TRIBUNHEALTH.COM - Obesitas merupakan salah satu masalah medis yang tak bisa disepelekan, karena bisa menjadi pintu masuk beragam penyakit serius.
Obesitas sendiri merupakan kondisi ketika indeks massa tubuh atau BMI seseorang lebih dari 30.
BMI adalah panduan kasar untuk memperkirakan apakah seseorang gemuk atau tidak.
Dilansir Times of India, obesitas meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang akan kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas memiliki dampak besar pada kesehatan jantung manusia
Obesitas berdampak pada sebagian besar sistem organ tubuh dan salah satu organ yang sangat rentan adalah jantung.
Pada tahun 2012, obesitas menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit jantung dan stroke.
Risiko penyakit kardiovaskular tidak menular meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh.
Obesitas mempengaruhi kadar gula darah
Obesitas dianggap bertanggung jawab atas sejumlah besar kasus diabetes.
Ahli diabetes menganggapnya sebagai faktor risiko besar untuk gangguan metabolisme.
Peradangan yang terjadi di tubuh akibat penumpukan lemak berlebih di sekitar pinggang membuat tubuh kurang responsif terhadap insulin.
Selanjutnya, ini mempengaruhi cara tubuh memetabolisme lemak dan karbohidrat.
Akibatnya, kadar gula darah meningkat.
Baca juga: Pola Makan yang Buruk Sebabkan Beragam Penyakit, Melewatkan Sarapan Jadi Pintu Masuk Diabetes
Obesitas membuat tulang dan persendian dalam tubuh merosot
Kelebihan berat badan atau obesitas jelas memberi beban ekstra pada tulang dan persendian tubuh.
Orang yang mengalami obesitas berisiko lebih tinggi terkena osteoarthritis.
Berat ekstra tubuh memberi tekanan mekanis pada tulang dan area sendi utama seperti lutut dan pinggul paling terpengaruh.
Obesitas memicu pertumbuhan kanker di beberapa bagian tubuh
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara obesitas dan kanker.
Ada bukti berdasarkan penelitian tentang hubungan yang jelas antara obesitas dan kanker kerongkongan, pankreas, usus besar dan rektum, payudara, endometrium, kandung empedu dan ginjal.
Baca juga: Nyeri Punggung Bawah pada Wanita Bisa Jadi Tanda Awal Kanker Serviks
Obesitas mempengaruhi kesehatan mental
"Meskipun hubungan biologis antara obesitas dan depresi belum teridentifikasi secara pasti, mekanisme yang mungkin termasuk aktivasi peradangan, perubahan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, resistensi insulin, dan faktor sosial atau budaya," kata laporan Harvard.
Alasan obesitas memengaruhi kesehatan biologis seseorang juga bisa menjadi alasan mengapa hal itu memengaruhi kesehatan mental.
Obesitas dapat menyebabkan komplikasi kehamilan
Ada bukti kuat yang mendukung peran obesitas dan kesehatan reproduksi.
Selama kehamilan, obesitas meningkatkan risiko keguguran, diabetes gestasional, preeklampsia, dan komplikasi lainnya.
Obesitas dan penyakit pernapasan terkait
Dua komplikasi pernapasan utama yang terkait dengan obesitas adalah asma dan apnea tidur obstruktif.
Kelebihan berat badan merusak fungsi pernapasan tubuh.
Sesuai laporan, penumpukan lemak mengurangi kelenturan dinding dada dan mempersempit saluran udara paru-paru.
Baca juga: Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Jelaskan Risiko hingga Tata Laksana jika Ibu Hamil Menderita TB
Apa yang bisa dilakukan?
Untuk menurunkan berat badan, seseorang perlu melakukan perubahan kebiasaan sehari-hari seperti pola makan yang baik, berolahraga, membatasi asupan lemak dan gula, makan lebih banyak kacang-kacangan, biji-bijian dan makanan yang tidak diolah, serta menghindari makanan kemasan.
Makanan yang sarat dengan garam tersembunyi harus dihindari dengan cara apa pun.
Olahraga teratur adalah kunci untuk menjaga berat badan tetap terkendali.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)