Breaking News:

Trend dan Viral

Terus Diserang Israel, Bayi dan Pasien Gagal Ginjal di RS Al Aqsa Gaza Terancam Dikubur Massal

Bayi dan pasien RS terancam meninggal karena serangan Israel, bahan bakar kian menipis

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Ahmad Nur Rosikin
KATA KHATIB/AFP
Bayi di RS Gaza terancam dikubur massal - Seorang petugas medis menempatkan jenazah Sila Abu Amsha yang berusia delapan bulan di atas kain kafan saat bersiap untuk dimakamkan di rumah sakit Najjar setelah serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 30 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. 

TRIBUNHEALTH.COM - Satu per satu rumah sakit di Gaza, Palestina mulai berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar generator dan obat-obatan.

Terbaru, bayi serta pasien gagal ginjal terancam akan 'dipindahkan ke kuburan massal' jika Israel terus menyerang.

Istilah itu sebenarnya adalah kiasan yang digunakan oleh Juru Bicara RS Al Aqsa Gaza, Khalil al-Dakran, ketika memberikan keterangan kepada media Al Jazeera.

Pasalnya, inkubator bayi serta mesin dialisis untuk cuci darah sangat bergantung pada aliran listrik.

Artinya, cepat atau lambat krisis bahan bakar akan merenggut nyawa para bayi yang mengandalkan inkubator untuk menunjang hidup.

Baca juga: RS Palestina Berhenti Beroperasi, 39 Bayi Meninggal di Inkubator karena Kehabisan Oksigen

Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen
Ilustrasi - 39 bayi di RS Al-Shifa di Gaza tewas di dalam inkubator usai kekurangan oksigen (AP/Adel Hana)

Begitu pula para pejuang gagal ginjal yang mulai cemas mengenai jatah cuci darah mereka.

Terlebih lagi RS Al Aqsa adalah satu-satunya fasilitas untuk pasien ginjal di wilayah tengah Jalur Gaza.

“Jika listrik dan air padam dan bahan bakar habis, pasien akan dipindahkan ke kuburan massal jika agresi terus berlanjut,” al-Dakran memperingatkan.

“Dan dunia [hanya] menyaksikan,” lanjutnya dengan getir.

Baca juga: Singapura Larang Pengibaran Bendera Palestina-Israel, Bakal Dipenjara jika Nekat Pakai Simbol Hamas

RS Batasi Durasi Cuci Darah

Ilustrasi pasien menjalankan cuci darah secara rutin
Ilustrasi pasien menjalankan cuci darah secara rutin (nasional.kompas.com)
2 dari 2 halaman

Rumah sakit tersebut mengalami lonjakan jumlah pasien sejak eskalasi baru-baru ini, dengan ribuan orang yang terluka berdatangan dan membebani kapasitas rumah sakit.

Selain itu, ketika ribuan pengungsi dari wilayah utara Gaza bermigrasi ke selatan, jumlah pasien meningkat, terutama mereka yang menderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan, seperti cuci darah untuk penyakit ginjal.

Rumah sakit harus membatasi waktu perawatan dialisis dari empat jam menjadi dua setengah jam, dan juga harus mengurangi frekuensi sesi dialisis pasien per minggu, kata al-Dakran.

Para pasien ketakutan, tidak hanya karena bom yang turun, tapi juga apakah mereka akan menerima perawatan yang mereka perlukan.

Baca juga: Pilu, Mesir Ogah Terima Warga Gaza yang Diusir Israel, Perdana Menteri: Tak Mau Risiko

Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel.
Ambulans yang membawa korban serangan Israel memadati pintu masuk bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 15 Oktober 2023. Israel memulai kampanye udara melawan militan Hamas di Gaza setelah mereka melakukan serangan brutal terhadap Israel pada 7 Oktober yang menyebabkan lebih dari 1.400 orang terbunuh di Israel. (Dawood NEMER / AFP)

“Saya menjalani cuci darah tiga kali seminggu, menunggu berjam-jam di jalan yang padat, ketakutan,” kata Maryam al-Jayar, seorang pengungsi, kepada Sanad.

“Kami menunggu lama, dari pagi hingga malam, untuk cuci darah. Sementara pemboman terus berlanjut," kata Nesma Sharir, seorang pasien ginjal lainnya.

"Sekarang cuci darah saya menjadi lebih pendek dan lebih jarang, ditambah lagi dengan kekurangan air dan listrik, proses dialisis itu sendiri tidak berjalan dengan baik dan dapat menyebabkan pembekuan darah."

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)

Selanjutnya
Tags:
IsraelGazaPalestinaRumah SakitperangbayiCuci DarahGagal ginjal Labneh Hashweh Mujaddara Makdous Maftoul Sumaqiyya (Sumaghiyyeh/Sumagiyya) Salata Falahiyeh Qidreh
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved