TRIBUNHEALTH.COM - dr. Yudhistya Ngudi Insan Ksyatria memberikan penjelasan mengenai kelainan tidak memiliki rahim pada wanita.
Saat seorang bayi perempuan di dalam kandungan sang ibu, penyusunan organ reproduksi tidak langsung jadi namun terjadi secara bertahap.
Penyusunan organ itu akan terjadi secara beruntun, mulai dari ginjal, kemudian turun ke bawah saluran ginjal, kemudian ke saluran telur, baru setelah itu rahim, dan kemudian vagina.
dr. Yudhistya menuturkan, pada wanita yang tidak memiliki rahim atau rahimnya kecil atau rahimnya tidak berfungsi (maksudnya rahimnya ada tapi tidak menstruasi) itu pembentukannya tadi tidak berjalan dengan tuntas.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Bagikan Tips Atasi Darah Kental dengan Konsumsi 6 Bahan Herbal Berikut Ini
"Jadi dia berhenti di fase tertentu, maka tidak terbentuk dengan baik rahimnya. "
"Kalau rahimnya tidak terbentuk, biasanya ikutannya adalah vaginanya tidak terbentuk dengan baik juga," terang dr. Yudhistya.
Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Obgyn Subspesialis Uroginekologi-RE, dr. Yudhistya Ngudi Insan Ksyatria dalam tayangan YouTube Tribun Health.

Mengenal Kelaianan MRKH
Menurut penjelasan dr. Yudhistya, kondisi ini merupakan kelainan bawaan atau kongenital anomal, secara garis besar kelainan ini masuk ke dalam kelompok MRKH.
MRKH syndrome merupakan kondisi ketika seorang wanita dilahirkan dengan vagina dan rahim yang kurang berkembang sempurna atau bahkan tidak berkembang sama sekali.
Karena kondisi tersebut, penderita kelainan langka ini dapat mengalami masalah terkait reproduksi.
dr. Yudhistya mengungkapkan, penderita MRKH ini memiliki kromosom yang normal, kemudian bentuk tubuh juga normal, tetapi pada organ reproduksinya tidak berkembang dengan tuntas.
Kondisi ini memang terkadang disertai dengan kelainan pada organ lainnya, misalnya yang sering ditemukan adalah kelainan pada organ ginjal.
"Jadi perkembangan itu terjadi dari organ ginjal kemudian turun ke kedua indung telur, ke rahim, kemudian baru ke vagina."
"Maka dari beberapa kondisi itu, ternyata misalnya ginjalnya yang sebelah tidak terbentuk, jadi memang kadang disertai oleh masalah lainnya."
"Tetapi banyak juga yang tidak ada masalah di tempat lain, hanya saja rahimnya tidak berfungsi dan vagina yang tidak terbentuk," jelas dr. Yudhistya.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Paparkan Tanda-tanda yang Muncul saat Tubuh Wanita Bermasalah
Tanda-tanda MRKH
Menurut dr. Yudhistya, kejadian MRKH ini merupakan 1 dari 5.000 bayi perempuan, di mana dari 5.000 bayi perempuan ditemukan 1 bayi yang mengalami MRKH syndrome.
"Tetapi karena di Indonesia ini angka kelahiran cukup tinggi, satu tahun 5 juta melahirkan, kemudian sebagiannya dianggap MRKH, jadi sebanyak 500 kasus MRKH per tahun di Indonesia itu ada."
"Jadi kalau secara total di Indonesia, itu cukup banyak kalau dikumpulkan bisa 500 setiap tahun."
"Tetapi kalau sebagian besar atau kemungkinan besarnya, tidak masalah, karena peluangnya 1 dari 5.000 bayi perempuan," papar dr. Yudhistya.
Lebih lanjut dr. Yudhistya paparkan tanda-tanda terjadinya MRKH pada perempuan.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Sebut Minum Air Es Berbahaya untuk Ginjal, Berikut Cara Minum yang Benar
dr. Yudhistya menjelaskan, tanda-tanda awal dari MRKH ini agak sulit untuk dilihat, karena memang gejala yang dialami itu adalah terlambat atau tidak menstruasi.
Menstruasi sendiri dimulai pada usia 10-12 tahun, dan yang paling lambat terjadi pada usia 16-17 tahun.
Jika seorang anak perempuan belum mengalami menstruasi hingga usianya mencapai 16-17 tahun, maka harus diwaspadai.
"Kalau ada bayi mengalami MRKH dan diketahuinya saat bayi pun, tidak ada yang bisa kita lakukan, karena dia sudah membawa itu."
"Jadi sebenarnya memang tidak ada ketegasan untuk mengecek bayinya mengalami MRKH atau tidak."
"USG itu juga sulit untuk menemukan MRKH pada bayi, tapi kalau untuk kelainan jantung atau otak bisa diketahui dari USG."
"Tetapi untuk MRKH ini memang sulit, kalau ada bayi lahir perempuan ya kita anggapnya normal dulu sampai nanti terbukti pada usia 12 tahun atau terlambatnya usia 16-17 tahun, tidak menstruasi baru tahu ke arah sana," jelas dr. Yudhistya.
Baca juga: Ingin Sehat? dr. Zaidul Akbar Anjurkan untuk Berhenti Konsumsi 5 Jenis Makanan Berikut
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Obgyn Subspesialis Uroginekologi-RE, dr. Yudhistya Ngudi Insan Ksyatria dalam tayangan YouTube Tribun Health.