TRIBUNHEALTH.COM - Memiliki anak yang mengidap autisme tentu bukanlah hal yang mudah untuk orang tua. Apalagi, anak yang mengidap autisme memerlukan perhatian dan dukungan ekstra dari orang tuanya.
Maka dari itu, penting untuk orang tua ketahui cara mendampingi anak dengan autisme, agar kelak kehidupannya dapat lebih mandiri dengan menunjang tumbuh kembangnya sedari dini.
Seperti yang diketahui, cara mendampingi anak dengan autisme tentu berbeda dengan anak normal lainnya.
Hal tersebut dikarenakan hambatan pada autisme, yaitu sulitnya berkomunikasi dan beradaptasi.
Pendekatan utama yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk anak autisme adalah dengan melakukan terapi perilaku.
Baca juga: Bansos BPNT Juli-Agustus 2024 Cair Rp 400 Ribu, Ini Cara Cek Nama Penerimanya
Tidak hanya untuk anak autisme yang terlalu agresif saja, terapi ini juga dilakukan oleh anak autisme lainnya karena bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan sosialnya.
Terapi perilaku dan komunikasi pada anak autisme bertujuan untuk memberikan pengajaran kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal.
Berikut terapi yang dapat orang tua terapkan pada anak penderita autisme :
1. Applied Behavior Analysis (ABA)
Terapi ini mengajarkan komunikasi, keterampilan bermain, akademik dan kehidupan sosial, mengurangi perilaku bermasalah, serta perawatan diri.
ABA melibatkan terapis yang dapat menerapkan keterampilan melalui bagian-bagian komponen, seperti pengulangan, penguatan, dan dorongan.
Selain mengembangkan kemampuan berkomunikasi, terapi ABA juga melatih untuk meninggalkan perilaku negatif.
2. Verbal Behavior Therapy
Melalui terapi ini, terapis akan menggunakan rangsangan yang akan menarik minat anak.
Anak akan diajarkan melalui pengulangan untuk memahami bahwa komunikasi menghasilkan sebuah reaksi positif.
Dengan menggunakan bahasa, mereka akan mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
Pada anak autisme dengan gejala ringan, biasanya akan direkomendasikan untuk melakukan terapi perilaku kognitif.
Terapi ini memperkenalkan respons praktis yang bertujuan untuk memicu perilaku agar anak dapat mengenali momen-momen dalam aktivitasnya.
4. Occupational Therapy
Terapi ini mengajarkan kemampuan dasar pada penderita autisme, seperti mandi, makan, berpakaian, hingga berinteraksi dengan orang lain.
Dengan melakukan terapi ini, diharapkan dapat mendorong anak autisme agar hidup mandiri.
5. Speech Therapy
Terapi wicara bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan mengekspresikan bahasa pada anak autisme, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
6. Relationship Development Intervention (RDI)
Terapi RDI bertujuan untuk mengatur emosional dan sosial pada anak autisme melalui pendekatan pada keluarga.
Pada penerapannya, orang tua akan dilatih oleh konsultan RDI untuk membentuk ikatan emosional dan berbagi pengalaman.
Hal ini juga bertujuan untuk mengembangkan empati dan motivasi berinteraksi dengan orang lain.
Baca juga: 7 Manfaat Buah Zaitun yang Kaya Nutrisi dan Rendah Kalori
Meskipun hingga kini belum ada obat yang dapat menyembuhkan autisme, namun orang tua dapat melakukan upaya dan penanganan demi menunjang tumbuh kembang anak penderita autisme melalui proses belajarnya.
Selain itu, orang tua juga dapat melatih anak untuk melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan.
Berikut aktivitas fisik atau olahraga yang dapat orang tua pilihkan untuk anak dengan autisme yang aman dan menyenangkan :
Berenang
Aktivitas ini dapat menjadi pilihan yang menyenangkan untuk anak penderita autisme.
Hal tersebut dikarenakan pada pertandingan renang kerap dilaksanakan secara individu sehingga membuat anak penderita autisme lebih mudah melakukannya.
Bersepeda
Bersepeda merupakan aktivitas yang dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Saat melakukan aktivitas bersepeda, anak dengan autisme tentu akan merasa kesulitan dengan keseimbangannya.
Namun, jika sudah menguasai keterampilan dasarnya, bersepeda akan terasa lebih menyenangkan untuk menikmati alam.
Bowling
Bowling dapat menjadi pilihan aktivitas yang menyenangkan untuk anak autisme.
Hal tersebut dikarenakan gerakan pengulangan saat melakukan bowling, seperti posisi menggelindingkan bola atau kepuasan melihat pin yang berjatuhan.
Mendaki
Aktivitas fisik lainnya yang melibatkan alam selain bersepeda adalah mendaki.
Mendaki menjadi salah satu aktivitas olahraga yang membuat anak dengan autisme merasa lebih rileks karena suasana tenang dan damai dari alam.
Aktivitas ini juga dapat dilakukan secara individu yang membuat anak dapat menikmati alam tanpa adanya tekanan sosial.
Menunggang Kuda
Aktivitas menunggang kuda pada anak penderita autisme juga merupakan terapeutik.
Sehingga tidak heran jika banyak anak dengan autisme yang memiliki keunggulan dan prestasi dalam hal berkuda.
Baca juga: Alami Tekanan Darah Rendah Saat Menstruasi? Berikut Cara Mudah untuk Mengatasinya
Meskipun keterbatasan berkomunikasi dan bersosialisasi anak dengan autisme berbeda dari anak normal lainnya, namun tidak menutup kemungkinan anak dengan autisme dapat menunjukkan bakat dan prestasi yang sangat membanggakan.
Hal tersebut tentu harus selaras dengan peran orang tua dalam membangun keterampilan sehingga anak dengan autisme juga dapat mandiri pada kehidupannya. (Tribunhealth.com)
Baca juga: Cara Menjaga Kulit Tetap Lembap, Pastikan Konsumsi Air Putih yang Cukup dan Lakukan Hal Ini