TRIBUNHEALTH.COM - Madu merupakan salah satu makanan yang bermanfaat.
Mengonsumsi madu dikaitkan dengan berbagai khasiat untuk kesehatan.
Namun perlu dicatat bahwa bayi di bawah satu tahun tidak boleh diberikan madu, termasuk makanan yang diolah dengan madu.
Tak sembarangan, ada dampak negatif jika madu diberikan untuk anak.
Diketahui madu dapat menyebabkan botulisme, sejenis keracunan makanan, pada bayi di bawah satu tahun.
Situs kesehatan WebMD menyebut bayi tidak boleh mengonsumsi madu dalam bentuk apa pun, bahkan dimasak dalam makanan yang dipanggang.
Dampak memberikan madu pada bayi

Memberikan madu kepada bayi di bawah 12 bulan telah dikaitkan dengan kondisi langka namun serius yang disebut botulisme pada bayi.
Botulisme pada bayi disebabkan oleh paparan spora bakteri.
Spora bakteri Clostridium botulinum dapat tumbuh dan berkembang biak di usus bayi, kemudian menghasilkan racun berbahaya yang menyebabkan botulisme.
Botulisme paling sering terjadi pada bayi di bawah enam bulan.
Baca juga: Amankah Penderita Diabetes Mengonsumsi Madu? Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar
Beda dengan bayi, kebanyakan orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar memiliki pertahanan di usus mereka yang mencegah spora berkecambah dan berkembang biak.
Namun penting untuk dicatat bahwa madu bukan satu-satunya sumber spora penyebab botulisme.
Spora ini juga bisa terdapat di tanah atau debu.
Gejala botulisme pada bayi bisa ringan atau berat dan bisa meliputi:
- Lemah dan lesu
- Makan lambat
- Sembelit
- Hilangnya ekspresi wajah
- Refleks muntah berkurang
Informasi gizi seputar madu

Meski madu sangat tidak disarankan untuk bayi, makanan ini pada dasarnya sangat bermanfaat untuk orang dewasa.
Karena madu merupakan pemanis alami, banyak orang yang menganggapnya lebih sehat dibandingkan gula.
WebMD melansir, madu memang mengandung sejumlah kecil:
- Vitamin
- Mineral
- Elektrolit
- Enzim
- Asam amino
- Flavonoid
- Madu termasuk gula tambahan.
Baca juga: Kombinasi Madu dan Lemon bisa Mencerahkan Bibir Hitam, Berikut Pemaparan dr. Satya Perdana
Namun, madu adalah gula dan tinggi kalori.
Oleh karena itu, madu hanya boleh dikonsumsi secukupnya karena digolongkan sebagai gula tambahan.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar Anda tidak memberikan tambahan gula sama sekali kepada anak di bawah usia 2 tahun.
Gula yang secara alami terdapat dalam buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, atau produk susu tidak dianggap sebagai gula tambahan.
Gula alami ini diperlukan bayi Anda untuk tumbuh dan berkembang.

Berbeda dengan yang alami, gula tambahan mungkin diberi label sukrosa, dekstrosa, dan, madu.
Hal ini berhubungan dengan risiko resistensi insulin, pradiabetes, dan diabetes tipe 2.
Saat balita Anda berusia dua tahun, AAP merekomendasikan agar mereka mengonsumsi tidak lebih dari 25 gram, atau 6 sendok teh, gula tambahan setiap hari.
Pada usia tersebut, madu sudah bisa digunakan sebagai pengganti gula asalkan tidak melebihi jumlah yang disarankan.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)