TRIBUNHEALTH.COM - Warga Aceh ogah menerima kedatangan pengungsi Rohingya.
Mereka beramai-ramai mendorong kembali perahu para pengungsi ke laut, Kamis (16/11/2023).
Melansir kompas.com dan Serambinews.com, ada sejumlah hal yang membuat warga Aceh engan menerima kembali pengungsi Rohingnya.
Di antaranya karena warga dan pemerintah setempat sudah tidak sanggup, namun pemerintah pusat justru terkesan lepas tangan.
Selain itu, warga juga jenuh dengan aksi pengungsi rohingya yang disebut kerap menimbulkan masalah.
Berikut ini fakta-fakta terbarunya.
Baca juga: Israel Akan Tingkatkan Serangan ke Gaza Selatan, Imbau Warga untuk Mengungsi, Pengusiran Halus?
Ditolak masyarakat
Masyarakat Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara Provinsi Aceh menolak kedatangan imigran Rohingya ke wilayah mereka.
Kompas.com melansir, kapal kayu yang ditumpangi para pengungsi itu pun didorong kembali ke laut setelah sebelumnya sempat mendarat.
"Hari ini sudah dua kali ditolak masyarakat, pertama tadi di Bireuen, dan kemudian di Aceh Utara," kata Panglima Laot (laut) Aceh Miftach Tjut Adek, di Banda Aceh, Kamis malam.
Sebagai informasi, Panglima Laot merupakan lembaga adat resmi laut yang membawahi nelayan di Aceh.
Semua permasalahan yang berhubungan dengan laut di Aceh tidak terlepas dari wewenang lembaga tersebut.
Miftach menjelaskan sekitar 249 imigran Rohingya kembali mendatangi Aceh menggunakan kapal mesin kayu.
Namun kedatangan mereka mendapat penolakan dari masyarakat.
Kapal imigran Rohingya itu pertama kali mendarat di kawasan Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen pada Pukul 04.00.
Namun para pengungsi terpaksa bergerak karena penolakan masyarakt setempat.
Setelah itu mereka mendarat di kawasan pesisir Gampong Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara sekitar pukul 16.00 WIB.
Setelah mendarat ke di bibir pantai, mereka sempat mendapatkan makanan dari hingga pakaian dari masyarakat setempat.
Namun setelah itu penduduk setempat juga melakukan hal yang sama, mendorong perahu kembali ke lautan.
Baca juga: Sensasi Terbakar pada Kaki Bisa Disebabkan Diabetes, Waspada jika Disertai Sederet Gejala Berikut
Masyarakat dan pemerintah sudah tidak sanggup
Masih dari Kompas.com, Miftach Tjut Adek menjelaskan pemerintah sudah tidak bisa lagi menerima imigran Rohingya.
"Pemerintah di sana tidak sanggup menerima karena tidak ada yang bertanggung jawab, masyarakat tidak mau di situ, dan kembali didorong ke laut," ujar dia, seperti dikutip Antara.
Miftach pun meminta Pemerintah Pusat untuk bertanggung jawab penuh terhadap kedatangan para pengungsi dari Rohingnya, bukannya menyerahkan kepada Pemerintah Daerah.
Menurut Miftach, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan bahkan Provinsi selama ini sudah berbuat maksimal terhadap para pengungsi Rohingya yang terus berdatangan ke Aceh.
"Tapi Pemerintah Pusat tidak mau perhatian terhadap masalah ini. Maka kami berharap pusat harus segera turun tangan, jangan melepaskan masalah ini kepada Pemerintah Aceh dan rakyat Aceh sendiri saja," ujar Miftach Tjut Adek.
Baca juga: Tips Menjaga Paru-paru saat Udara Penuh Polusi, Hindari Perokok dan Kenakan Masker yang Tepat
Gelombang kedatangan pengungsi Rohingnya
Sebagai informasi, Aceh telah didatangi ratusan pengungsi Rohingya dalam tiga hari terakhir.
Gelombang kedatangan pertama terjadi di pesisir pantai Gampong Blang Raya Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, Selasa (14/11/2023).
Terhitung ada 200 orang yang datang, beberapa di antaranya melarikan diri.
Sehari setelahnya, Rabu (15/11/2023), sebanyak 147 imigran Rohingya kembali mendarat di kawasan Pantai Beurandeh, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie.
Selanjutnya Aceh kembali kedatangan kapal imigran Rohingya di kawasan pesisir Jangka Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara pada tanggal 16.
Baca juga: Serat Tak Hanya Bermanfaat untuk Pencernaan, Bisa Turunkan Berat Badan dan Kontrol Gula Darah
Bikin masalah
Sementara itu, Serambinews.com memberitakan pengungsi dari Rohingnya ini kerap menimbulkan masalah.
"Penolakan yang dilakukan warga tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan. Warga sepertinya sudah malas berurusan dengan pengungsi Rohingya yang kerap membuat masalah saat berada di Aceh," tulis salah satu jaringan TribunHealth.com itu.
"Salah satu bentuk kekesalan yang dialami warga adalah para imigran itu sering kabur dari lokasi pengungsian tanpa merasa bersalah."
Begitu diketahui akan ada kapal yang mendarat, warga dari sejumlah desa segera merapat ke pantai dan menolak mereka untuk mendarat.
“Ada ratusan warga datang dan menolak mereka turun di kawasan desa kami," ujar Mukhtar. Di lokasi terlihat Camat Jangka, Kapolsek, Danramil, dan berbagai unsur memantau warga dan juga para pengungsi.
Diolah dari Kompas.com dan Serambinews.com
(TribunHealth.com)