet ketat.

3 dari 4 halaman

Wanita hamil dan orang dewasa yang lebih tua sangat rentan terhadap efek buruk kekurangan nutrisi selama puasa.

3. Dampak pada Kesehatan Mental

Puasa intermiten dapat memiliki efek campuran pada kesehatan mental, berpotensi memperburuk kecemasan dan gangguan suasana hati pada populasi yang rentan.

Selain itu, intermittent fasting dapat meningkatkan risiko perilaku makan yang tidak teratur, terutama pada individu dengan riwayat gangguan makan.

Di sisi lain, intermittent fasting jangka pendek telah dikaitkan dengan peningkatan neuroplastisitas, yang menunjukkan potensi manfaat kognitintermittent fasting.

Baca juga: 8 Manfaat Mengonsumsi Daun Singkong Bagi Kesehatan, Kaya Akan Protein dan Asam Amino

4. Potensi Stres pada Ibu Hamil dan Menyusui

Puasa intermiten menimbulkan risiko bagi ibu hamil dan menyusui karena berpotensi memengaruhi perkembangan janin dan produksi ASI. 

Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan stres oksidatintermittent fasting dan mengganggu ketersediaan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan janin.

Selain itu, berkurangnya asupan kalori dapat memengaruhi tingkat energi ibu dan efisiensi laktasi.

Risiko ini menyoroti perlunya pengawasan medis bagi wanita yang mempertimbangkan puasa selama periode sensitintermittent fasting ini.

4 dari 4 halaman

5. Risiko Kehilangan Kepadatan Tulang

Intermittent fasting dapat menyebabkan hilangnya kepadatan tulang akibat berkurangnya asupan nutrisi, khususnya kalsium dan vitamin D. 

Penelitian menunjukkan bahwa puasa yang berkepanjangan atau pembatasan kalori yang parah dapat berdampak negatintermittent fasting pada kesehatan tulang, meningkatkan risiko patah tulang.

Penurunan massa tubuh tanpa lemak selama puasa juga dapat memperburuk kerapuhan rangka.

Selain itu, orang dewasa yang lebih tua yang melakukan intermittent fasting memiliki risiko yang lebih tinggi, sehingga memerlukan pemantauan kesehatan tulang yang ketat.

6. Interaksi dengan Obat-obatan

Puasa intermiten dapat memengaruhi efektivitas dan metabolisme obat-obatan tertentu, khususnya obat untuk diabetes dan hipertensi. 

Penelitian menyoroti bahwa puasa mengubah farmakokinetik obat, yang berpotensi menyebabkan hipoglikemia atau efek terapi yang kurang optimal.

Penyesuaian dosis mungkin diperlukan, khususnya bagi individu yang mengonsumsi insulin atau agen penurun glukosa .

Pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan guna mengurangi risiko, karena puasa yang tidak tepat dapat memperburuk efek samping terkait pengobatan.

(TribunHealth.com)

Selanjutnya
Tags:
intermittent fastingPuasadiet puasaibu hamil Sarang Laba-Laba Kolak Pisang Es Potong Es Cincau
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved