TRIBUNHEALTH.COM - Orang kerap kali beranggapan bahwa harus mengurangi asupan nasi secara drastis jika ingin menurunkan berat badan.
Nasi sendiri merupakan sumber karbohidrat utama bagi kebanyakan orang di Indonesia.
Biasanya, alternatif mengurangi berat badan adalah dengan mengganti nasi dengan sumber karbohidrat yang lebih baik atau justru menghilangkan karbohidrat sama sekali.
Sayangnya, langkah ini bisa saja berbahaya.
“Karbohidrat pada dasarnya adalah sumber energi langsung untuk semua sel tubuh,” kata ahli nutrisi dan pendidik gaya hidup terkenal Karishma Chawla, kepada situs medis HealthShots.com.
“Asupan karbohidrat yang disarankan adalah sekitar 100-120 gram per hari untuk mencegah ketosis (tahap ketika tubuh mulai mengambil energi dari lemak yang disimpan alih-alih makanan) dan mempertahankan tingkat energi,” tambahnya.
Baca juga: Termasuk Kopi, Makanan dan Minuman Ini Dikenal Baik untuk Otak, Bisa Meningkatkan Memori

Memotong asupan karbohidrat di bawah anjuran tersebut bisa saja memiliki konsekuensi negatif.
Misalnya, hal itu dapat menimbulkan gejala seperti kabut otak, sakit kepala, energi yang rendah, mudah marah, atau perubahan suasana hati.
Selain itu, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa mengurangi karbohidrat secara drastis justru dapat membuat berat badan bertambah.
Berat Badan Bertambah dan Terus-terusan Merasa Lapar Jadi Tanda Kelebihan Makan gula

Saat seseorang mengonsumsi banyak kalori ekstra melalui gula tambahan, salah satu hal yang terjadi justru adalah rasa lapar yang terus meningkat.
“Gula memuaskan selera, tetapi tidak benar-benar memuaskan atau mengisi perut kita,” Keri Stoner-Davis, RDN, yang bekerja di Lemond Nutrition di Plano, Texas, kepada Everyday Health.
Tanpa protein, serat, dan lemak sehat, tubuh membakar gula dengan cepat.
Ini yang menyebabkan rasa lapar justru meningkat setelah mengemil camilan manis.
Dampaknya justru dapat menyebabkan terus-terusan ngemil tanpa berpikir dan bahkan kompulsif, kata Jessica Cording, RD, seorang pelatih kesehatan di New York City dan penulis The Little Book of Game Changers.
Baca juga: 6 Tips Turunkan Berat Badan dengan Mudah, Rutin Olahraga hingga Perbanyak Makan Sayur

Menurut review dan meta-analisis, konsumsi minuman manis meningkatkan berat badan pada orang dewasa dan anak-anak.
Namun bukan hanya kalori ekstra yang bisa menambah berat badan.
Rusaknya mikrobioma usus juga turut menjadi penyebab berat badan naik.
Sebagai informasi, mikrobioma adalah sekeolompok bakteri yang membantu proses pencernaan dan menjaga kesehatan usus.
Usus yang sehat pada akhirnya dapat membantu metabolisme, dengan mengatur kadar glukosa darah dan insulin.
Baca juga: Punya Kebiasaan Minum Teh tapi Ingin Turunkan Berat Badan? Ikuti 7 Tips Berikut Ini

Mereka juga memungkinkan tubuh kita menggunakan lipid dan mengelola kolesterol.
“Ketika Anda menambahkan gula, itu merusak ekosistem itu,” kata William W. Li, MD , seorang dokter di Cambridge, Massachusetts, dan penulis Eat to Beat Disease.
Bakteri baik berkurang dan bakteri jahat tumbuh berlebihan, menyebabkan disbiosis (ketidakseimbangan antara bakteri) serta masalah metabolisme, serta kemampuan memproses lipid dan kolesterol dengan benar.
Terlebih lagi, gula dapat merusak hormon lemak kita, termasuk leptin, yang menghambat rasa lapar, kata Li.
“Gula tinggi mengganggu metabolisme, sebagian dengan mengganggu leptin,” menurut Li.
"Makan gula membuat Anda ingin makan lebih banyak gula, yang membuat Anda lebih lapar," tandasnya.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)