TRIBUNHEALTH.COM - Sebuah video propaganda militer Israel beredar di media sosial.
Video itu menarasikan kondisi RS Al Shifa Gaza yang memprihatinkan, dengan menuding Hamas sebagai biang keladi.
Dalam video yang beredar luas itu tampak seorang perawat menangis tersedu, meratapi pasien di tempat tersebut.
Perawat tersebut membuat pernyataan palsu dan menyudutkan pihak Hamas.
Sang pemeran menyebut Hamas telah mencuri morfin, serta mengambil bahan bakar yang dibutuhkan untuk operasional RS.
Namun baru-baru ini mulai terbongkar fakta bahwa rupanya propaganda itu hanya bohong semata.
Berikut ini alasan mengapa video Israel tentang RS Al Shifa adalah hoax.
Baca juga: Israel Klaim Temukan Terowongan di RS Al Shifa Gaza, Persembunyian Hamas Terbongkar?
Video viral setelah dibagikan Kemenlu Israel

Dalam video tersebut tampak perawat yang gelisah dan mengaku Hamas telah menyerbu RS Al Shifa.
Menurutnya, Hamas telah mengambil alih RS Al Shifa dan digunakan untuk markas.
Perawat gadungan tersebut juga membuat keterangan palsu bahwa Hamas telah mengambil semua bahan bakar dan pasokan medis yang dibutuhkan, termasuk morfin.
Diketahui, video perawat gadungan tersebut diviralkan oleh Kementerian Luar Negeri Israel.
Perawat itu mengklaim karena Hamas telah mencuri morfin, dia tidak dapat menggunakannya untuk seorang anak berusia lima tahun yang mengalami patah tulang.
Perawat tersebut tampak menangis dan menampilkan mimik tertekan.
Dia mendorong warga sipil meninggalkan rumah sakit karena adanya ancaman.
Suara bom juga terdengar dalam video tersebut.
Selain itu, berikut ini sederet kejanggalan lainnya.
Baca juga: Israel Seret Nama Indonesia, Tuding RS Indonesia Gaza Jadi Markas Hamas dan Simpan BBM untuk Perang
Tak dikenali perawat RS Al Shifa

Video tersebut di-retweet ribuan kali.
Namun tak sedikit warganet dunia yang mempertanyakan kebenaran video tersebut.
Banyak warganet yang curiga tidak adanya staf di sekitarnya yang terlihat mengenali individu yang ditampilkan.
Hal itu menimbulkan keraguan akan identitas dan perannya.
Tidak mengherankan, tokoh media Marc Owen Jones kemudian mengungkapkan bahwa suara bom itu dibuat-buat, hanya efek suara belaka.
Robert Mackey, seorang jurnalis dari lembaga penelitian Forensic Architecture, bersama tiga anggota staf Doctors Without Borders yang bekerja di Rumah Sakit al-Shifa mengaku tidak ada satu pun yang mengenalinya.
Nada bicara bukan aksen Palestina

Sementara itu, para aktivis Palestina juga mencatat bahwa aksen wanita tersebut tidak sesuai dengan dialek Palestina.
Perawat itu berbicara dengan aksen non-Palestina.
Dialognya dianggap tampaknya sangat mirip dengan apa yang dikatakan militer Israel tentang Hamas yang mencuri semua bahan bakar dari rumah sakit.
Selain itu, penempatan logo Kementerian Kesehatan Palestina yang terkesan sangat ingin ditonjolkan merupakan upaya yang dibuat-buat untuk menyesatkan.
Perawat tersebut berusaha menciptakan 'jebakan' sebagai sumber intelijen terbuka.
Dari semua itu yang menambah kecurigaan adalah efek suara bom yang terdengar di audio yang terlihat dibuat-buat.
Backsound ledakannya diketahui hanyalah hasil editan di mana news anchor di sana memastikan timnya sudah menyelidiki bahwa suara itu teramat mirip dengan sound ledakan yang sudah terjadi.
Ketika dipisah ada penggabungan dari video akting tersebut dengan sound bom seolah-olah memang sedang terjadi.
Kedua, video perawat panik itu juga terlihat terlalu 'murni' dan dinilai sangat rapi latar belakangnya.
Baca juga: Tak Hanya Gaza, Israel Juga Lakukan Agresi di Tepi Barat, Tembaki Wilayah Penduduk Palestina
Pakaian terlalu rapi, padahal mengaku tengah operasi balita
Lalu juga jika merujuk pengakuannya tengah mengoperasi balita, maka sarung tangannya juga seharusnya tidak sebersih di dalam video.
Selain itu, tampak mantel putihnya yang sangat bersih serta riasan wajahnya yang sempurna.
Jika memang benar, dia merupakan perawat, maka pakaiannya tidak akan terlihat rapi.
Pasalnya, kondisi RS Al Shifa sungguh mencekam kala itu karena menjadi target serangan.
Warna stetoskop berbeda
Wanita pemeran video itu tampak mengenakan sebuah stetoskop berwarna merah.
Padahal semua stetoskop di RS Al Shifa berwarna biru.
Artikel ini diolah dari TribunnewsMaker.com.
(TribunHealth.com, TribunnewsMaker.com/Dika Pradana)