TRIBUNHEALTH.COM - Mandi air panas bisa menjadi salah satu hal yang cocok dilakukan saat memasuki musim hujan.
Sensasi panas dari air mandi dapat menjadikan tubuh menjadi lebih hangat.
Namun, pakar bedah vaskuler Dr. Mahyar Maddahali, memperingatkan bahwa mandi air panas bisa memiliki efek buruk bagi tubuh.
Dalam akun TikTok miliknya yang bernama Dr. Max, dia memperingatkan dampak buruk jika air terlalu panas.
Melansir Express.co.uk, berikut ini efek buruknya
Kulit kering

Pertama mandi air terlalu panas bisa membuat kulit menjadi kering.
“Ada beberapa minyak alami di kulit Anda yang menjaga kelembapan kulit Anda," katanya.
“Air panas bisa membersihkannya secara menyeluruh, sehingga bisa terjadi kekeringan."
Baca juga: Sederet Faktor Risiko dan Ciri-ciri Kurap, Bercak Merah dan Gatal Lebih Terasa saat Berkeringat
Kulit kemerahan
Berikutnya, air panas menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan.
“Air yang terlalu panas dapat melebarkan pembuluh darah di bawah kulit sehingga menyebabkan kemerahan dan iritasi," katanya.

Rambut rusak
Tak hanya pada kulit, rambut juga bisa mendapatkan dampak buruk dari mandi air panas.
“Air yang terlalu panas juga dapat menyebabkan kerusakan rambut," tambahnya.
Baca juga: Cara Mudah Merawat Handuk Mandi Supaya Tahan Wangi dan Bersih Sepanjang Hari
Pingsan
Pingsan juga bisa terjadi
“Jika Anda mandi air panas terlalu lama, hal ini dapat menurunkan tekanan darah dan menyebabkan Anda pingsan.”
Tidak baik untuk sistem kekebalan tubuh
Terakhir, Dr. Max mengatakan mandi terlalu panas dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh.

Air suam-suam kusu
Mengenai suhu terbaik untuk mandi, dokter kulit New York, Robert Anolik, mengatakan air harus “suam-suam kuku”, antara 36C dan 40C.
Dia mengatakan kepada Vogue bahwa orang-orang sebaiknya tidak mandi air panas karena berpotensi merusak kulit.
“Pelindung kulit terdiri dari protein dan minyak kulit yang mencegah air menguap keluar dari kulit, melindunginya dari dunia luar," katanya.
“Ini adalah salah satu garis pertahanan pertama kita melawan infeksi dan polusi.”
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)