TRIBUNHEALTH.COM - Mie instan termasuk makanan populer di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Meskipun enak dan murah, mie instan umumnya dianggap tidak sehat karena kandungan natriumnya yang tinggi, lemak jenuhnya, dan nilai gizinya yang rendah.
Produk-produk tersebut sering kali mengandung bahan tambahan dan pengawet buatan, yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan.
Kanal kesehatan NDTV melansir, konsumsi mie instan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, terlebih lagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
Beberapa risiko yang mungkin terjadi antara lain termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi.
1. Kandungan natrium yang tinggi
Mie instan sering kali mengandung natrium tingkat tinggi untuk meningkatkan rasa dan mengawetkan produk.
Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi), yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah ginjal.
2. Tinggi lemak jenuh
Banyak mie instan yang digoreng selama pemrosesan, sehingga meningkatkan kandungan lemak jenuhnya.
Asupan lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL, berkontribusi terhadap perkembangan aterosklerosis, penyakit jantung, dan stroke.
Baca juga: Mie vs Bumbu Mie Instan Lebih Tidak Sehat Mana? Ini Penjelasan Ahli Gizi
3. Nilai gizi rendah
Mie instan seringkali rendah nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan serat.
Pola makan yang kekurangan nutrisi penting dapat menyebabkan defisiensi, melemahnya fungsi kekebalan tubuh, kesehatan pencernaan yang buruk, dan penurunan kesejahteraan secara keseluruhan.
4. Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
Kombinasi natrium yang tinggi, lemak jenuh, dan kandungan nutrisi yang rendah pada mie instan berdampak negatif terhadap kesehatan jantung.
Konsumsi jangka panjang dapat berkontribusi pada perkembangan hipertensi, kolesterol tinggi, dan peradangan, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
5. Tinggi karbohidrat olahan
Mie instan biasanya terbuat dari tepung terigu olahan yang memiliki indeks glikemik tinggi.
Asupan tinggi karbohidrat olahan dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dengan cepat, meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan obesitas.
Baca juga: Pekerja Shift Malam Lebih Berisiko Terkena Diabetes dan Obesitas, Hindari dengan Tips Berikut
6. Adanya bahan tambahan berbahaya
Mie instan sering kali mengandung pewarna buatan, pengawet, dan bahan tambahan lainnya.
Beberapa bahan tambahan mungkin memiliki potensi risiko kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah perilaku, dan masalah kesehatan kronis jangka panjang.
7. Risiko sindrom metabolik
Kombinasi natrium tinggi, lemak tidak sehat, dan kandungan nutrisi rendah dapat berkontribusi terhadap sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi (tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol abnormal) yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
8. Potensi penambahan berat badan
Mie instan padat kalori dan dapat menyebabkan makan berlebihan karena rendahnya rasa kenyang.
Mengonsumsi makanan padat kalori tanpa merasa kenyang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas, yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis.
Baca juga: 5 Khasiat Menakjubkan Mangga Muda, Lebih Aman untuk Penderita Diabetes
9. Dampaknya terhadap kesehatan pencernaan
Mie instan rendah serat makanan karena terbuat dari tepung olahan.
Asupan serat yang rendah dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit dan dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan.
Kesimpulannya, konsumsi mie instan dapat menimbulkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan karena kandungan natrium dan lemak jenuhnya yang tinggi, nilai gizinya yang rendah, adanya bahan tambahan berbahaya, dan faktor lainnya.
Dampak tersebut dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis dan berdampak negatif terhadap kesehatan secara keseluruhan.
Mengurangi asupan mie instan dan memilih makanan yang lebih seimbang dan kaya nutrisi dapat membantu mengurangi risiko ini.
(TribunHealth.com)