TRIBUNHEALTH.COM - Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang dapat diproduksi secara alami atau buatan melalui proses industri yang dikenal sebagai hidrogenasi.
Lemak trans alami ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa produk hewani, seperti daging dan susu.
Namun, kekhawatiran utama muncul dari lemak trans yang diproduksi secara industri, yang terbentuk ketika hidrogen ditambahkan ke minyak nabati untuk menjadikannya lebih padat pada suhu kamar.
Proses ini meningkatkan umur simpan dan stabilitas produk makanan, menjadikannya bahan umum dalam makanan olahan dan makanan yang dipanggang secara komersial.
Sumber lemak trans

Dilansir Kompas.com dari Verywell Health, berikut ini berbagai makanan sumber lemak trans.
- Makanan cepat saji, seperti kentang goreng dan ayam goreng
- Makanan panggang komersial, seperti kue, biskuit, pai, dan pizza
- Adonan yang didinginkan, seperti biskuit dan roti gulung
- Makanan yang digoreng, seperti mendoan, bakwan, kerupuk, kripik, bawang goreng, kentang goreng, ayam goreng, dan donat
- Pembuat krim kopi non susu
- Beberapa olesan roti, seperti margarin dan selai kacang.
Baca juga: Apakah Boleh Konsumsi Makanan Cepat Saji saat Isolasi Mandiri? Dokter Spesialis Gizi Klinik Menjawab
Bahaya lemak trans
Melansir kanal kesehatan Times of India, berikut ini sederet dampak mengonsumsi lemak trans bagi kesehatan
Tingkatkan kolesterol dan bahayakan jantung
Mungkin masalah kesehatan yang paling banyak diketahui terkait dengan lemak trans adalah dampak buruknya terhadap kesehatan jantung.
Lemak trans telah terbukti meningkatkan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), yang umumnya dikenal sebagai kolesterol "jahat", sekaligus menurunkan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik".
Pergeseran kadar kolesterol yang tidak menguntungkan ini meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung dan stroke.
Mengembangkan resistensi insulin

Lemak trans telah dikaitkan dengan resistensi insulin, suatu kondisi di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap efek insulin.
Resistensi insulin ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2.
Efek inflamasi dari lemak trans juga berkontribusi terhadap resistensi insulin yang diamati pada individu dengan asupan tinggi lemak ini.
Baca juga: Cara Mengobati Resistensi Insulin dan Menurunkan Kadar Gula Darah, Penting bagi Pengidap Diabetes
Berdampak buruk pada kehamilan
Wanita hamil harus sangat berhati-hati dalam mengonsumsi lemak trans.
Penelitian menunjukkan bahwa asupan lemak trans yang lebih tinggi selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi, seperti diabetes gestasional dan preeklampsia.
Selain itu, terdapat bukti bahwa lemak trans dapat berdampak buruk pada perkembangan janin dan menyebabkan berat badan lahir rendah.
Merusak fungsi kognitif

Penelitian yang muncul menunjukkan adanya hubungan potensial antara konsumsi lemak trans dan gangguan kognitif.
Asupan lemak trans yang tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya.
Mekanisme pasti di balik hubungan ini masih dieksplorasi, namun efek inflamasi dan stres oksidatif dari lemak trans dapat berkontribusi terhadap kerusakan neurologis.
Baca juga: 8 Manfaat Rurin Berhubungan Seksual untuk Wanita, Mengurangi Stres hingga Tingkatkan Fungsi Kognitif
Meningkatkan risiko obesitas
Meskipun tidak berdampak langsung seperti masalah kesehatan lainnya, lemak trans dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak trans dapat menyebabkan peningkatan timbunan lemak perut, berkontribusi terhadap obesitas sentral—faktor risiko yang diketahui untuk sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)