TRIBUNHEALTH.COM - Pengakuan dari sosok Dwi Feriyanto, pelaku pembunuhan dosen UIN Raden Mas Said Surakarta kini menuai pro dan kotnra.
Pelaku menyebut korban, Wahyu Dian Silviani berbicara pedas hingga membuatnya sakit hati.
Hal tersebut langsung dibantah oleh adik korban, Dini. Dini membocorkan chat yang membuktikan kelembutan hari kakaknya.
Melansir TribunStyle.com, adik dari dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, Wahyu Dian Silviani kini buka suara.

Baca juga: Orangtua Perlu Simak! dr. Boyke Beri Penjelasan 5 Cara Mudah Memberi Pendidikan Seks pada Anak
Dini, adik Dian membeberkan isi chat yang membuktikan bahwa kakaknya merupakan pribadi yang menjaga omongan.
Namun, Dian dibunuh oleh seorang kuli bangunan bernama Dwi Feriyanto (22) yang doduga karena pelaku merasa sakit hari dengan ucapan korban.
Dwi merupakan kuli bangunan yang bekerja merenovasi rumah yang ditempati Dian di Graha Sejahtera, Tempel, Gatak, Sukoharjo.
Dwi sudah ditangkap oleh pihak kepolisian dan membuayt sebuah pengakuan.
Pelaku uang sudah bekerja merenovasi rumah korban sejak sebulan terakhir ini berniat membunuh korban lantaran sakit hati.
Dwi mengaku pekerjaannya dibilang kurang bagus dan dikata-katai kasar hingga menyinggung perasaannya.
"Ditolol-tololin, dibegok-begokin, ya semacam itulah," kata Dwi di Mapolsek Gatak, Jumat (25/8/2023).
Terkait motif menguasai harta, Dwi mengaku itu bukan tujuan utamanya.
Ia mengaku awalnya mendapatkan teguran saat sedang merenovasi rumah korban.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Sarankan Minum Air Serai Sebelum Tidur dan Rasakan Manfaatnya Besok Pagi
Teguran itu terus keluar dari mulut korban sampai pelaku selesai bekerja.
"Setelah itu (dendam) pengen bunuh, pengen menghabisi pakai pisau," sambung Dwi.
Dwi akhirnya melakukan pembunuhan tersebut di rumah korban dengan cara menusuk korban.
Pengakuan pelaku membuat keluarga korban tak terima, termasuk Dini.
Dini tahu betul sifat kakaknya yang selalu menjaga ucapannya.
Ia mengaku kecewa publik percaya begitu saja pada ucapan sang pembunuh.
"Mereka gak tahu ya kak. Mulut mereka jahat ya kak, orang-orang kenapa ya kak bela si pembunuh,"

Baca juga: Sosok Deni, Anak Pedagang Kopi di Tanah Abang Belajar Agama di Vatikan, Pesan Ibu: Ingat Kita Islam
"Padahal kakak orang yang paling sering nasihatin adek-adeknya jaga omongan. Tapi pembunuh itu jahat ya kak, sudah bunuh kakak, fitnah kakak juga," tulis Dini sembari mengunggah fotonya bersama sang kakak di TikTok pribadinya dikutip TribunJakarta.com, Senin (28/8/2023).
Tak hanya itu, Dini juga mengunggah bukti chat yang dikirimkan kakaknya.
Dalam chat tersebut, terlihat korban menasihati adik-adiknya supaya menjaga ucapan kepada orang lain.
"Oriq tolong apa kalau kamu nda punya kata-kata yang baik untuk diucapin jaga, tolong jaga lidahmu dari kata-kata nd penting,"
"Kamu nd tau rasanya jadi saya sama ami jauh dari rumah liat mama bapak sama atin kaya gitu,"
"Tolong apa jangan ngomong yang nd penting2 nd guna sama sekali,"
Baca juga: Tukang Becak di Solo Kena Prank Amplop Palsu Akhirnya Angkat Bicara, Saya Buka Orangnya Pergi
"Coba kamu pikirin banyak sekali imbasnya omonganmu ini. Tolong km inget kata2 itu gampang diucapin tp dampaknya bisa kemana-mana." tulis korban kepada adiknya.
Tak hanya adik korban, ayah korban pun mengatakan hal serupa.
Moh Hasil Tamzil yakin putrinya merupakan pribadi yang baik dan sopan.
Tamzil ragu dengan pengakuan yang diucapkan Dwi terkait motif pembunuhan putrinya.
"Saya orang yang paling memahami perlaku anak saya ini, dia termasuk individu yang tak suka bicara banyak dan punya etika yang santun,"
"Oleh karena itu, jika muncul ucapan marah hanya karena sindiran hal tersebut sulit dipercaya,"
"Saya merasa bahwaa ada hal yang lebih dalam yang tersirat di balik pengakuan itu," ucap Tamzil usai prosesi pemakaman anaknya, Sabtu (26/8/2023).
Tamzil berharap, polisi tak serta merta menerima begitu saja pengakuan dari pelaku.
Mana yang Benar? Pelaku Dendam Ucapan Dosen UIN Solo, Rekan Korban: Dia Menyinggung Saja Tak Pernah
Baca juga: Ibu Ungkap Ancaman Pacar ke Josi Sebelum Meninggal di Jepang, Anak Merasa Ketakutan
Pelaku pembunuhan dosen UIN Raden Mas Said Surakarta telah ditangkap oleh pihak kepolisian.
Ia berbuat nekat karena sakit hati mendengar ucapan korban yang menyebutnya 'tukang kok amatir'.
Sementara itu salah satu rekan kampus membongkar tabiat asli korban.
Ya, pihak kampus UIN Raden Mas Said menepis pernyataan pelaku pembunuhan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Selama ini, korban Wahyu Dian Silviani dikenal sebagai pribadi yang santun.
Seperti diketahui, korban Dian dibunuh di Desa Tempel, Gatak, Sukoharjo.
Dia dibunuh oleh kuli bangunan berinisial D.
Dekan FEBI UIN Raden Mas Said, Muhammad Rahmawan Arifin tidak percaya korban mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu.
Baca juga: Simak 6 Tips Diet Aman dan Sehat untuk Menambah Berat Badan
Dalam pengakuannya, pelaku berinisial D (23) mengaku motif pembunuhan disebabkan, karena sakit hati.
Sakit hati dari ucapan yang keluar dari mulut korban yang mengatakan pelaku "Tukang Kok Amatiran".
Muhammad Rahmawan Arifin yang akrab dipanggil Ivan Rahmawan menepis perkataan pelaku.
Dia menyebut Korban tak pernah berkata kasar dengan siapapun.
"Selama saya saksi almarhumah tidak pernah menyampaikan kata-kata yang jangankan menyakitkan, menyinggung saja tidak pernah," ujarnya.
Bahkan, ia membahas gestur tubuh almarhumah bukan sosok yang sering menyakiti dengan perkataan.
"Bahasa yang digunakan Bu Dian ini sangat halus, tidak meledak seperti orang membentak," ucap Ivan kepada TribunSolo.com, Jumat (25/8/2023).
Ia menambahkan, apa yang dikatakan oleh pelaku tidak sesuai dengan Dian yang ia kenal, korban baik dan sopan santun.
(TribunJakarta.com/Siti Nawiroh)(TribunSolo.com/Anang)(TribunHealth.com)