Breaking News:

Trend dan Viral

Bayi di Sumenep Meninggal setelah Diambil Sampel Darah dari Tumit, Keluarga Salahkan Puskesmas

Pihak keluarga mencurigai ada yang tidak beres dengan tindakan Puskesmas

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
KOMPAS.com/ACH. FAWAIDI
warga Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menggelar demonstrasi di depan Puskesmas Batang-batang, Selasa (28/11/2023). 

TRIBUNHEALTH.COM - Meninggalnya bayi di Sumenep setelah diambil sampel darah dari tumit menjadi sorotan.

Pihak keluarga mencurigai ada yang janggal dari tindakan pihak Puskesmas.

Pasalnya bayi menjadi demam tinggi setelah diambil sampel.

Tak lama kemudian, bayi pun dinyatakan meninggal dunia.

Buntut kejadian ini pihak keluarga mengancam akan mengambil tindakan hukum.

Melansir Kompas.com, berikut ini faktanya.

Baca juga: Bayi Prematur Meninggal setelah Dijadikan Konten, Jadi Bahan Praktik Mahasiswa, Bidan Asyik Main HP

Ambil jalur hukum

Kasus kematian bayi usai diambil sampel darah dari tumit ini terjadi di Dusun Mojung, Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, berbuntut panjang.

Pihak keluarga mengaku akan menempuh jalur hukum untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak Puskesmas Batang-batang.

Pasalnya mereka menduga ada kesalah prosedur dalam mengambil tindakan.

2 dari 4 halaman

"Tentu kita akan mengambil jalur hukum. Tapi sebelum itu, kita akan menggelar satu lagi demonstrasi di Dinas Kesehatan Sumenep untuk meminta agar bidan dan kepala puskesmas (Batang-batang) dicopot dari jabatannya," kata Mohammad Anwar, paman dari bayi yang meninggal saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/11/2023).

Baca juga: Mengapa Madu Tak Boleh Diberikan pada Bayi? Padahal Kaya Nutrisi dan Manfaat

Skrining Hipotiroid Kongenital

Anwar menyebut, orangtua dari bayi tersebut yakni Aziz dan Rumnaini masih menyimpan kesedihan yang mendalam usai bayi perempuan itu meninggal setalah dilakukan pengambilan sampel darah dari tumit.

Pengambilan sampel tersebut dilakukan dalam rangka Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Skrining hipotiroid kongenital sendiri adalah skrining untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat permanen atau tidak.

Namun, Anwar menduga, ada salah prosedur yang dilakukan oleh pihak puskesmas.

Ilustrasi bayi
Ilustrasi bayi (grid.id)

Sempat demo tapi tak digubris

Pihaknya, lanjut Anwar, tetap akan menunggu itikad baik dari puskesmas untuk memberikan penjelasan lebih detail terkait tindakan itu.

Ia juga mendesak agar bidan dan kepala Puskesmas Batang-batang mundur dari jabatannya.

"Kemarin kami menggelar demo di depan puskesmas tidak ditemui siapa pun, makanya nanti kita akan gelar lagi demo langsung di Dinas Kesehatan (Sumenep). Setalah demo yang kedua itu tidak digubris, kita akan tempuh jalur hukum," tuturnya.

Baca juga: Terus Diserang Israel, Bayi dan Pasien Gagal Ginjal di RS Al Aqsa Gaza Terancam Dikubur Massal

3 dari 4 halaman

Ada penyakit yang berisiko sebabkan kematian

Dihubungi terpisah, Kepala Puskesmas Batang-batang Fatimatul Insaniyah menjelaskan, pihaknya sudah memberikan penjelasan terhadap pihak keluarga terkait prosedur skrining hipotiroid kongenital yang sudah sesuai dengan ketentuan.

Bahkan, tindakan yang diambil tersebut sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 78/2014 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

"Seluruh tindakan yang kami lakukan sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Bidan yang mengambil tindakan juga tergolong bidan senior dan sudah ikut pelatihan khusus," kata dia.

Soal kondisi bayi, Fatimatul sudah mengonfirmasi ke RSI Garam Kalianget, tempat bayi itu dirujuk usai mengalami demam tinggi.

Hasilnya bayi tersebut memiliki gejala penyakit yang dapat berdampak pada kematian.

”Jadi diagnosisnya mengalami pneumonia,” pungkasnya.

Baca juga: Seorang Ibu Melahirkan Darurat di Tengah Tol, Dokter Syok Bayi Tak Bergerak dan Ibu Menutup Mata

Diberitakan sebelumnya, seorang bayi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, berusia lima hari meninggal usai dilakukan pengambilan sampel darah dari tumit.

Pengambilan sampel tersebut dilakukan dalam rangka Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Awalnya, buah hati dari Aziz dan Rumnaini yang merupakan warga Dusun Mojung, Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, itu lahir di Puskesmas Batang-batang, Sumenep, Rabu (15/11/2023).

4 dari 4 halaman

Saat lahir, kondisi bayi dan sang ibu dalam kondisi sehat.

Pihak puskesmas selanjut memperbolehkan keduanya pulang pada Kamis (16/11/2023) sekitar pukul 09.00 WIB.

Namun, pada Sabtu (18/11/2023), buah hati dari Aziz yang merupakan saudara kandung dari Anwar itu diminta kembali ke puskesmas.

Pihak puskesmas akan melakukan pengambilan sampel darah pada bayi tersebut.

Setalah pengambilan sampel darah dari tumit, bayinya langsung demam tinggi disertai sesak napas, bekas pengambilan sampel darah di tumit bayi terlihat hitam pekat.

Demam dan sesak nafas tersebut berlangsung hingga Minggu (19/11/2023).

Atas kejadian itu, keluarga bayi, lanjut Anwar, membawa bayi ke Puskesmas Batang-batang.

Penanganan medis langsung dilakukan. Namun, hingga tiba Senin (20/11/2023), gejala sesak napas belum reda.

Akhirnya, bayi itu dirujuk ke Rumah Sakit Islam (RSI) Garam Kalianget. Karena kondisi terus memburuk, RSI Garam Kalianget merekomendasikan agar bayi dirujuk ke RSUD dr Mohammad Zis Sampang.

Dalam perjalanan menuju Sampang itu kemudian meninggal dunia.

Ditayangkan dari Kompas.com

(Kompas.com/Ach Fawaidi, Andi Hartik)

Selanjutnya
Tags:
bayiSumenepPuskesmastumitdarah
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved