TRIBUNHEALTH.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Malik siap mengadapi gugaran Panji Gumilang, terkait polemik Pondok Pesantren Al Zaytun.
Salah satu hal yang meneguhkan Ridwan Kamil dalam menghadapi Panji Gumilang adalah nasihat sang kakek, KH Muhyidddin.
Memang Ridwan Kamil lahir di kalangan ulama.
Bahkan kakeknya sendiri, KH Muhyiddin adalah sosok ulama besar yang tergabung dalam Huzbullah Nahdlatul Ulama, yang berjuang melawan Belanda pada era kolonialisasi.
"Bagian dari nasehat almarhum kakek saya KH Muhjiddin, Panglima Hizbullah NU pada zaman kolonial, agar keturunannya selalu bela agama dan negara," kata Ridwan Kamil, dikutip TribunPriangan.com.
"Almarhum kakek dipenjara Belanda, dimusuhi DI TII dan PKI. Saya cucunya wajib melanjutkan apa yang kakek saya perjuangkan," katanya beberapa waktu lalu.
Baca juga: Jilbab Dijual Rp 160 Ribu, Ini Rincian Harga Seragam SMA di Tulungagung yang Bikin Kepsek Dicopot

Pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut merasa polemik Al Zaytun memang menjadi tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Barat.
Itu sebabnya Ridwan Kamil bergerak cepat membentuk tim investigasi, yang terdiri dari MUI Jabar, Kesbangpol, serta beberapa para kiai.
Sosok KH Muhyiddin yang Menguatkan Ridwan Kamil
Ridwan Kamil sering bercerita patriotisme mendiang kakeknya pada beberapa kesempatan.
Selain ulama besar, almarhum merupakan tokoh pejuang kemerdekaan RI.
Perjuangan KH Muhyiddin bahkan sudah diakui, masuk ke dalam pahlawan nasional dari Kabupaten Subang.
Baca juga: Ini Arti Shalom Aleichem Menurut Ustaz Abdul Somad, Salam yang Sering Diucapkan Panji Gumilang

“KH. Muhyiddin, seorang pahlawan yang di era kolonial membela, bertempur, melawan Belanda, kemudian di era DI juga melawan DI/TII, di era PKI juga melawan PKI."
"Sehingga dalam definisi kiai pejuang, beliau adalah yang nyata memberikan jasa kepada republik ini,” kata Kang Emil.
"Kebetulan para keturunannya mengurusi sekarang sembilan pesantren, tentunya pesantren yang Ahlussunnah wal Jama'ah yang tentunya terdepan mewarisi nasihat wasiat selalu dalam agama Islam dan membela NKRI," tutur Kang Emil.

Panglima Hizbullah
Ketua PWNU Jawa Barat Juhadi Muhammad membenarkan penuturan Ridwan Kamil soal KH Muhyiddin.
“Benar [Ridwan Kamil] NU,” katanya.
Meski tidak mengetahui secara pribadi, menurutnya pesantren peninggalan KH Muhyiddin mengajarkan Aswaja.
Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama.
“Beliau [Ridwan Kamil] sering menyampaikan kakeknya itu panglima Hizbullah, dan memang pesantren peninggalan kakeknya mengajarkan Aswaja,” tuturnya.
Dipenjarakan Belanda
Lahir di Garut pada 1878, KH Muhyiddin ialah seorang ulama yang memiliki jalan dakwah menantang penjajahan.
Bahkan akibat terlalu vokal mengajak rakyat melawan kolonialisme Belanda, pada 1939, sosok yang juga dikenal sebagai Mama Pagelaran itu dipenjarakan pemerintahan Belanda.
Bahkan setelah proklamasi kemerdekaan, KH Muhyiddin membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran yang terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang. Pasukan Hizbullah pun ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama BKR kala itu.
Bentuk perjuangan KH Muhyidin lainnya adalah ketika tentara Nederlands Indie Civil Administration (NICA) datang ke tanah air pada 1946, yang berniat merebut kembali NKRI.
Dirinya memimpin langsung pertempuran melawan pasukan NICA di Jawa Barat, khususnya di daerah Ciater, Isola, dan Cijawura.
(TribunHealth.com, TribunPriangan.com)